Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi Shane Filan ikut meramaikan Babak Spektakuler Top 7 Indonesian Idol, pada Senin 3 Maret 2018. Mantan Personil Westlife ini tidak hanya bernyanyi solo dengan membawakan lagu Heaven, Shane Filan juga berkolaborasi dengan ketujuh kontestan Top 7 saat membuka acara. Usai tampil, Shane menilai bahwa para kontestan Indonesian Idol sangat luar biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak banyak yang tahu, Shane Filan ternyata kerap berkampanye tentang anti bullying di Irlandia. Di akun Instagram @shanefilanofficial, Shane pernah mengunggah sebuah gambar memegang sebuah perisai berwarna biru pada 12 September 2016. Dalam keterangan foto, Shane menuliskan bentuk kampanyenya terhadap anti bullying. '#ISPCCShield anti bullying month in ireland. Buy a shield or pin from Penneys for just €2.50'(#ISPCCShield bulan anti bullying di Irlandia. Beli satu perisai atau pin dari penneys dengan harga €2.50). ISPCC dalam tulisan itu berarti The Irish Society for the Prevention of Cruelty to Children alias komunitas anti kekerasan anak. Baca: Lelang Koleksi Pribadi Pejabat : Reza Rahadian Mau Lelang Apa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shane Filan bukan pertama kali ikut dalam kampanye anti bullying itu. Pada April 2012, Shane Filan bersama para personil Westlife lainnya pun memegang perisai untuk menangkal bentuk perundungan kepada semua anak di Irlandia.
Shane Filan kampanye anti bullying/Instagram
Perundungan tidak hanya masalah di Irlandia, tapi juga di Indonesia. Psikolog di EduPsycho Research, Yasinta Indrianti mengatakan perundungan merupakan tindakan mengintimadasi atau merendahkan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan mengontrol orang lain. Tindakan bullying bisa bermacam-macam, mulai dari kekerasan verbal, sosial, hingga fisik. Menurut Yasinta, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu remaja melakukan tindakan tidak menyenangkan ini, yakni:
#Kompetisi dan komformitas
Rasa ingin berkompetisi dan menunjukkan dirinya eksis merupakan hal yang wajar dialami oleh remaja. Namun pada kondisi ini banyak dari mereka masih belum bisa mengidentifikasi kebutuhan ataupun kondisi emosionalnya yang tepat sehingga mereka tidak bisa mencari solusi yang tepat.
Kemudian, komformitas juga sangat penting bagi remaja. Diterima oleh teman-teman dan komunitas menjadi hal yang sangat penting dalam perkembangan sosial mereka sehingga anak usia remaja memiliki ciri khas untuk membentuk kelompok atau gang. Dengan gangnya ini remaja ingin tampil eksis di kalangan teman sebayanya dan gang ini paling rentan dalam melakukan tindakan bullying. Baca: Awas, Body Shaming Akibatkan Diare dan Sakit Kepala
#Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua atau kondisi keluarga yang tidak komunikatif dapat menjadi pemicu tindakan bullying. Remaja mengalami masa perubahan yang tidak mudah. Perubahan dari anak-anak menjadi dewasa merupakan kondisi yang tidak nyaman bagi mereka dengan begitu banyaknya perubahan fisik yang mereka alami.
Jika keluarga tidak komunikatif, orang tua cenderung mempersalahkan, anak tidak dapat mengungkapkan dirinya secara leluasa sehingga tidak merasa nyaman dalam keluarga. Anak akan mencari jalan di luar rumah untuk mendapatkan kenyamanan, seperti ke teman-teman segangnya.
#Lingkungan
Lingkungan menjadi faktor yang paling berperan. Jika remaja hidup dalam lingkungan yang banyak memberikan contoh negatif, seperti ketika ada seseorang yang dibully dibiarkan, ditonton, atau bahkan disoraki, dapat membuat perilaku ini menguat dan berulang. Baca: Heboh Meninggal: Henry Cavill Masih Sehat, Ini Rahasianya
“Korban bullying memang kadang kala adalah korban yang empuk sekali untuk menjadi tontonan, itu seringkali memperkuat perilaku bullying,” tutur Yasinta. Ia menambahkan tiga faktor ini saling terkait dan menjadi rantai bullying yang tak putus-putus dan menyebar jika tidak ada tindakan.
DWI NUR SANTI | looktothestars.org