Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mencari pekerjaan merupakan kondisi yang hampir semua orang mengalaminya. Terlebih di era modern saat ini, persaingan mendapatkan pekerjaan sangatlah berat. Bahkan bagi mereka yang sudah memiliki ijazah perguruan tinggi. Lantas, mengapa mencari kerja susah sekarang?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatatkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 7,86 juta orang per Agustus 2023. Jumlah itu menyusut dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Namun total penganggur itu lebih tinggi dibandingkan di era sebelum pandemi Covid-19, yaitu 7,10 juta jiwa pada Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Ketenagakerjaan Bob Azam mengatakan jumlah tenaga kerja baru semakin melimpah, sehingga sulit dibendung oleh dunia usaha. Angka pengangguran bertambah sementara penyerapan tenaga kerja baru juga lemah, khususnya dari sektor manufaktur yang seharusnya diisi oleh banyak pekerja.
“Pertumbuhan ekonomi kita tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal,” kata Bob seperti dikutip dari Koran Tempo edisi Kamis, 11 Januari 2024.
Bob menjelaskan setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi telah mewakili penyerapan 600 ribu pekerja di masa kejayaan industri manufaktur pada 1990-an. Namun, persentase itu sekarang hanya setara dengan 200 ribu tenaga kerja. Sehingga, angka pertumbuhan ekonomi 5 persen per tahun hanya setara dengan penyerapan 1 juta pekerja.
Padahal, lanjut dia, jumlah angkatan kerja baru bisa melampaui 2,5 juta per tahun. “Jadi, bonus demografinya belum tertampung,” ucapnya.
Senada dengan hal itu, Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menyebut sektor usaha yang bertumbuh berdasarkan laporan BPS pada Agustus 2023 tidak menyerap banyak tenaga kerja. Misalnya, sektor akomodasi dan makanan-minuman yang tumbuh 10,9 persen secara tahunan.
Kendati demikian, menurut Riza, penyerapan tenaga kerjanya hanya 1,18 juta jiwa. Begitu pula dengan sektor transportasi dan pergudangan yang turut tumbuh 14,74 persen secara tahunan, tapi hanya mampu menyerap 340 ribu pekerja dalam setahun.
“Kalau begini, pertumbuhan ekonomi tidak mampu mendorong penyerapan tenaga kerja,” ujar Riza.
Selanjutnya: Tips Sukses Dapat Kerja
Di sisi lain, Ketua Bidang Perkumpulan Praktisi dan Profesional Hubungan Industrial Triaji Lahardi membagikan beberapa kiat untuk mendapatkan pekerjaan bagi lulusan baru (fresh graduate).
“Para fresh graduate yang akan lulus, nanti Anda akan dihadapkan dengan ribuan kesempatan, bisa bekerja, membuka lapangan kerja, bisa juga mengeksplor hal-hal lainnya. Tapi teman-teman juga bakal dihadapkan dengan ribuan pesaing. Inilah kondisi yang dihadapi bersama,” kata Triaji dalam Webinar SEVIMA, Jumat, 8 Juli 2022, seperti dikutip dari Antara.
Triaji menyarankan, tips pertama bagi lulusan baru sebaiknya menyiapkan diri secara matang sejak jauh-jauh hari. Mencari informasi pekerjaan dapat dilakukan sebelum lulus dari bangku sekolah/kuliah. Sejak masih menjadi siswa atau mahasiswa pun, mereka sudah bisa bekerja atau magang.
“Banyak teman-teman yang kurang mempersiapkan diri, mau wisuda baru panik dan berburu pekerjaan. Padahal, banyak perusahaan yang membuka lowongan praktik lapangan, magang, hingga kunjungan atau kerja remote. Saran saya, mumpung belum ke luar dari pagar kampus, ikut kesempatan-kesempatan itu, dan jangan ragu menunjukkan kemampuan yang dimiliki dalam CV dan wawancara kerja,” ucapnya.
Triaji juga memberikan tips kedua agar fresh graduate sebisa mungkin memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Karena, menurutnya, pekerjaan pertama yang diambil nantinya akan menentukan karier di masa depan.
“Karena kalau memaksakan sesuatu yang bukan bidang maupun kegemarannya, salah tempat bisa stres. Siklusnya, hasil pekerjaan tidak bagus, menghambat prestasi, sehingga akhirnya bekerja seadanya dan pendapatan juga tidak optimal. Insya Allah kariernya bisa moncer kalau bidangnya tepat dan sesuai dengan skill juga keinginan,” ujarnya.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: Mengenal Apa Itu Soft Skill dalam Pekerjaan dan Contohnya