Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bencana dan kaca mata

Tanggapan pembaca tentang sajak sutardji calzoum bachri.

2 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyair Sutardji Calzoum Bachri menulis (seperti yang dikutip Catatan Pinggir TEMPO, 21 November 1992), ''Bumi semakin sempit kemanusiaan semakin luas, orang bilang sambil sibuk dengan gembala sendiri dan di luar gembala hanya dianggap rumput boleh diinjak dimamah habishabisan.'' Sajak Sutardji itu, seperti halnya uang bantuan kita yang bermilyarmilyar itu, adalah untuk Bosnia. Bencana manusia sementara ini terus hadir di ruang tamu kita, lewat layar televisi, surat kabar, ataupun kabar burung. Ada wajahwajah bagai tengkorak, di Somalia. Ada pula ibuibu yang membopong mayat putra mereka, di Kurdistan. Dan di suatu negeri, di sebuah pekuburan tua, seorang remaja tersengalsengal menutup luka tembak di dadanya. ''Lari, lari . . . tinggalkan saja aku,'' katanya kepada teman sebaya yang berusaha menolong. Tapi bukankah kita melihat bencana manusia dengan sebuah -- dan hanya sebuah -- kaca mata? Lantas kita membuat sajak, atau merogoh dompet, hanya untuk bencana yang pas dengan kaca mata itu. Maka, di sebuah musyawarah besar, ketika sebuah keinginan untuk menolong manusia lain sedang kita diskusikan dengan kerutkening yang maksimal, suatu usul untuk sekaligus memperhatikan Somalia dan bencanabencana lainnya itu pun telah kita tanggapi hanya dengan senyumsenyum kecil. Itu urusan PBB, kata mayoritas hadirin (dan ''mayoritas'' adalah mantera yang selalu terlalu perkasa untuk sebuah gugatan). Bung Tardji, kita melihat bencana manusia dengan sebuah kaca mata, ya kan? Dan itu sendiri sudah merupakan sebuah bencana sendiri. Maka, pertanyaan yang Bung Tardji kemukakan dalam sajak Bung itu (''Tuhan, bagaimana aku bisa lagi membikin manusia?) sebenarnya juga sebuah pertanyaan yang tak benarbenar bertanya, karena itu bolehboleh saja diucapkan sambil minumminum bir, ketika kita sekadar ingin mabuk-mabukan di Taman Ismail Marzuki seperti dulu itu. Ya, kan? DEDY N. HIDAYAT 440 Henry Mall Madison, WI 53706 USA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus