Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Membakar kashmir

Kashmir yang menjadi perseteruan pakistan - india meledak lagi. pm india, v.p. singh, menuduh pakistan memasok senjata kepada golongan separatis. pa kistan menampik. penduduk kashmir cemas.

12 Mei 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAKISTAN dan India kembali bersiap-siap menarik picu di tengah salju Kashmir. Pertengahan April lalu, sumbunya sudah disulut di Jangli, kawasan Poona. Kontak senjata -- yang menewaskan beberapa serdadu kedua pihak -- kemudian dibumbui lagi dengan perang mulut dari Islamabad dan New Delhi. Masalah perbatasan di Kashmir itu merupakan perseteruan lama antara India dan Pakistan, yang kemudian mengundang perang pada 1948, 1965, dan 1971. Perang pertama ditengahi PBB, sehingga Kashmir dibelah dua: Sepertiga yang dikenal dengan Azad Kashmir (Kashmir Merdeka) untuk Pakistan, dan Jammu-Kashmir dimasukkan dalam wilayah India. Konflik kedua coba didamaikan oleh komisi internasional pada 19 Februari 1968. Akhir tahun lalu, Benazir Bhutto berunding dengan Rajiv Gandhi. Keduanya ingin mengulang sejarah di Simla 16 tahun silam yang dipahat orangtua mereka, Ali Bhutto dan Indira Gandhi, meredam perang ketiga antara kedua negara. Kini, suhu malah menggelegak lagi. Perdana Menteri India V.P. Singh (pengganti Rajiv) menuduh Pakistan memasok senjata, obat-obatan, dan uang kepada golongan separatis untuk memisahkan Kashmir dari India. Pakistan menampik tuduhan tersebut, walau kemudian masing-masing menyiapkan perangkat perang. Pakistan, yang memiliki instalasi nuklir itu, segera membangun basis-basis pertahanan di sepanjang perbatasan. Sedangkan India -- salah satu negara di Asia yang memiliki senjata rudal -- mengerahkan tentaranya dua kali lipat dari sebelumnya, sehingga menjadi 300.000. Yang kebat-kebit, tentu penduduk. Ribuan korban jatuh ketika serdadu India bertindak. Sementara itu, banyak penganut Hindu mengungsi dari kawasan mayoritas Islam ini ke wilayah India. Dan entah berapa lagi korban yang tergilas kalau perang terbuka meletus untuk keempat kalinya. Didik Budiarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus