TANGGAL 23 Desember, tiga puluh tahun lalu, beberapa dokter, politikus, pekerja sosial, dan sejumlah warga negara yang peduli masalah kependudukan sepakat membentuk Perkumpulan Keluarga Berencana. Di antara mereka yang sampai sekarang masih dikaruniai usia panjang adalah Dokter R. Soeharto, Ibu Nani Soewondo, Ibu Sjamsurizal, Profesor Judono, Profesor R. Hanifa Wiknyosastro, Ibu Rum, Dokter Koen Martiono. Ketika para pendiri Perkumpulan Keluarga Berencana mencoba merumuskan tujuan organisasi itu, ada dua kata kunci yang sangat menentukan arah perkumpulan sampai sekarang. Kedua kata kunci itu adalah Keluarga Bertanggung Jawab. Dari dulu kedua kata kunci itu diterjemahkan menjadi responsible parenthood. Karena itu, dalam memberi nama terjemahan bagi perkumpulan pun, kedua istilah itu masih dibawa: Indonesian Planned Parenthood Assoaation. Orangtua bertanggung jawab merencanakan keluarganya. Mempunyai anak bukan perkara main-main atau kebetulan. Luar biasa implikasinya. Punya anak atau tidak punya anak itu hakikatnya merupakan pilihan sadar. Karena itu, kapan anaknya dilahirkan, dalam kondisi apa dia dibesarkan, dan persiapan apa yang dibuat untuk menyongsong masa depannya adalah tanggung jawab orangtua. Bila ia benar-benar orangtua yang bertanggung jawab. Dengan demikian, kelahiran setiap anak haruslah hasil dari pilihan sadar dan sepenuhnya dikehendaki. Sumber malapetaka keluarga bisa berasal dari lahirnya atau dikandungnya anak yang tidak dikehendaki. Karena itu, sah segala usaha untuk merencanakannya. Ketidakmampuan orangtua merencanakan kelahiran dan membesarkan anak, baik karena kemiskinan, kctidakpedulian, maupun kurang pengetahuan, itulah yang menjadi perhatian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Apalagi bagian terbesar dari pemrakarsa gagasan ini adalah dokter ahli kandungan. Mereka tahu seluk-beluk upaya menjarangkan kelahiran, kontrasepsi, dan soal kesehatan reproduksi lainnya. Karena itu, perhatian perkumpulan ketika baru didirikan adalah mengusahakan jaringan pelayanan untuk memberi nasihat praperkawinan. Di samping itu, pusat latihan dibentuk untuk melatih tenaga penerangan dan motivasi tentang seluk-beluk kesehatan reproduksi, termasuk upaya menjarangkan kelahiran dengan kontrasepsi, pantang berkala, dan upaya sehat lainnya. Sementara itu, di rumah-rumah sakit mulai dikenalkan unit yang memberikan pelayanan kontrasepsi. Karena perhatiannya adalah kesehatan dan kesejahteraan keluarga, maka PKBI sejak dulu sangat peduli perkara menanggulangi kemandulan. Pelayanan ini mungkin unik di seluruh dunia, tetapi demikianlah adanya. Sampai sekarang PKBI membantu mengusahakan pemecahan masalah bagi pasangan yang ingin anak. Kalau bisa lewat pengobatan dan teknologi kedokteran, kalau tidak, lewat adopsi. Ingat, ketika PKBI didirikan pada 1957, kebijaksanaan kependudukan Indonesia saat itu pada asasnya adalah pronatal. Pemerintah bertekad memperkuat ketahanan bangsa dengan jumlah penduduk yang besar. Selama tiga pulyh tahun organisasi ini ditantang terus-menerus untuk menlawab dinamika perubahan masalah yang dihadapi . Sejak dulu program PKBI tampak kenyal dan tangguh. Pada dekade pertama, misalnya, terlihat tiga sasaran pokok yang digarap dengan cermat. Pertama, mengusahakan agar kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan dan kesejahteraan keluarga serta kependudukan makin kondusif bagi terwujudnya keluarga sehat dan sejahtera. Inilah dimensi program di bidang kebijaksanaan (policy). Kedua, berdaya upaya agar para pemimpin masyarakat, politikus, pemuka agama, kalangan profesl, dan pekeria sosial memahami masalah merencanakan keluarga ini dalam rangka menciptakan kesejahteraan umum. Ini merupakan dimensi program di bidang politik dan kemasyarakatan Ketiga, menyebarluaskan pengetahuan dan perkembangan teknologi kontrasepsi di kalangan profesi kesehatan, termasuk merintis pendirian klinik-klinik pelayanan kontrasepsi. Ini adalah dimensi program di bidang profesi. Saya mengagumi jejak langkah pendiri perkumpulan ini. Tanpa banyak bicara, dalam tempo sepuluh tahun, ketiga arena perjuangan itu dengan sukses telah dapat diwuiudkan. Perjuangan terberat di arena politik sangat ditolong oleh kelahiran pemerintah Orde Baru yang serta-merta mengambil kebijaksanaan antinatal -- sesuai dengan cita-cita PKBI. Di bidang politik dan kemasyarakatan, sukses itu diwujudkan dengan mulusnya dukungan luas dari semua kalangan, terutama kalangan ulama dan pemuka agama, ketika keluarga berencana dijadikan program nasional pada 1970. Begitu pula perjuangan di arena profesi. Jaringan tenaga dan kelembagaan begitu siaga, sehingga ketika program nasional secara transisional mengambll alih klinik, pusat latihan, dan personel anggota, serta relawan perkumpulan, jaringan itu begitu sigap menjalankan peran baru sebagai organ program nasional. Kini, ketika program nasional sudah berkembang secara pesat dan ekstensif, apa yang masih bisa dilakukan PKBI? Organisasi ini dari dulu berdiri atas empat pillr penyangganya. PKBI tegak dan sukses karena bertumpu pada panji-panji kepeloporan, inovasi, kerelawanan, dan kemandirian. Keempat pilar itu sampai sekarang menjadi kebanggaan perkumpulan untuk tetap menjunjungnya. KB bukan semata-mata kontrasepsi. KB bukan semata-mata penerangan dan motivasi. KB menyangkut nilai tentang orangtua bertanggung jawab. Karena itu, pada gilirannya KB harus disandarkan pada prakarsa, pilihan, dan upaya masyarakat untuk bisa menolong diri sendiri, guna merumuskan apa yang terbaik bagi terwujudnya keluarga sehat sejahtera. KB merupakan komponen dari upaya transformasi masyarakat secara paripurna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini