Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga aset kripto Bitcoin (BTC) terpantau melonjak ke Rp 614.695.52 (US$ 42.696,1) pada pukul 18.00 WIB, Senin, 7 Februari 2022. Harga tersebut naik jika dibandingkan hari kemarin, Rp 598.628.124 (US$ 41.580,06).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada waktu yang sama kenaikan juga diikuti oleh Ethereum (ETH) sore ini di harga Rp 44.261.560,9 (US$ 3.074,36). Sedangkan hari Minggu kemarin terlihat harganya Rp 43.302.720,20, (US$ 3.007,76).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga di atas mengacu pada perhitungan kurs rupiah terhadap dolar dengan nilai tukar Rp 14.409,87 per dolar Amerika Serikat pada hari ini.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat pergerakan harga ini di tengah komentar otoritas yang skeptis dengan aset kripto. Ditambah lagi isu ancaman Perang Dunia ke-3 juga semakin nyata.
“Hal ini dipicu konflik antara Rusia dan Ukraina, yang menyeret Amerika Serikat (AS) dan Eropa,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya pada Senin, 7 Februari 2022.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga mendeklarasikan persatuan total di antara kekuatan Barat untuk melawan Rusia yang menyerang Ukraina. Pentagon bahkan menyiagakan 8.500 tentara untuk bergabung dengan NATO di Laut Hitam menghalau Rusia.
Ibrahim juga sependapat dengan Chief Executive Officer Litedex Protocol Andrew Suhalim, bahwa Konflik yang terus memanas antara Rusia dan Ukraina akan berdampak terhadap menguatnya Bitcoin. Karena negara yang berkonflik merupakan negara penghasil tambang Bitcoin terbesar di dunia
Selain itu, Ibrahim memperhatikan penasihat Keuangan Dana Moneter Internasional (IMF) Tobias Adrian memperingatkan ‘cryptoization’ atau kriptoisasi yang merayap. Istilah ini digunakan untuk aset kripto yang mulai 'menyeberang' ke arus utama keuangan karena menunjukkan korelasi yang kuat dengan pasar keuangan tradisional.
“Hal negatif lainnya, pasar kripto memang masih cenderung berfluktuasi, mencerminkan ketidakpastian di antara investor. Banyak di antara mereka biasanya beralih ke aset yang kurang stabil selama fase awal siklus pengetatan kenaikan suku bunga bank sentral beberapa negara maju, utamanya Amerika Serikat,” ujar Ibrahim.
Selain itu ia melihat, ancaman kenaikan inflasi dapat memaksa bank sentral untuk menguras likuiditas dari pasar keuangan yang telah mendukung kenaikan sahan dan kripto selama setahun terakhir.
Sedangkan untuk perdagangan besok Ibrahim memprediksi Bitcoin dibuka fluktuatif, namun melemah di kisaran US$ 36.800.50 - US$ 37.130.50.
M. Faiz Zaki
BACA: Bitcoin Menguat Lebih dari 11 Persen, Kini Harganya Rp 597,3 Jutaan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.