Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fintech peer-to-peer lending atau dikenal pinjol AdaKami mengungkapkan dampak kasus dugaan nasabahnya yang bunuh diri. Bagaimana imbasnya ke bisnis perusahaan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Masalah dampak secara bisnis tentunya pasti ada," kata Direktur Utama AdaKami, Bernardino Moningka Vega Jr, dalam konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Jumat, 5 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai informasi, AdaKami menjadi sorotan usai cerita di akun X (dulu Twitter) @rakyatvspin*** viral. Akun tersebut menceritakan kisah seorang nasabah diduga AdaKami yang bunuh diri lantaran utangnya.
Bernardino tak membeberkan angka pastinya. Sebab, belum ada perhitungan resminya. Dia mengatakan kemungkinan angka tersebut akan ada pada akhir bulan ini.
"Tapi yang kita tahu, hal ini tidak berdampak positif bagi kita (AdaKami)," ujar Dino, sapaan akrabnya.
Dia menuturkan berita kasus nasabah bunuh diri itu sudah hampir tiga pekan. Tapi identitasnya belum diketahui hingga kini.
Sementara itu Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah mengungkapkan keprihatinannya atas kasus ini. Dia menyebut, AdaKami viral karena isu ini tapi faktanya belum ditemukan.
"Rekan kami (AdaKami) mendapatkan stigma yang tidak relevan dengan fakta sesungguhnya," ujar Kuseryansyah dalam kesempatan yang sama.
Dilansir dari laman resmi AdaKami, perusahaan fintech lending itu mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,24 triliun per 31 Desember 2022. Beban pokok dan beban operasional adalah Rp 854,94 miliar. Sehingga laba usaha AdaKami tercatat sebesar Rp 393,27 miliar.
Sementara itu, beban lain-lain sebesar Rp 222,94 miliar dan penghasilan komprehensif tercatat sebesar Rp 2,18 miliar. Dengan demikian, laba komprehensif tahun berjalan adalah Rp 172,51 miliar pada 2022.
AdaKami juga mencatatkan jumlah aset Rp 617,07 miliar per 31 Desember 2023. Adapun ekuitas tercatat adalah Rp 344,29 miliar.