Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan saat ini industri farmasi masih terkendala pasokan bahan baku dalam negeri. Akibatnya, hampir 90 persen bahan baku di industri farmasi masih dipenuhi dari impor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Memang industri farmasi kan impornya masih tinggi, impor bahan bakunya mendekati US$ 1 miliar dalam bentuk barang jadi," kata Airlangga ditemui usai melepas kontainer ekspor produk perawatan kesehatan milik PT Bayer Indonesia di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu 27 Maret 2019.
Hari ini Bayer Indonesia melepas kontainer ekspor produk obat dan vitamin ke 32 negara. Pelepasan ekspor ini merupakan yang ke-3.000 sepanjang Bayer mendirikan pabrik untuk memproduksi barang kesehatan. Pabrik milik Bayer ini setiap tahun memiliki kapasitas produksi 50 juta single pack/tube per tahun.
Menurut catatan Kementerian Perindustrian, industri ini masih mengimpor sebesar US$ 4 milyar dalam bahan baku obat dan sekitar US$ 800 juta dalam bentuk obat jadi. Adapun industri farmasi termasuk industri yang telah lama berdiri dan mampu memenuhi 75 persen kebutuhan obat dalam negeri.
Airlangga menjelaskan, untuk mengatasi persoalan bahan baku dan impor, pemerintah akan mendorong industri farmasi untuk melakukan investasi baru atau melakukan ekspansi pasar. Namun, untuk saat ini pemerintah tengah menggiatkan perusahaan untuk menambah atau menanam investasinya di sekor industri ini.
"Kami harus dorong industri semacam ini untuk ekspansi atau investasi baru," kata Airlangga.
Kendati demikian, menurut Airlangga industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional saat ini telah tumbuh sebesar 4,46 persen. Industri ini telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor industri pengolahan non migas sebesar 2,78 persen dan terus meningkat selama 5 tahun terakhir.
DIAS PRASONGKO