TEMPO, 14 Mei, memuat berita menarik mengenai berdirinya Ikatan Cendekiawan Kebangsaan Indonesia (ICKI). Berita itu cukup menarik untuk disimak. Betapa tidak? Alamsjah, pencetus berdirinya ICKI, yang sebelumnya juga ikut memelopori berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dengan tegar tetap akan maju walaupun banyak suara sumbang. Pendekatan-pendekatan terhadap tokoh-tokoh penting sudah dilakukan, dan banyak yang setuju. Masuk akal memang pemikiran mantan menteri agama dan menteri koordinator kesejahteraan rakyat ini. Sekarang ini tampak- tampaknya masyarakat terkotak-kotak. Ada semacam kesenjangan di antara para cendekiawan. Lihat saja, ada ICMI, Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI), Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Forum Cendekiawan Hindu Indonesia (FCHI), atau mungkin ikatan lain yang dasar pemikirannya adalah unsur keagamaan. Mungkin suatu saat ada ikatan baru yang bernapaskan kepercayaan. Memang, dasar pemikiran pendirian organisasi-organisasi ini positif, yaitu turut serta memajukan bangsa dan menyejahterakan seluruh rakyat. Tetapi, kalau para cendekiawan sudah terkotak- kotak dalam ikatan keagamaan, kemungkinan besar yang menjadi titik tumpu hanyalah golongan yang seiman dengan organisasi yang bersangkutan. Padahal, kalau kita kembali pada dasar atau asasnya, yaitu Pancasila, organisasi itu pasti baik. Namun, kadang terjadi unsur penyimpangan, organisasi lebih mementingkan golongan, bukan seluruh "rakyat". Karena itu, saya sangat setuju dengan ICKI. Semoga berhasil. DRS. P. HADI PRATIKNO SMA Dempo, Jalan Talang 1 Malang, Jawa Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini