Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan (Kemendag), Bambang Wisnubroto, menyebut harga MinyaKita belum turun karena rantai distribusi panjang dan kompleks. Ia menyatakan, termasuk di dalamnya transaksi tambahan yang terjadi antar para pengecer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Nah, di pengecer ini masih ada entitas pengecer-pengecer yang lain. Jadi, rantainya panjang. Ini yang kami coba efisienkan yang tadi," ucapnya saat ditemui usai rapat koordinasi pengamanan harga dan stok pangan di kantor Badan Pangan Nasional (Bapanas), Jakarta Selatan pada Kamis, 5 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso menargetkan harga MinyaKita akan turun dalam waktu dua sampai tiga hari di pekan ini. “Ya 2-3 hari sudah turun, sudah normal kembali,” kata pejabat karier yang diangkat jadi Menteri Perdagangan ini kepada wartawan ketika ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis lalu, 28 November 2024.
Namun, genap satu pekan sejak pernyataan tersebut, rata-rata harga MinyaKita diketahui masih berada di level yang sama, yakni Rp 17 ribu per liter. Angka tersebut lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET) senilai Rp 15.700 per liter minyak.
Sedangkan, Budi Santoso mengklaim, tren harga MinyaKita di wilayah Indonesia Timur sudah mulai menurun. Penurunan itu terjadi setelah timnya berkomunikasi dengan dinas, produsen, dan distributor di wilayah terkait. Ia juga menyatakan kenaikan yang terjadi tidak terlalu tinggi.
Sementara itu, menyiasati harga yang masih terhitung tinggi, Kemendag mengajak BUMN Pangan untuk turut menjadi distributor MinyaKita ke masyarakat. Hal ini, sebagaimana diterangkan Bambang, terkait peran BUMN yang dinilai mampu mengintervensi harga di pasaran usai melalui Bulog.
Bambang mengungkapkan akan mengadakan rapat untuk melakukan pembahasan lebih lanjut pada Senin mendatang. “Makanya tuh harapannya harganya, kan sekarang rata-rata nasional Rp 17 ribu. Nah, kami harapkan bisa turun sesuai arah Pak menteri. Kita Senin lagi akan rapat," ucapnya.
Bambang meyakinkan ketersediaan minyak goreng, khususnya MinyaKita sejauh ini tidak terkendala apapun. “Kalau kita bicara keseluruhan minyak ya, kan ada minyak premium, ada minyak kita ada curah. Kan semua ada tersedia. Apalagi yang kita ada indikasinya saja di outlet-outlet retail modern kan semua banyak. Jadi enggak ada kendala," katanya.
Han Revanda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.