Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Mata Pelajaran Mencintai Perpustakaan

Imam Budiman menulis puisi di berbagai media. Ia pemenang pertama sayembara cerpen Aruh Sastra 2015 dan Sabana Pustaka 2016. 

3 November 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mata Pelajaran Mencintai Perpustakaan

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku-buku, sama halnya lengan doa semalam, senantiasa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

memeluk ruang kecil dalam hening; merawat pertanyaan

yang tidak pernah ingin kausepadankan hingga kini.

 

Dan kau masih mencintai buku-buku; menyusun

kesunyian untuk membaca kaifiat tubuh sendiri.

 

Kau pergi bersuluk ke sebuah tempat asing dan teduh

barangkali sebuah lembah nirnama—tak terlacak peta

bermuasal dari bab-bab prosa yang sedang kaubaca

di sela waktu ketika menanti langkah mualim tiba.

 

Perpustakaan adalah masa kecil 

yang semakin menyusut di matamu

sebuah kebun yang melahirkan bahasa.

 

Dan kau bibliofil yang tidak sepenuhnya rela

memulangkan kata-kata kembali ke jendela

selain merajut dan menjadikannya selimut

yang mengakrabi segala ihwal cita-cita.

 

Barangkali hanya sisa reruntuhan—dan kau berhenti sebentar

mengingat bagaimana sebuah puisi pernah bersalin di sana.

 

Dan kau menyusun ulang daftar bacaan dari perpustakaan itu: 

murakami menepis tragik dalam man without woman, coelho

setia bertualang dalam alchemist, serta la galigo sembunyi

di rak terakhir dan tidak pernah dijamah sama sekali.

 

2024

Membaca Prakiraan Cuaca BMKG

 

Kita amati sekali lagi peristiwa di luar jendela. langit pucat, tanah yang

lembab, dan suhu lemari es menyebar sampai ke teras—tetapi seorang

anak kecil masih menyangka bahwa polisi yang mahir pura-pura dan

polusi perusak paru-paru adalah kabut pagi yang mencintai Jakarta.

 

Bantal menyisakan hangat yang ganjil. musim sebelumnya tidak

pernah membangun sarang di tempat tidur. dalam sebuah breaking

news: nujuman pawang hujan hanya bualan. mesin-mesin pencetak

dingin mati suri. menyusun mimpi-mimpi utopis terasa lebih masuk

akal—sebab berangkat kerja adalah rutinitas yang ingin kita sudahi.

 

Kita pun menyerah—ninuninuninu, kini kita telah terkepung

menjadi petarung terakhir yang melarikan diri ke bawah selimut. 

 

2024

Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Buku puisinya Kampung Halaman (2016) serta Salik Dakaik; Mencari Anak dalam Kitab Suci (2023). Ia menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia serta Ketua Tim Perpustakaan—Literasi Pesantren Madrasah Darus-Sunnah Jakarta.


 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus