Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Film Top Gun: Maverick membawa penggemarnya terbang tinggi bernostalgia mengenang film pertama hampir empat dekade silam.
Alur cerita yang sederhana membuat orang yang belum menonton film pertama mudah memahami isi cerita.
Pilot jet tempur TNI AU mengatakan adegan Top Gun: Maverick dianggap sesuai dengan yang dialami pilot tempur di kehidupan nyata.Â
Mulanya, Farhan tak ada rencana memakai jaket itu ke dalam bioskop. Ia lupa melepas dan menyimpan jaket di bagasi sepeda motornya. "Tapi sekarang saya malah merasa sekeren Pete 'Maverick' Mitchell," kata Farhan sambil tertawa. Jaket bomber memang lekat dengan citra pilot tempur. Termasuk karakter Maverick--diperankan oleh Tom Cruise--yang tampak beberapa kali memakai jaket bomber.
Menurut Farhan, karyawan bank swasta, film Top Gun: Maverick sesuai dengan ekspektasi. Selain perang di udara, aksi Tom Cruise menggeber sepeda motor Kawasaki H-2 Carbon sejajar dengan lintasan runway pangkalan udara sangat mengagumkan.
Adegan tersebut senada dengan Top Gun versi awal yang dirilis pada 1986. Bedanya, saat itu Tom Cruise menunggang Kawasaki GPZ 900R. "Feel adegan itu dapat sekali. Memang seperti dipaksakan agar mirip dengan film pertama, tapi tetap keren banget," kata Farhan.
Menurut dia, Top Gun: Maverick lebih bagus dari segi penampilan gambar. "Tapi Top Gun pertama tetap bagus. Lumayan nostalgia," kata dia.
Cuplikan film Top Gun: Maverick. imdb.com
Cerita Top Gun: Maverick tak jauh-jauh dari pendahulunya. Sosok Maverick tetap jadi magnet kuat film besutan sutradara Joseph Kosinski itu. Singkat cerita, Maverick, yang merupakan pilot terbaik Top Gun yang sudah 35 tahun lulus, harus kembali lagi ke sekolah khusus pilot tempur pilihan tersebut.
Maverick diminta melatih pilot-pilot muda sebelum mereka mengemban tugas mahaberat. Konflik terjadi saat Maverick berurusan dengan Bradley Bradshaw. Bradley merupakan anak Nick Bradshaw alias Goose, sahabatnya yang diceritakan gugur saat bertugas di Top Gun 1986.
Meski berpredikat film sekuel, Top Gun: Maverick sepertinya masih mudah dipahami oleh penonton pemula. Sebab, jalan cerita film tersebut sejatinya mengalir sederhana.
Nostalgia juga dirasakan Marsekal Pertama Fajar Adriyanto. Mantan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara yang kini menjabat Kepala Pusat Potensi Dirgantara itu mengaku puas setelah menonton Top Gun: Maverick pekan lalu.
Menurut Fajar, film Top Gun pertama dan sekuelnya sama bagusnya. Keduanya menceritakan kerasnya kehidupan dan tugas pilot pesawat tempur. "Ceritanya sangat relatable dengan fighter pilot sesungguhnya," kata dia.
Fajar, 51 tahun, merupakan mantan pilot tempur F-16 TNI AU. Dia juga pernah menjadi Komandan Skuadron 3 Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun, pada 2007-2010. "Perjuangan Maverick sama dengan pilot tempur. Dituntut berjuang lebih bagus. Harus do the best," ujarnya.
Fajar mendapati perbedaan misi dari film Top Gun pertama dan kedua. Dalam film versi 1986, pertempuran sebatas antarpesawat. Adapun di film teranyar lebih komplet, termasuk menggambarkan misi serangan udara ke darat.
Menurut dia, gambaran film saat pesawat F/A-18 Super Hornet melepaskan serangan darat sama persis dengan keadaan nyata. Sewaktu menonton adegan itu, Fajar seketika berasa duduk di kokpit F-16 Fighting Falcon TNI AU.
Ketika jet tempur membidik sasaran darat, moncong pesawat akan menukik tajam. Setelah bom dilepas, pesawat seketika naik tajam. "Saat naik tajam itu, pilot bisa menerima tekanan 9G atau 9 kali berat tubuh. Menyiksa sekali dan berisiko pingsan," kata Fajar.
#INFO SINEMA 5.1.1-Sewa Jet Tempur Angkatan Laut AS
Adegan di Top Gun: Maverick mengingatkan Fajar pada pengalamannya saat insiden Pulau Bawean, Jawa Timur, pada 2003. Saat itu lima pesawat F/A-18 Hornet terpantau terbang tanpa izin di atas Laut Jawa. Kelima pesawat tersebut lepas landas dari kapal induk Amerika Serikat, USS Carl Vinson.
TNI AU lantas mengirim dua F-16 untuk melakukan identifikasi visual, termasuk yang diterbangkan Fajar. Burung besi TNI AU sempat terlibat ketegangan di udara melawan Hornet AL Amerika Serikat. Bahkan satu F-16 sempat dikunci radar oleh pesawat Amerika Serikat. Artinya, hanya butuh satu pijitan tombol sebelum rudal diluncurkan.
Setelah berkomunikasi, kelima pesawat tempur Amerika Serikat mengaku salah lokasi. Mereka mengira terbang di wilayah udara internasional. Akhirnya, kelima pesawat tempur itu menjauh dari wilayah udara Indonesia. "Itu contoh tugas berat pilot tempur. Dua F-16 dikeroyok lima Hornet," kata Fajar.
INDRA WIJAYA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo