Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para agen wisata dan pengelola perhotelan mulai bergerak memburu pengguna jasa di tahap awal pembukaan lokasi wisata, setelah lama ditutup akibat pandemi. Pada masa tatanan kegiatan bisnis baru atau new normal, pemerintah masih membatasi kegiatan pelancongan hanya untuk wisatawan domestik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Ketua sekaligus Kepala Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Anton Sumarli, mengatakan belum sampai 10 persen dari total anggota organisasinya yang mulai menyediakan jasa paket perjalanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sudah ada yang menawarkan perjalanan untuk Oktober nanti, tapi masih gambling alias sambil memantau minat pasar," ucapnya kepada Tempo, Kamis 25 Juni 2020.
Para agen, kata dia, umumnya bisa menyiapkan perjalanan dengan berbagai varian angkutan. Namun, perjalanan darat kini lebih dominan karena masyarakat masih melancong ke destinasi jarak dekat. "Di awal begini, penggunaan jasa kami cenderung untuk wisata dalam pulau, misalnya Jakarta-Yogyakarta," ucapnya.
Astindo yang berisi lebih dari seribu entitas agen wisata aktif, kata dia, juga sedang rutin berkumpul untuk membahas tren wisata baru. Terlebih, pemerintah mewajibkan protokol clean, health, and safety (CHS) di seluruh penjuru lokasi pelancongan. "Kami perlu data-data dari pemerintah daerah, soal minat dan tren perjalanan masyarakat, agar dapat membuat paket layanan yang sesuai era pandemi."
Wakil Ketua Umum Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA), Budijanto Ardiansyah, mengatakan baru sedikit segmen layanan yang bisa diaktifkan di fase awal penormalan wisata, contohnya tur kota untuk plesir lokal.
"Pemandu wisata jarak jauh belum bisa aktif, karena orang lokal biasanya tak butuh jasa itu," katanya. "Kami mencari peluang dengan paket yang memungkinkan."
Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, mengatakan mayoritas anggotanya masih berfokus menangani segmen aktivitas bisnis, seperti meeting dan perjalanan dinas pemerintah. Menurut dia, belum ada pergerakan tamu untuk perjalanan wisata. Kapasitas sebagian besar hotel, baik yang elit maupun kelas menengah ke bawah, pun belum dimaksimalkan karena tingkat permintaan yang kecil.
"Pemulihan demand segmen wisata ini menunggu demand transportasi juga," katanya. "Pasti bisa lebih aktif ketika masyarakat lebih berani bepergian."
Untuk memulihkan perekonomian sektor pariwisata, pemerintah sebelumnya mempromosikan paket wisata in-city atau lokal di daerah tingkat I dan tingkat II. Program itu menarik pelancong di daerah sendiri tanpa keluar kota.
Deputi Bidang Pariwisata Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Odo Manuhutu, mengatakan pembukaan wisata domestik baru diperluas jika dalam 1-3 bulan ke depan, itu pun jika kurva penyebaran Covid-19 menurun tajam.
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | AHMAD FIKRI | PRIBADI WICAKSONO | BRAM SETIAWAN