Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Hadiah HUT, 6 Juni

Bung Karno berwatak teguh. Sikap dan langkahnya cenderung marxisme disebabkan ideologinya sosialis kiri dan usaha kerasnya mencegah pertumpahan darah di kalangan rakyat, patut dihargai.

11 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA setengah abad itu tidak sebentar. Dalam waktu cukup lama itu telah banyak sekali ulah yang diperbuat Belanda. Pernah baca buku Kembang Setaman? Tokoh Pak Begog dijadikan profil 'Inlander' yang bodoh nggak ketulungan. Kondisi sosial politik negara yang mau merdeka, di mana-mana sama. Dalam kondisi serba kronis tersebut timbul berpuluh-puluh pendekar bangsa. Di antara mereka adalah Bung Karno, seorang tokoh yang watak dan tujuan hidupnya disempurnakan dengan pengalaman 13 tahun di penjara atau dibuang karena pendiriannya. Sejarah tidak akan pudar. Kalau kita perhatikan sikap dan langkah Bung Karno sejak masa penjajahan sampai akhir pemerintahannya, membawa kesan ada kecondongan pada Marxisme (yang haram di negeri Pancasila). Ini mungkin oleh dua sebab. Pertama ideologi Bung Karno sendiri, sebagaimana diucapkannya: "Aku seorang sosialis kiri dan bukan seorang komunis. Begitupun aku bukan seorang komunis yang berkedok. Aku tak mungkin menjadi seorang komunis". Kemungkinan kedua adalah jalan pemikiran beliau yang mengkhawatirkan timbulnya pertumpahan darah di kalangan rakyat, dan terganggunya persatuan bangsa yang telah bertahun-tahun dan penuh pengorbanan diperjuangkan. 1966 sampai sekarang sudah berjalan 11 tahun. Ideologi Pancasila semakin mantap, kekotoran komunis sudah sangat gamblang diketahui. Kiranya telah tiba masanya jasa Bung Karno kita letakkan pada proporsi yang wajar: jasa putera Indonesia yang lebih 2/3 umurnya dipersembahkan buat bangsa dan negerinya. Rakyat kini mendambakannya. Sebagai indikator: kerinduan rakyat di masa kampanye akan kehadiran Guntur Sukarnoputera. Itu adalah kompensasi. Pastilah ada ekses yang disebabkan oleh kenegatifan Bung Karno. Tetapi berbagai jalan tersedia untuk mengatasi ekses yang ada. Kepada Ratu Juliana dan Kaisar Hirohito saja kita sanggup senyum, kenapa terhadap pahlawan yang banyak jasa, kita kok malah berwajah judes? Cepat atau lambat, akan tiba masanya bangsa Indonesia menghargai pahlawannya: Bung Karno. SOEN'AN HADI POERNOMO Akademi Usaha Perikanan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus