Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pementasan seri monolog Di Tepi Sejarah yang sudah mengadakan lima pertunjukan pada musim pertama tahun ini, dapat disaksikan secara virtual di kanal Youtube Indonesia Kaya dan Indonesiana.tv pada bulan Kemerdekaan 2022. Hal ini diungkapkan produser Di Tepi Sejarah, Happy Salma dalam konferensi pers di Creative Hall MBloc, Senin, 15 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di Tepi Sejarah menjadi ruang belajar kami bukan saja untuk mengenalkan sosok yang punya kontribusi besar tapi tidak disebut dalam dinamika bangsa, tetapi juga menjadi ruang diskusi. Saya senang di proses kali ini bisa menjadi semacam workshop bagi lintas profesi juga,” kata Happy dalam konferensi pers di Creative Hall M Bloc, Jakarta Selatan, Senin, 15 Agustus 2022.
Monolog produksi Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media ini pada musim pertamanya ini telah mementaskan cerita tentang Ismail Marzuki, Gombloh, Emiria Soenassa, Kassian Cephas, dan Sjafruddin Prawiranegara. Pada pertunjukannya mereka bekerja sama Direktorat Perfilman dan Media Baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Dira Sugandi tampil sebagai Emiria Soenassa dalam seri monolog Di Tepi Sejarah berjudul Yang Tertinggal di Jakarta pada Sabtu, 2 Juli 2022 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Foto: Paramita/Titimangsa.
Pada cerita pertama, dimulai dengan kisah Sjafruddin Prawiranegara, yang merupakan gubernur Bank Indonesia pertama dan Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Monolog tentang Sjafruddin yang berjudul Kacamata Sjafruddin diperankan oleh Deva Mahenra, dengan sutradara Yudi Ahmad Tajudin dan naskahnya ditulis Ahda Imran. Monolog ini mulai tayang pada 17 Agustus 2022.
Selanjutnya, kisah dari fotografer Kassian Cephas, yang hidup dalam asuhan misionaris Belanda, Christina Petronella Philips. Kisah Cephas nantinya akan tayang dalam lakon Mata Kamera pada 18 Agustus 2022, dengan sutradara, penulis, dan pemeran M.N Qomaruddin dari Teater Garasi, Yogyakarta.
Dilanjut pada 24 Agustus 2022 juga akan ada monolog Panggil Aku Gombloh yang diperankan aktor pantomim, Wanggi Hoed. Monolog ini disutradarai oleh Joind Bayuwinanda dari Teater Koma. Naskah monolog sendiri ditulis oleh Guruh Dimas Nugraha dan Agus Noor.
Lukman Sardi melakukan monolog tentang salah satu pahlawan Indonesia, Ismail Marzuki. Foto: Yose Riandi| Titimangsa.
Monolog Senandung di Ujung Revolusi, yang bercerita tentang musisi Ismail Marzuki hadir pada 25 Agustus 2022. Pementasan ini diperankan Lukman Sardi dan penampilan khusus sang anak, Akiva Sardi, serta disutradarai Agus Noor. Naskahnya ditulis Agus dan Putu Arcana.
Seniman terakhir yang kisahnya diangkat adalah perempuan pelukis Emiria Soenassa dalam lakon Yang Tertinggal di Jakarta. Monolog ini diperankan penyanyi Dira Sugandi dengan sutradara Sri Qadariatin dan penulis naskah Felix K. Nessi, kisahnya akan tayang pada 31 Agustus 2022.
Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengapresiasi ikhtiar pementasan monolog Di Tepi Sejarah. Itu sebabnya, pemerintah mendukung kembali serial ini hingga memasuki musim kedua. “Kita membutuhkan berbagai medium dan cara pandang baru dalam melihat sejarah agar kebudayaan kita makin maju. Di Tepi Sejarah adalah sebuah inisiasi yang memberi kontribusi,” kata Ahmad Mahendra.
Baca juga: Debut Monolog, Dira Sugandi Akui Punya Banyak Kesamaan dengan Pelukis Emiria Soenassa
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini