Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Para musikus punya berbagai cara untuk mengajak penggemarnya ikut memperbaiki lingkungan.
Dari mengumpulkan sampah konser hingga melarang penggunaan botol plastik.
Aksi nyata para musikus itu diyakini akan diikuti penggemarnya.
Ada banyak cara untuk menyuarakan perbaikan lingkungan. Para musikus, tentu saja, bisa mengajak para penggemarnya mengurangi dampak perubahan iklim lewat lagu-lagu mereka. Ajakan itu mereka mulai dari diri sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Endah n Rhesa, misalnya, membatasi penggunaan botol plastik dalam konser-konser mereka. “Sekarang, di belakang panggung kami, sudah tidak ada bungkusan plastik,” kata Endah saat ditemui di kafe Dia.lo.gue, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa, 24 Oktober lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menghilangkan bungkusan plastik selalu masuk daftar permintaan mereka kepada penyelenggara acara setiap manggung. Permintaan itu, menurut Rhesa, mulai mereka terapkan setelah dia menonton film dokumenter berjudul Pulau Plastik karya Rahung Nasution dan Dandhy Dwi Laksono pada 2021.
Duo Endah n Rhesa di Dia.lo.gue, Kemang, Jakarta Selatan, 24 Oktober 2023. TEMPO/Ilona Esterina
Duo yang merupakan pasangan suami dan istri itu juga menerapkan pengurangan konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk di Earhouse, kafe yang mereka dirikan sejak 2013 di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. “Di Earhouse, kami tidak menjual minuman dalam botol plastik. Take away kami pakai botol kaca,” kata Endah.
Endah mengakui sejumlah konsumen mengeluh karena harga jual minuman itu jadi lebih mahal. "Tapi kami anggap kelebihan harga itu sebagai kompensasi terhadap lingkungan,” ujarnya.
Musikus lain yang menerapkan kepedulian lingkungan dalam kehidupan sehari-hari di antaranya adalah Upi, penyanyi rap dengan nama panggung Tuan Tigabelas. Menurut Upi, konser musik selalu meninggalkan sampah dalam volume besar. Karena itu, dalam setiap penampilannya, Upi selalu menyerukan ancaman sampah dan mengajak penggemarnya menyingkirkan sampah plastik yang berserakan di sekitar panggung.
Untuk menggerakkan para penonton, Upi membuat stiker bertuliskan namanya sebagai kenang-kenangan. “Dari panggung saya sampaikan, stiker itu hanya bisa ditukar dengan sampah yang ada di lokasi," ucapnya.
Petugas disiapkan di kanan dan kiri area penonton untuk membawa plastik sampah besar. “Semoga hal tersebut bisa mereka ingat dan jalankan di rumah,” kata Upi.
Upi menerapkan hal serupa di kantor label rekamannya lewat denda bagi siapa pun yang membuang sampah, termasuk puntung rokok. “Ada denda Rp 15 ribu untuk satu puntung rokok yang dibuang sembarangan,” ujarnya.
Dia pun mengaku mengurangi konsumsi energi. “Saya jarang menyalakan lampu dan AC, kecuali benar-benar diperlukan,” kata Upi. Demi mengurangi emisi karbon, dia mengurangi perjalanan yang tidak diperlukan, sampai-sampai dianggap lebay oleh orang-orang sekitarnya.
Muhammad Syaifullah atau dikenal dengan Tuan Tigabelas di Dia.lo.gue, Kemang, Jakarta Selatan, 24 Oktober 2023. TEMPO/Ilona Esterina
Mengurangi emisi karbon juga dilakukan Gede Robi, vokalis grup musik Navicula. Robi mengaku selalu berusaha menghitung jejak karbon yang ditinggalkan setiap bepergian. “Saat naik pesawat, saya hitung berapa karbon yang dikeluarkan. Dari jumlah tersebut, saya ganti dengan menanam 12 pohon, misalnya,” ujar dia. Robi Navicula yakin bahwa aksi kecil yang dilakukan para musikus itu berpotensi diikuti para penggemarnya sehingga dampaknya lebih besar.
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo