Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seniman asal Jakarta, yaitu Bonifacius Djoko Santoso, Karin Josephine, dan Yulian Ardhi, menggelar pameran bersama dengan judul Devosi. Selain untuk merayakan Hari Natal, kekaryaan mereka sekaligus refleksi dari gagasan seputar agama dan spiritualitas. Pamerannya berlangsung di galeri Orbital Dago, Bandung, selama sebulan sejak 23 Desember 2020 hingga 23 Januari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Devosi menurut kamus merupakan istilah agama Katolik yang berarti kebaktian tidak resmi. Dalam pameran ini Djoko Santoso menampilkan enam judul karya. Pada kreasi terbarunya kali ini, lulusan Program Studi Seni Keramik, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung itu membuat bentuk yang hampir seragam, pun bahannya. Memakai ram kawat yang dilengkungkan atau dibuat kotak, tiap lubangnya dililit benang kasur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak semua lubang ram kawat itu ditutupi lilitan benang. Bagian ram yang bolong itu diatur sedemikian rupa hingga membentuk simbol-simbol keagamaan seperti salib. Ada juga citra lain yang dibuat seperti cawan dan tetesan darah berkelir merah. Beberapa judul karya Djoko itu seperti Untuk Doa-doa yang Tak Terkabulkan, Clavus Percutiens, Aorte Ritual, dan Pabrix.
Karya Karin Josephine berjudul Relung, Renung 1 di pameran Devosi. (Dok.Pameran)
Kawat juga menginspirasi Karin Josephine dalam membuat karya terbarunya. Pada pameran ini, lulusan dari Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara itu menghadirkan serial karya berjudul Relung, Renung, sebanyak empat lembar. Perempuan kelahiran 1988 tersebut mengolah kolase kertas dan potongan-potongan kawat hingga memunculkan tekstur. Semua garapannya itu masing-masing berukuran satu meter persegi.
Adapun peserta pameran lainnya, Yulian Ardhi, menampilkan bentuk karya yang beragam. Lulusan dari Program Studi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung itu menggambar kepala seorang lelaki berjudul Santo dengan tinta bolpoin, juga bentuk-bentuk salib berjudul Crossroads dengan lima gambar.
Pada seri karya berjudul Relikui? Yulian menyimpan gambar wajah dan sesosok tubuh lengkap dalam lembaran kain. Gambarnya yang berwarna tunggal kecokelatan berasal dari pewarna alami yaitu teh. Kurator pameran Agung Hujatnikajennong dalam tulisan di katalog pameran menyebutkan, ketiga seniman sangat jelas mendaur ulang simbol-simbol agama Katolik dalam karyanya. “Karya mereka perwujudan spiritualitas relijius yang sungguh-sungguh,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Agung, penggarapan kekaryaan mereka juga diniatkan sebagai tanggapan kritis atas penguatan agama sebagai institusi sosial sekarang ini. Dari keterampilan tangan mereka muncul kritik soal hilangnya aura dalam ritual keagamaan.
ANWAR SISWADI