Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berita Tempo Plus

Material Ramah Lingkungan untuk Arsitektur Berkelanjutan

Sejumlah perusahaan lokal dan luar negeri menawarkan konsep material bangunan berbahan alami, seperti dalam pameran yang sedang berlangsung di Erasmus Huis Jakarta. Jamur, kayu, dan serat tanaman bisa disulap menjadi bahan bangunan yang ramah lingkungan.

18 Juli 2022 | 00.00 WIB

Pameran arsitektur bertajuk "Building with Nature" hasil kolaborasi Company New Heroes dan Playo Indonesia di Erasmus Huis, Jakarta, Juli 2022. Dok. Erasmus Huis
Perbesar
Pameran arsitektur bertajuk "Building with Nature" hasil kolaborasi Company New Heroes dan Playo Indonesia di Erasmus Huis, Jakarta, Juli 2022. Dok. Erasmus Huis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Sejumlah perusahaan lokal dan luar negeri menawarkan konsep material bangunan berbahan alami.

  • Bahan alami berupa jamur, kayu, dan serat tanaman bisa disulap menjadi bahan material bangunan.

  • Konsep arsitektur berkelanjutan diharapkan bisa menjamur di Indonesia.

JAKARTA — Kembali ke alam alias back to nature menjadi konsep yang dipegang semakin banyak orang di berbagai bidang. Arsitektur termasuk di antaranya. Semangat ramah lingkungan mendorong sejumlah perusahaan dan desainer menelurkan ide kreatif tentang material ramah lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semangat hijau itu pula yang menggerakkan Erasmus Huis, pusat kebudayaan Belanda di Jakarta, menggelar "Building with Nature", pameran arsitektur hijau, sejak pekan lalu hingga bulan depan. Sebanyak 30 desainer Belanda dan Belgia serta 21 desainer lokal memamerkan inovasi bahan bangunan yang ramah lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Company New Heroes, perusahaan industri kreatif asal Negeri Oranye, menyuguhkan papan ubin bangunan yang terbuat dari fermentasi rumput laut dan rumput liar. Bahan alami itu direkatkan dengan substrat rami—serat tumbuhan rambat—menggunakan perekat polimer yang terbuat dari tepung kentang. Kombinasi bahan-bahan tersebut bisa disulap menjadi panel papan yang kokoh.

Bos Company News Heroes, Lucas De Man, mengatakan ide kreatif membuka banyak peluang untuk melahirkan material dan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Konsep ini lebih dikenal dengan arsitektur berkelanjutan karena menggunakan bahan yang tidak mendegradasi lingkungan. "Ada dua pilihan, yakni menumbuhkan material yang baru, seperti kayu dan bambu, atau menggunakan limbah, seperti batok kelapa,” kata De Man kepada Tempo di Erasmus Huis Jakarta, pekan lalu.

Company News Heroes, Lucas De Man. Dok. Erasmus Huis

Perusahaan ini sudah membangun beberapa bangunan dengan menggunakan biomaterial. Satu di antaranya adalah The Growing Pavilion dalam pameran hortikultura Floriade yang berlangsung hingga Oktober mendatang di Almere, Belanda.

Paviliun ini dibangun menggunakan material ramah lingkungan, seperti kayu dan rami. Material utama yang digunakan untuk membangun paviliun tersebut adalah miselium atau jaringan putih dan halus—disebut hifa—yang terdapat dalam struktur akar jamur. Mereka mengumpulkan serat kayu dan mencampurkan akar jamur ke dalamnya.

Akar jamur kemudian tumbuh sebagai mikroorganisme dan akan menyatukan serat kayu. Setelah sepenuhnya menyatu, akan terbentuk blok padat yang penuh dengan serat. Blok-blok itu digunakan untuk menyelimuti The Growing Pavilion. “Jadi, ada banyak kemungkinan yang dapat dilakukan,” kata De Man.

Dia berharap pameran arsitektur hijau ini bisa mengedukasi publik soal pilihan lain saat mendirikan bangunan. Kondisi bumi yang semakin tercemar membuat masyarakat Indonesia ikut berbenah. "Pameran ini bukan tentang mimpi, melainkan tentang keharusan," kata De Man.

Untuk menarik minat pengunjung, De Man sengaja memamerkan instalasi yang interaktif. Walhasil, pengunjung bisa membongkar pasang miniatur rumah dengan material alami. "Mereka bisa menyentuh dan mencium material yang ada," ujarnya.

Pameran arsitektur bertajuk "Building with Nature" hasil kolaborasi Company New Heroes dan Playo Indonesia di Erasmus Huis, Jakarta, Juli 2022. Dok. Erasmus Huis

Dari Tanah Air, Bell Society memamerkan produk M-Tex, yakni bahan tekstil serupa kulit yang terbuat dari limbah kulit kopi. Pendiri Bell Society, Arka Irfani, menyebutkan produk kulit imitasinya bisa dipakai untuk membuat pembatas ruangan hingga furnitur.

Awalnya, Arka dan kolega hanya mampu memproduksi kulit M-Tex dengan ukuran 20 x 20 sentimeter. Setelah melalui riset selama sekitar dua tahun, mereka berhasil memproduksi kulit ramah lingkungan dengan ukuran 100 x 100 sentimeter.

Sarjana biologi Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menyebutkan material kulit ramah lingkungan sejatinya sudah mulai diproduksi di luar negeri. Meski begitu, Arka berani menjamin produknya bisa bersaing dengan kompetitor luar negeri, di antaranya dari segi harga.

Adapun harga 1 meter persegi kulit ramah lingkungan di luar negeri bisa mencapai 140 euro atau sekitar Rp 2,1 juta, sedangkan banderol M-Tex cuma Rp 400-500 ribu. Meski demikian, angka itu tetap lebih mahal ketimbang kulit sapi asli yang harganya Rp 200-an ribu untuk ukuran yang sama.

Arka juga mengklaim produk kulit M-Tex, yang sudah berstandar nasional atau SNI serta bisa diwarnai, awet selama tak dikubur atau mengalami kontak dengan bakteri pengurai di tanah. Dia menunjukkan kulit imitasi buatan 2018 yang masih terlihat kinclong. Saat ini, Arka cs sedang mengembangkan produk baru dari bahan seafoam atau busa laut.

#INFO ARSITEKTUR 5.1.1-Berbagai Material Ramah Lingkungan

Demi kelestarian alam, dia berharap penggunaan material ramah lingkungan semakin luas di Indonesia. Arka mengharapkan kolega-koleganya sesama desainer dan arsitek mulai melirik material ramah lingkungan. "Indonesia sangat kaya sumber alamnya. Seharusnya kita bisa memanfaatkannya sebagai produsen material alami paling maju," kata Arka.

ANGGI ROPININTA PANGARIBUAN (MAGANG)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus