Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Laut Kena Tumpahan Minyak, Nelayan Minta Ganti Rugi Rp 168 M

Nelayan yang tak bisa melaut sejak insiden tumpahan minyak Pertamina meminta ganti rugi senilai Rp 168,948 miliar.

8 Agustus 2019 | 16.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, berkoordinasi dengan Bupati Karawang Celicca Nurachadiana, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bekasi, dan Direktur PT Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf, terkait tumpahan minyak (oil spill) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat, 2 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Nelayan di laut Utara Karawang meminta ganti rugi senilai Rp 168,948 miliar atas tumpahan minyak Pertamina yang membuat mereka tak bisa melaut. Tumpahan minyak itu berasal dari anjungan YYA-1, Proyek YY, milik Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Yussuf Solichien menyebutkan, nilai ganti rugi sebesar Rp168,948 miliar tersebut merupakan hasil perhitungan kerugian harian yang dialami nelayan selama 60 hari terhitung sejak terjadinya insiden tumpahan minyak pada 12 Juli. “Ada 18.772 nelayan perikanan tangkap dan budi daya yang hilang mata pencahariannya,” ujarnya dalam pesan singkat kepada Bisnis, Rabu 7 Agustus 2019. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Yussuf, sebanyak 18.772 nelayan tersebut tersebar di delapan  kecamatan yang terdampak, yakni Kecamatan Cilebar, Tirta Jaya, Cilamaya Wetan, Pakis Jaya, Cibuaya, Cilamaya Kulon, Tempuran, dan Pedes. Adapun, pendapatan harian para nelayan dan pelaku budi daya tersebut disetarakan di angka Rp150.000 per hari. 

Tumpahan minyak Pertamina tersebut, tutur Yussuf, menyebabkan nelayan tidak bisa melaut. Hal yang sama juga menimpa para pelaku budi daya yang kebanyakan bergantung pada suplai air dari laut sekitar. 

Adapun Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya mengatakan saat ini perseroan sedang berfokus pada kegiatan mobilisasi Rig Jack Up Soehanah di sekitar lokasi relief well. Hal itu dilakukan bersamaan dengan proses survei geohazard dan geotechnical. “Prioritas utama adalah keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan sekitar,” ujar Ifki melalui keterangan resmi.

Munculnya gelembung gas di sekitar proyek YY yang dioperasikan PHE ONWJ berawal pada Jumat dini hari, 12 Juli 2019, dan kemudian berujung pada tumpahnya minyak. Saat ini, PHE ONWJ menyatakan sudah mengebor sumur relief well YYA1-RW dengan kedalaman sekitar 540 meter per 7 Agustus 2019, dan ditargetkan mencapai kedalaman 2.765 meter. 

Saat ini PHE ONWJ juga telah melibatkan 45 kapal disiagakan untuk untuk menanggulangi tumpahan minyak dan menghentikan gelembung gas.

BISNIS 
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus