PAKISTAN dan India kembali bersiap-siap menarik picu di tengah salju Kashmir. Pertengahan April lalu, sumbunya sudah disulut di Jangli, kawasan Poona. Kontak senjata -- yang menewaskan beberapa serdadu kedua pihak -- kemudian dibumbui lagi dengan perang mulut dari Islamabad dan New Delhi. Masalah perbatasan di Kashmir itu merupakan perseteruan lama antara India dan Pakistan, yang kemudian mengundang perang pada 1948, 1965, dan 1971. Perang pertama ditengahi PBB, sehingga Kashmir dibelah dua: Sepertiga yang dikenal dengan Azad Kashmir (Kashmir Merdeka) untuk Pakistan, dan Jammu-Kashmir dimasukkan dalam wilayah India. Konflik kedua coba didamaikan oleh komisi internasional pada 19 Februari 1968. Akhir tahun lalu, Benazir Bhutto berunding dengan Rajiv Gandhi. Keduanya ingin mengulang sejarah di Simla 16 tahun silam yang dipahat orangtua mereka, Ali Bhutto dan Indira Gandhi, meredam perang ketiga antara kedua negara. Kini, suhu malah menggelegak lagi. Perdana Menteri India V.P. Singh (pengganti Rajiv) menuduh Pakistan memasok senjata, obat-obatan, dan uang kepada golongan separatis untuk memisahkan Kashmir dari India. Pakistan menampik tuduhan tersebut, walau kemudian masing-masing menyiapkan perangkat perang. Pakistan, yang memiliki instalasi nuklir itu, segera membangun basis-basis pertahanan di sepanjang perbatasan. Sedangkan India -- salah satu negara di Asia yang memiliki senjata rudal -- mengerahkan tentaranya dua kali lipat dari sebelumnya, sehingga menjadi 300.000. Yang kebat-kebit, tentu penduduk. Ribuan korban jatuh ketika serdadu India bertindak. Sementara itu, banyak penganut Hindu mengungsi dari kawasan mayoritas Islam ini ke wilayah India. Dan entah berapa lagi korban yang tergilas kalau perang terbuka meletus untuk keempat kalinya. Didik Budiarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini