Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Enrile, sang karikatur

22 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEPUTUSAN Juan Ponce Enrile untuk bergabung dengan gerakan meruntuhkan rezim Marcos memang merupakan kejutan bagi kaum pembaru Filipina. Kehadirannya di arena perubahan ditanggapi oleh mereka dengan sikap mendua. Di satu pihak, ia kawan. Di pihak lain, ia beban. Kawan, karena ia turut menuntaskan gerakan pembelotan militer pimpinan Jenderal Fidel Ramos. Pembelotan itu menjelma nenjadi dukungan bagi kekuatan rakyat pendukung Cory Aquino. Beban, karena setiap orang di Filipina tak bisa melupakan jejaknya semasa mengabdi Marcos. Enrile adalah bekas administrator penerapan hukum darurat perang (martial law) terpanjang dalam sejarah Filipina, dengan segala akibatnya. Ia secara luas dicurigai tidak bersih reputasi perduitannya. Apalagi bila Anda jeli menyimak peristiwa gawat sekitar kejatuhan Marcos. Karena di saat inilah awal langkah petualangan Enrile. Setelah ada di Camp Aquinaldo -- markas pertama pembelot Enrile tidak serta-merta mendukung Cory Aquino. Dengan cerdik ia hanya mengatakan memisahkan diri dari pemerintahan Marcos. Alasannya? Karena -- katanya -- pemerintahan itu telah kehilangan legitimasi. Kecurangan dalam pemilu dan protes meluas rakyat dlladikan dasar pembuktian hanya pencabutan mandat rakyat. Motif pembelotan Enrile itu banyak ditafsirkan orang sebagai jurus pendek belaka. Enrile sudah berhitung. Marcos mulai nyata akan dicampakkan oleh rakyat Filipina. Sementara itu, Amerika sudah siap-siap pula membantu menyingkirkannya. Maka, Enrile pun lalu membuat perhitungan untuk survival politiknya. Jadi, motif pembelotannya bukan lantaran alasan ideologi atau pemihakan pada suatu konsep alternatif pemerintahan. Hanya setelah jelas-jelas Cory dipilih rakyat memimpin pembaruan, Enrile bergabung. Apa pun dalilnya, jelas Enrile bukanlah mitra seiring dalam menegakkan masyarakat dan pemerintahan bersendikan kekuatan rakyat (people's power) itu. Karena itu, ketika kerja mulai serius, Enrile, yang dipertahankan sebagai menteri pertahanan oleh Cory Aquino, menjadi unsur ganjil dalam kabinet. Omongannya di sidang kabinet sering tidak nyambung. Sikapnya terhadap upaya mematahkan pemberontakan melalui upaya perdamaian dan rekonsiliasi nyleneh. Juga dalam soal menangani ulah Tolentino yang makar sambil minum wiski (mutiny over a barrel of wisky, kata orang) di Hotel Manila. Suaranya selalu sumbang dalam soal rancangan konstitusi baru, pengelolaan politik dalam perumusan berbagai kebijaksanaan pemerintahan. Karena itu, kehadiran Enrile di antara jajaran menteri-menteri dalam kabinet Cory ibarat Rambo yang muncul di panggung Langendriyan. Tak terelakkan, gambaran sosok kehadiran Enrile dalam kabinet Filipina menjadi semacam karikatur. Makhluk aneh. Suaranya keras tapi minor. Tindakannya sigap tetapi mlenceng. Ia jadi bahan olok-olok di antara pendukung pembaruan di Filipina. Terpencil, di tengah-tengah pemerintahan yang serba populis, ia bereaksi serba salah. Sikap dan ucapannya yang sok pahlawan sendiri justru membikin mblenger rakyat Filipina. Dengan macam-macam cara, Enrile menjadi bahan olok-olok. Sampai akhirnya ia sepenuhnya terpenjara oleh keanehan sikap dan peri lakunya sendiri. Dalam pada itu, ambisinya, untuk sekadar numpang sohor tergilas oleh dinamika jalannya perubahan. Ditengoknya celah-celah kerapuhan pemerintahan baru. Tentu saja, dengan gampang ia menemukan beberapa yang peka. Pertama, soal kelangsungan kehadiran pangkalan militer di Subic dan Clark. Kedua pangkalan itu dipertaruhkan Amerika untuk mengukur dukungan lanjut pada rezim Cory. Padahal, Enrile tahu para pembaru menghendaki pangkalan itu disingkirkan pada waktu kontraknya habis. Karena itu, kalau ia secara terbuka mendukung kelanjutan kehadiran pangkalan militer tersebut, pastilah -- pikirnya -- Amerika akan bersetuju dengan langkahnya. Kedua, soal komunis. Rakyat Filipina dulu dikenal antikomunis, karena itu dugaan Enrile upaya Cory untuk berunding dengan komunis tentulah akan ditentang sebagian besar rakyat. Lagi pula langkah damai itu tentu tidak berkenan di hati Amerika. Kesempatan ini digunakan untuk mendiskreditkan orang sekitar Cory. Ketiga, bagaimanapun, pendukung Marcos masih banyak berkeliaran. Cukup banyak orang kecewa dan sakit hati, akibat pergantian pemerintahan. Infrastruktur politik dan keamanan bekas andalan Marcos masih tersisa. Ia memasukkan juga Salvador Laurel dalam kategori ini. Biarkan Doy, yang wakil presiden itu, tampak malu-malu menyatakan kekecewaannya pada kepemimpinan Cory. Ia patut ditemani. Keempat, pejabat pemerintahan daerah yang diangkat Cory, menggantikan gubernur dan wali kota yang diturunkan rakyat semasa revolusi, ternyata banyak yang tidak kompeten dan sewenang-wenang. Ada juga yang korup. Maklum, psikologi menang perang. Kelima, kejengkelan sejumlah perwira menengah jagoan. Mereka yang kecewa ini umumnya tergabung dalam gerakan yang disebut Reform the Armed Forces Movement (RAM). Kelompok ini kecewa, merasa tidak memperoleh tempat semestinya dalam proses pengambilan keputusan nasional pada era Cory. Padahal, mereka merasa turut berjasa. Celakanya, justru integritas Enrile sendiri yang sama sekali tidak dapat digunakan sebagai andalan untuk mengerahkan dukungan rakyat dan restu Amerika. Amerika Serikat itu negara penuh pengalaman dalam soal serupa. Sulit membayangkan negeri adidaya itu menjagoi tokoh yang selama belum genap setahun sudah membelot dua kali. Itulah rekaman peristiwa terakhir di Filipina. Itu pula latar belakang desas-desus yang belakangan ramai beredar di Manila.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus