Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The X-Files
Sutradara: Rob Bowman
Skenario: Chris Carter
Pemain: David Duchovny, Gillian Anderson, Martin Landau
Produksi : Twentieth Century Fox Television dan Ten Thirteen Production
Ini sebuah pesta bagi para "X-Philes" di atas bumi! Fox Mulder dan Dana Scully, dua detektif FBI yang kompak, cerdas, seksi dan gemar menguak misteri The X-Files karya pencipta Chris Carter, tampil dengan ukuran king size alias layar lebar. Tampil lebih mewah, dengan teknologi yang lebih canggih dan dijamin lebih sering menggunakan handphone-nya (maklum, ada sponsor). No kidding.
The X-Files, serial terkemuka di jagat ini, yang meraih rating tertinggi di Eropa, AS dan Australia; berkali-kali memenangkan penghargaan Golden Globe, Emmy Award -- untuk film televisi terbaik, aktor dan aktris terbaik dan penyutradaraan terbaik -- selama beberapa tahun berturut-turut; serial yang memiliki website di internet dan para penggemar fanatik -- yang biasa disebut "The X-Philes", seperti halnya "Trekkies" bagi penggemar Star Trek -- ini hampir tak perlu promosi apa pun, kecuali dengan modal judul (dan nama-nama pemain, tentu saja) belaka. Film serial The X-Files yang sudah memasuki musim keempat, hingga kini kepopuleran dan prestasinya dalam meraih penghargaan belum terpatahkan serial mana pun, bahkan oleh serial Twin Peaks karya David Lynch yang juga sempat menggemparkan penonton televisi.
Celakanya, sebuah serial televisi yang sukses tidak identik dengan kesuksesan di bioskop, meski kini lensa yang digunakan adalah lensa "king size". Padahal, ada beberapa modifikasi. Misalnya, tokoh Fox Mulder (David Duchovny) dan Dana Scully (Gillian Anderson) yang selama ini dikenal sangat profesional dan menjaga batas persahabatan mereka, kini sudah berani berciuman. Atau, munculnya beberapa tokoh baru yang menggantikan fungsi "Deep Throat" dan "X" sebagai informan Mulder; atau mahluk luar angkasa yang udah mulai ditampilkan secara fisik, misalnya.
Okelah. Namanya juga usaha. Modifikasi ini tidak selalu berarti jelek, meski ada juga yang mengoyak formula tetap serial ini.
Dan untuk para penggemar fanatik The X-Files, pengoyakan formula itu hampir identik dengan bencana.
Alkisah, kali ini duo Scully dan Mulder ditugaskan mencari sebuah bom yang "disembunyikan" oleh seorang "teroris" di sebuah gedung. Bom meledak, Scully dan Mulder diperiksa tim investigasi FBI, karena dianggap teledor. Ternyata, di dalam gedung sudah ada beberapa mayat yang mati sebelum bom meledak, termasuk satu mayat anak lelaki yang tewas secara misterius akibat sebuah ‘kontak’ yang dilakukannya entah dengan mahluk entah apa nun di Texas sana. Apakah yang ‘tertanam’ di Texas? Kenapa anak itu mati dengan cara yang aneh? Apa hubungannya dengan kunjungan mahluk luar angkasa? Percobaan apa yang sedang dilakukan pemerintah di sana?
Itulah pertanyaan-pertanyaan klasik ala The X-Files yang sudah sangat akrab bagi para penggemar fanatik alias "The X-Philes". Dan seperti biasa, Scully, dokter ahli forensik yang selalu digambarkan sebagai sosok cerdas, dingin, mandiri dan mengagungkan verifikasi -- terlepas dari berbagai pengalaman yang sukar diuraikan dengan bahasa ilmiah -- berfungsi seperti seorang Dokter Watson bagi Sherlock Holmes. Scully akan selalu mengganggu dan mendera Fox Mulder dengan pertanyaan-pertanyaan rasional untuk menguji atau bahkan membantah kesimpulan Mulder yang menggunakan insting. Sebagai seorang anak, Mulder memiliki trauma karena kehilangan adik perempuannya akibat penculikan mahluk luar angkasa. Mulder ingin selalu mempercayai "kunjungan tetap" para mahluk itu, dan teori-teori Mulder yang tak terjangkau oleh ilmu detektif yang konvensional itulah yang menyebabkan ia dibuang ke lantai bawah, bekerja sendirian untuk menguak masalah-masalah "X", yakni masalah-masalah yang tak terpecahkan oleh anggota FBI biasa.
Scully, yang sebetulnya dikirim atasannya untuk mendampingi dan memata-matai Mulder (untuk membuktikan segala dugaannya adalah omong kosong belaka), belakangan malah menjadi partnernya yang paling setia.
Mahluk Angkasa yang Kasat Mata
Selama lima tahun penayangan serial televisi ini, salah satu resep utama serial ini adalah: jangan tunjukkan mahluk luar angkasa itu secara kasat mata. Chris Carter membiarkan mahluk UFO itu berhenti sebagai konsep, ide, dugaan atau bahkan dalam bentuk bayangan-bayangan yang berlari-lari. Itulah yang menyebabkan serial ini tidak jatuh menjadi serial anak-anak yang berbau dongeng, karena Carter mencoba melemparkan petanyaan-pertanyaan mendasar tentang keberadaan manusia.
Yang agak menjengkelkan, terkadang Carter bahkan mencampuradukkan teori mahluk luar angkasa itu dengan teori konspirasi. Di dalam bayangan Carter, seperti juga sutradara Oliver Stone, AS memiliki "pemerintah bayangan" yang berkonspirasi dan memiliki kepentingan untuk menyembunyikan berbagai proyek-proyek negara yang melibatkan nyawa manusia.
Di dalam film ini -- yang diberi subjudul Fight the Future --tiba-tiba saja Carter memunculkan mahluk luar angkasa itu -- meski sekilas -- secara fisik, sehingga misteri itu kemudian terasa banal.
Daya tarik serial ini yang lain adalah hubungan platonik pasangan Mulder dan Scully yang saling hormat dan menyayangi, meski ada beberapa saat diperlihatkan bagaimana keduanya tergoda untuk melalui garis profesi itu. Tetapi, pertahanan benteng selama lima tahun itu justru memberi aura yang menggigit dan menggairahkan bagi penonton, daripada menyajikan pasangan kerja yang pacaran seperti dalam serial Remington Steele, Moonlightning atau Silk Stalking.
Tetapi, apa boleh buat, tiba-tiba Chris Carter menyajikan beberapa dialog romantis dan adegan ciuman sekilas -- yang, aduh..., terpotong oleh sengatan lebah -- antara kedua anggota FBI yang terhormat ini.
Bagi para penonton baru yang tidak pernah menyaksikan serial ini, adegan itu tentu saja tak mengganggu. Tetapi bagi para "X-Philes", ini gawat dan kontroversial. Adegan ini diperbincangkan dan diperdebatkan di internet oleh perkumpulan "X-Philes" bukan saja karena Carter pernah menyatakan tak akan pernah "mempersatukan" pasangan pekerja ini menjadi sepasang kekasih, tetapi juga karena
sebagian besar penggemar merasa daya tarik film ini mulai menguap. Ciuman itu justru telah membuat pasangan ini menjadi pasangan klise yang konvensional.
Tetap Sukses
Namun, namanya penggemar fanatik, ternyata film ini toh laku keras karena.…judulnya yang sudah merupakan jaminan, seperti para penggemar serial James Bond atau Batman yang sudah tahu kapan tokoh hero muncul, kapan musuhnya menang dan kalah dan kapan mereka menggunakan senjata dan seterusnya. Penggemar setia sebuah serial biasanya tetap bersedia untuk menyaksikan episode terbaru, justru karena mereka sudah memahami formula yang akan tersaji.
Carter menyadari kekuatan film ini juga termasuk adanya "tokoh-tokoh keji" semacam, "Cigarette-Smoking Man" (Wlliam B.Davis), salah satu "anggota pemerintah bayangan" yang, seperti selalu diakuinya, tugasnya "membersihkan piring kotor" pemerintah; "The Well-Manicured Man" (John Neville) yang akhirnya membelot dari kelompoknya; Asisten Direktur FBI Walter Skinner (Mitch Pillegi), atasan Mulder dan Scully yang tegas, keras tetapi toh selalu melindungi pasangan itu saat mereka dalam keadaan bahaya dan tak ketinggalan trio jenius The Lone Gunmen Langly, Byers, dan Frohike yang selalu membantu Mulder dengan data-data yang akurat meski tak resmi melalui laboratorium bawah tanahnya.
Yang menarik adalah munculnya tokoh Kurtzweil (Martin Landau) -- seperti juga tokoh "Deep Throat" dan "X" dalam serial televisi -- yang berperan sebagai informan Mulder, "pembelot" kelompok dan akan berakhir tewas di tangan "tokoh-tokoh keji" tak bernama itu.
Dengan segala pengoyakan formula-formula itu, The X-Files tetap menjadi sebuah agenda penting untuk para penggemarnya -- dan juga bagi pencipta dan pemainnya, bahwa serial ini masih tetap hidup. Memang agak mengecewakan. Tetapi, sudahlah, ini adalah sebuah pesta "reuni" bagi anggota "X-Philes" yang mendadak kehilangan serial ini di SCTV akibat krisis moneter.
Leila S.Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo