Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau yang kerap disebut Brigadir J tak hadir di Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, pada hari ini, Senin, 18 Juli 2022. Pengacara keluarga mereka, Kamaruddin Simanjutak, menyatakan kedua orang tua Yosua masih mengalami trauma sehingga tak ikut dalam pelaporan atas kasus meninggalnya Yosua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Orang tuanya kita harapkan tadinya ikut, tapi masih trauma. Jadi belum berani datang ke sini, karena traumatik,” ujarnya saat ditemui di Mabes Polri, Senin, 18 Juli 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kamaruddin menjelaskan, pihaknya melaporkan terkait penyelidikan yang dilakukan kepolisian terhadap kasus kematian Yosua. Mereka menduga ada tindak pidana pembunuhan berencana, penganiayaan hingga pencurian dalam kasus ini.
Hal itu terkait dengan temuan sejumlah luka sayatan di jenazah Yosua. Pihak keluarga juga menilai ada kejanggalan dalam hal hilangnya tiga telepon seluler pria berusia 28 tahun itu.
Tak hanya itu, Kamaruddin menyatakan keluarga Yosua sempat mendapatkan intimidasi berupa penyadapan komunikasi.
Johnson Panjaitan, yang juga bagian dari tim kuasa hukum, menyatakan pihaknya melapor ke Bareskrim Mabes Polri sebagai respon atas tuduhan dan fitnah yang dialamatkan kepada keluarga Brigadir J. Upaya ini dilakukan agar intimidasi dan ancaman kepada keluarga tidak makin berpolemik.
Polisi sebelumnya menyatakan bahwa Yosua tewas setelah terlibat adu tembak dengan Bharada RE di rumah singgah Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Inspektur Jenderal Polisi Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat, 8 Juli 2022.
Kejadian itu bermula ketika Yosua disebut melecehkan istri dari jenderal bintang dua tersebut. Yosua juga disebut sempat menodongkan pistol ke kepala istri Ferdy.
Istri Ferdy sempat berteriak sehingga Bharada RE datang menghampiri.Yosua dan Bharada RE lantas terlibat adu tembak. Brigadir J tewas ditempat setelah mendapatkan tujuh luka tembak.
Keluarga korban meragukan cerita versi polisi itu. Pasalnya, menurut mereka, terdapat luka sayatan di sejumlah bagian tubuh Yosua. Keraguan atas penyebab kematian itu pun muncul dari berbagai pihak karena polisi menyebut kamera keamanan di kediaman Ferdy Sambo rusak hingga hilangnya tiga telepon seluler Yosua.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun membentuk tim khusus untuk mengungkap kasus kematian Brigadir J ini. Tim ini terdiri dari polisi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) hingga Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).