Mumpung RUU Pendidikan Nasional belum disahkan menjadi UU, saya ingin nimbrung membicarakan masalah itu. Namun, apa yang saya rasakan -- dan mungkin dirasakan banyak kalangan -- mengenai dunia pendidikan dapat dijadikan bahan pemikiran dalam penggodokan RUU itu. Sebagai anak muda yang tak bersekolah, saya merasakan bahwa banyak peraturan mengakibatkan anak-anak kehilangan banyak hal. Antara lain, kehilangan banyak sahabat yang bisa diajak berpikir dan berbudi bersama. Sebab, waktu yang sebenarnya milik mereka dikuasai oleh sekolah atau kampus. Yakni, waktu bermain dan belajar diatur. Juga, apa yang mereka pelajari pun sudah diatur. Sampai-sampai, sikap mereka turut diatur pula. Saya berani mengatakan, peraturan-peraturan dan keharusan-keharusan yang terlalu ketat yang dikenakan terhadap mereka membuat banyak kalangan merasa bahwa ada sesuatu yang hilang. Yakni, hangatnya romantisme anak muda, agungnya idealisme anak muda, dan energi yang potensiil (apalagi bila mengumpul) pada diri anak muda untuk memerangi ketidakbenaran. Sayang, tentunya, 'kan? Dan itu akan terasa lucu juga membayar untuk kehilangan sesuatu yang tak ternilai membayar untuk mengurangi hak mendidik diri sendiri dan hak alam membesarkan anak muda. Saya tak setuju pada cara pembinaan anak muda yang kini berlangsung. Saya khawatir, mereka nantinya senang menguasai dan menggurui orang lain. Sebab, selama ini, mereka sudah terbiasa dibina seperti itu. Tegasnya, mereka harus berlatih bebas. Jangan sampai tertanam pada mereka, pemahaman bahwa kebebasan itu musuh masa depan. Menurut saya, mereka perlu diberi ruang yang lebih leluasa, gairah pencarian mereka perlu dilepas. Tidak sesempit ruang kelas atau kampus saja. ICHWAN R. AKIL Jalan Sentausa 12 Bandung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini