Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Akademi Kepolisian Republik Indonesia (Akpol) hanya akan menerima 325 calon taruna/taruni 2024. Informasi tersebut disampaikan oleh Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM Kapolri) Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo pada pembukaan sidang akhir seleksi taruna Akpol tingkat pusat, di Auditoriun Cendikia Akpol, Jawa Tengah, Ahad, 28 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dari 325, 284 adalah taruna dan 41 adalah taruni," ujar dia dalam keterangan resmi yang diterima Tempo, Ahad, 28 Juli 2024. Namun, dibalik euforia yang akan didapat para catar terpilih, seleksi catar tahun 2024 bukan tanpa kritik. Beberapa waktu lalu, gedung Bareskrim didatangi massa unjuk rasa yang meminta pengulangan tes seleksi untuk 11 orang catar Akpol di NTT.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alasan permintaan tersebut karena 11 orang yang lolos dianggap merupakan konflik kepentingan. Sebab 8 di antara mereka adalah anak dari polisi. Termasuk satu di antaranya, Timothy Abishai Silitonga, anak dari Kapolda NTT, Inspektur Jenderal Daniel Tahi Monang Silitonga.
Namun hingga memasuki sidang akhir seleksi taruna Akpol 2024 hari ini, permintaan tersebut tidak digubris. Tempo beberapa kali meminta tanggapan kepada Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko dalam beberapa kesempatan, perihal permintaan para pengunjuk rasa, namun ia tidak memberi jawaban jelas. "Nanti saya cek," ujar dia dalam beberapa kali kesempatan.
Dalam pembukaan sidang akhir seleksi taruna Akpol hari ini, Dedi Prasetyo didampingi oleh Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto dan Gubernur Akpol Irjen Krisno Halomoan Siregar. Ia mengataka ada perbedaan dengan seleksi tahun sebelumnya, yakni: waktu proses seleksi di tingkat pusat yang lebih singkat. Tahun sebelumnya waktu seleksi 30 hari, sementara tahun ini hanya 21 hari.
Di luar dari problematika seleksi Akpol, ia menegaskan hasil seleksi nantinya merupakan hasil murni dari jerih payah dan kerja keras peserta. Ia mengklaim seleksi dilakukan secara objektif dan transparan.
Peserta yang mengikuti ujian akhir tersebut dikatakan telah melalui rangkaian tes, mulai dari pemeriksaan administrasi, tes akademik, asesmen mental ideologi, pemeriksaan psikologi, penelusuran mental kepribadian. Kemudian juga uji kesamaptaan jasmani dan anthropometri, hingga pemeriksaan penampilan.