Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cognitive Behavioral Therapy (CBT) salah satu jenis perawatan psikoterapi. Mengutip Verywell Mind, terapi CBT membantu orang belajar mengidentifikasi juga mengendalikan pola pikir yang mengganggu, atau berdampak negatif terhadap perilaku dan emosi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CBT tergolong efektif daripada terapi psikologis atau obat psikiatri. Masalah kesehatan mental membutuhkan terapi CBT, seperti stres, depresi, gangguan kecemasan dan efek traumatis lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip American Psychologycal Association, terapis CBT menekankan realita kehidupan seseorang saat ini. Bukan yang menyebabkan trauma. informasi tertentu tentang masa lalu memang dibutuhkan, tapi fokus utamanya bergerak maju untuk mengembangkan cara efektif menjalani kehidupan.
Jenis terapi CBT
1. Terapi kognitif berupusat mengidentifikasi dan mengendalikan pola pikir, respons emosional, dan perilaku yang terganggu.
2. Terapi perilaku dialektik (DBT), membahas pikiran dan perilaku sambil menggabungkan strategi seperti regulasi emosional dan perhatian penuh.
3. Terapi multimodal, masalah psikologis diatasi dengan tujuh klasifikasi berbeda namun saling berhubungan, termasuk perilaku, pengaruh, sensasi, citra, kognisi, faktor interpersonal, dan pertimbangan obat atau biologis.
4. Terapi perilaku emotif rasional (REBT), identifikasi keyakinan irasional, secara aktif menantang masalah itu, belajar mengenali dan mengendalikan pola pikir.
Pendekatan terapi CBT berlainan
CBT bertujuan membantu seseorang belajar terapi mandiri. Orang akan mengembangkan keterampilan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan perubahan (koping). Mereka belajar mengubah pola pikir, emosi, dan masalah perilaku.
Setiap jenis terapi CBT berbeda pendekatan. Semua itu bekerja untuk mengatasi pola pikir mendasar terhadap tekanan psikologis. Mengutip Mayo Clinic, CBT biasanya dianggap terapi jangka pendek, sekitar 5 hingga 20 sesi. Itu tergantung masalah psikologi yang dialami.
Adapun faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan jumlah sesi meliputi:
- Jenis gangguan atau situasi
- Tingkat masalah gejala
- Waktu mengalami gejala atau telah berhadapan dengan situasi ini
- Seberapa cepat membuat kemajuan?
- Seberapa besar stres yang dialami?
- Berapa banyak dukungan yang diterima dari anggota keluarga dan orang lain?
KAKAK INDRA PURNAMA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.