Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Serial Zona Merah Angkat Urban Legend Indonesia ke Layar Kaca

Sutradara Zona Merah menjelaskan tentang urban legend Indonesia yang diadaptasi ke dalam serial.

9 Oktober 2024 | 18.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
(Dari kiri) Sutradara Sidharta Tata, aktris Aghniny Haque, dan sutradara Fajar Martha Santosa saat ditemui dalam acara promosi serial Zona Merah di kawasan Senayan, Jakarta Pusat pada Selasa, 8 Oktober 2024. TEMPO/Jasmine.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Serial Zona Merah tak hanya menghadirkan kisah menegangkan tentang wabah mayit hidup—sebutan untuk zombi dalam cerita ini—tapi juga menggali mitologi dan urban legend khas Indonesia. Zona Merah akan menyajikan perpaduan antara horor, drama, dan unsur mistis yang erat dengan budaya lokal.

Rimbalaya: Kabupaten Fiktif dalam Semesta Zona Merah

Sutradara Sidharta Tata menjelaskan bahwa latar Rimbalaya diciptakan sebagai miniatur dari kehidupan Indonesia, menggabungkan kota kecil, desa, hingga hutan. Letak geografisnya digambarkan sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan kekayaan alam dan letak yang strategis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ada perbatasan kota yang terhubung sama desa, ada desa, ada hutan,” kata dia saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat pada Selasa, 8 Oktober 2024. Menurut Tata, wabah mayit hidup di Rimbalaya menciptakan potret masyarakat dari berbagai kalangan yang terinfeksi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menekankan, wabah di serial ini tak hanya menyasar kota, tetapi juga merambah desa dan hutan sehingga melibatkan beragam karakter dari berbagai latar sosial, seperti petani, pedagang, hingga anak-anak sekolah.“Kami mencoba untuk mencuplik dari realitas geografis yang ada di Rimbalaya itu,” ungkapnya.

Urban Legend Mayit dan Cawan Hantu

Di serial Zona Merah, konsep mayit tidak hanya sekadar monster. Kemunculan mayit terhubung dengan sebuah mitos di Rimbalaya yakni tentang Cawan Hantu, bunga bangkai yang dipercaya membawa malapetaka.

Sutradara lainnya, Fajar Martha Santosa, mengungkapkan bahwa serial ini juga mengangkat elemen mistis melalui urban legend yang familiar di Indonesia. Namun, ia enggan merinci lebih lanjut tentang urban legend tersebut.

“Ada urban legend yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, saya belum bisa bocorkan sekarang,” kata Fajar. Ia menjelaskan bahwa salah satu pilar utama cerita ini adalah bunga yang menjadi mitos dari sumber wabah. 

Tata menambahkan bahwa penggunaan bunga ini tidak hanya sebagai elemen horor, tapi juga memiliki akar budaya yang kuat. “Bunga ini dipercaya turun-temurun sebagai penyembuh, jamu,” ujarnya. Melalui Zona Merah, mereka mencoba menggabungkan budaya barat yaitu zombi dan cerita lokal yang dekat dengan masyarakat.

Zona Merah mengisahkan perjuangan Maya (Aghniny Haque) dalam mencari adiknya yang hilang di tengah merebaknya wabah mayit di Rimbalaya. Serial ini diproduksi oleh Screenplay Pictures dan siap tayang mulai 8 November 2024 setiap Jumat di Vidio. Jajaran pemeran di antaranya ada Aghniny Haque, Andri Mashadi, Lukman Sardi, Devano Danendra, Maria Theodore, Ruth Marini, serta Ratna Riantiarno.

Adinda Jasmine

Adinda Jasmine

Bergabung dengan Tempo sejak 2023. Lulusan jurusan Hubungan Internasional President University ini juga aktif membangun NGO untuk mendorong pendidikan anak di Manokwari, Papua Barat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus