Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka datang berbondong-bondong ke bioskop dengan hati terbuka lebar. Dan The Passion mengisinya dengan pemandangan horor, penuh darah. Di layar, tubuh Yesus yang luka dan sekarat. Di deretan kursi, para penonton menyembunyikan wajah sembapnya. Mereka terisak manakala serdadu Romawi menggunakan cambuk, menguakkan luka yang sudah menganga di punggung Yesus.
The Passion, ujung dari ritual pengorbanan panjang Yesus. Tapi, di depan bioskop-bioskop yang memutar film itu di Manhattan dan beberapa tempat lain di AS, sejumlah orang Yahudi membuat kebisingan. Protes dan demo digelar, poster dipajang, dan suara-suara yang mengganggu kenyamanan penonton diperdengarkan.
The Passion, di mata mereka, jelas film dengan pesan-pesan anti-Semitik. Dan Rabi Kenneth Cohen, dari Kay Spiritual Life Center, American University, Washington, DC, bukan salah satu dari mereka. ”Tapi saya dapat memahami mengapa orang-orang Yahudi jadi defensif dan prihatin,” kata sang Rabi kepada koresponden TEMPO Dini Djalal di kantornya, di Washington, DC, pekan lalu. Berikut ini petikan wawancara tersebut.
Adakah film itu anti-Semitik?
Saya pikir film itu tidak anti-Semitik. Saya heran apa yang menimbulkan hiruk-pikuk itu. Tapi tampaknya ada hubungan yang ”simbiosis” antara produser dan Kelompok Pembela Yahudi (Jewish Defense Group, JDG, grup yang yakin The Passion membawa pesan-pesan anti-Semit, anti-Yahudi—Red.). Saya tak meragukan JDG jujur kala menyatakan film itu punya banyak masalah. Tapi saya kecewa Mel Gibson tidak bersikap proaktif menjelaskan perjalanan itu.
Maksud Anda?
Di American University ini, saya menaruh hormat pada para pemimpin Kristen, Protestan dan Katolik, konservatif dan liberal. Mereka telah sepakat agar film ini tak ditafsirkan buat membakar sentimen anti-Semit. Tapi film ini akan diputar di belahan dunia lain yang punya tradisi anti-Semit. Misalkan Polandia dan Ukraina, tempat permainan sentimen ini bisa bangkit. Ratusan tahun, permainan sentimen ini kerap menelan belasan hingga ratusan ribu korban. Dan The Passion adalah permainan sentimen. Ada kecenderungan anti-Semitik, sementara orang Yahudi yang defensif melihat aspek-aspek anti-Semit dalam film.
Menurut Anda sendiri, siapa yang disudutkan film itu?
Ada Yahudi yang digambarkan secara simpatik, ada juga yang tidak. Ada orang Romawi yang diperlakukan simpatik, ada yang tidak. Tapi ada yang merisaukan dalam film itu. Misalkan Pontius Pilatus dilukiskan sebagai orang lemah yang digunakan para pemimpin Yahudi. Sejarah menunjukkan, dia bertanggung jawab atas banyak penyaliban, dan saking kejamnya dia, para penguasa di Roma memanggilnya pulang. Orang ini tidak akan ragu menyalib siapa saja yang dipandang sebagai pembuat onar.
Tapi mengapa Pontius digambarkan sebagai sosok lemah?
Ingat, ajaran-ajaran yang ditulis ketika gereja-gereja putus asa menyuruh orang-orang Yahudi berpindah agama. Tak banyak yang pindah, hanya segelintir. Dan mereka mencoba menjangkau orang-orang kafir, orang-orang Romawi. Secara tertulis, strategi ini dibubuhkan dengan baik. Sesudah itu, Kristen menjadi agama negara di Kerajaan Romawi. Jadi, ini bukan anti-Semitik, tapi anti-Yudaisme (agama Yahudi).
Jadi, siapa yang bertanggung jawab atas kematian Yesus?
Yahudi waktu itu tak memiliki hukuman mati. Penyaliban juga bukan bentuk hukuman Yahudi. Sejarah menunjukkan bahwa Pontius Pilatus tak punya masalah dengan penyaliban orang-orang yang merupakan ancaman bagi Roma. Jadi, itu bukan penggambaran yang akurat tentang siapa yang bertanggung jawab atas kematian Yesus.
Tapi ada kondisi khusus untuk hukuman mati?
Hukuman mati hanya bisa dilakukan oleh Sanhadrin. Dalam film itu, Sanhadrin digambarkan sebagai ulama-ulama tinggi. Padahal para ulama bukan Sanhadrin. Dalam film, Sanhadrin juga dimunculkan sebagai pertemuan yang tak dihadiri semua anggota (71 orang). Begitu juga pertemuannya pada waktu malam. Padahal pertemuan malam diharamkan. Kalaupun terjadi, itu ekstralegal, darurat. Tapi, apa pun, analisis terakhir: orang-orang Romawi pelakunya; mereka melakukannya menurut hukum Romawi. Tak masuk akal menyalahkan Yahudi atas kematian Yesus.
Tapi bukankah orang Kristen hanya menyalahkan orang Yahudi waktu itu, bukan Yahudi sekarang?
Mereka perlu memahami satu hal. Sebagai seorang Yahudi—sekaligus sebagai rabi—saya tidak ingin melepaskan diri dari generasi Yahudi tersebut. Generasi itu mencakup sejumlah pahlawan Yudaisme. Rabi istimewa seperti Hillel dan Akiva hidup dalam periode itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo