Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Inflasi Burger dan Cabai

14 Februari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Budi Rochadi

  • Deputi Gubernur Bank Indonesia

    MENARIK apa yang ditulis majalah The Economist terbitan akhir Januari lalu. Apabila dibandingkan dengan inflasi yang diukur dengan kenaikan harga burger Big Mac dari McDonald’s, ternyata inflasi rata-rata tahunan yang diumumkan Badan Pusat Statistik secara mencolok terlalu tinggi.

    Dengan membandingkan kenaikan harga Big Mac rata-rata tahunan pada 2000 sampai 2010, inflasi rata-rata tahunan yang diumumkan ternyata lebih tinggi hampir 6 persen. Di samping Indonesia, inflasi yang diumumkan terlalu tinggi ada di Rusia (lebih dari 6 persen) serta Korea Selatan (2 persen), sedangkan inflasi yang diumumkan terlalu rendah terdapat di Argentina (lebih dari 9 persen) dan Brasil (lebih dari 4 persen).

    Meskipun burgernomics tersebut terlalu menyederhanakan perhitungan inflasi, fakta di atas tidak ada jeleknya kita renungkan. Kendati terlalu sederhana karena perhitungan inflasi hanya diwakili oleh pergerakan harga satu barang, yaitu Big Mac, barang tersebut merupakan barang yang sama di seluruh dunia sehingga daya beli uang di seluruh dunia dapat diperbandingkan dengan sempurna.

    Apa yang terjadi akhir-akhir ini telah memberikan petunjuk bahwa ada yang salah dalam perhitungan inflasi kita. Pertama adalah kenaikan inflasi yang tinggi dan bertubi-tubi disebabkan hanya oleh kenaikan harga cabai. Demikian besarkah peran cabai dari total pengeluaran konsumen? Kedua, meskipun inflasi IHK (headline inflation) cukup tinggi, inflasi inti (core inflation) masih cukup rendah. Bahkan, untuk Januari, core inflation justru turun.

    Inflasi adalah kenaikan harga barang pada umumnya. Barang-barang itu ditentukan oleh survei biaya hidup yang dilakukan secara periodik oleh BPS. Survei terakhir dilakukan pada 2007, sehingga survei berikutnya akan dilakukan pada 2012.

    Dengan pertumbuhan ekonomi kita yang cukup tinggi, pola biaya hidup konsumen kita sekarang sudah sangat berubah dibandingkan dengan pola konsumsi pada 2007. Bahkan, untuk konsumen berpendapatan rendah, kebutuhan cabai sekarang mungkin sudah terkalahkan oleh konsumsi pulsa telepon, misalnya. Dengan demikian, survei perlu dilakukan lebih sering, di samping kecermatan dalam survei itu sendiri perlu ditingkatkan.

    Sementara itu, core inflation atau inflasi inti adalah komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten dalam pergerakan inflasi, dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional, inflasi mitra dagang, dan ekspektasi inflasi dari pedagang serta konsumen.

    Keadaan yang ada saat ini adalah nilai tukar rupiah yang apresiatif mampu meredam imported inflation, yang pada akhirnya menjadikan inflasi inti relatif terkendali, bahkan cenderung menurun. Di samping itu, pentingnya mengelola ekspektasi pasar dengan baik melalui respons kebijakan yang kredibel dan komunikasi yang intens dengan stakeholder diharapkan dapat mengendalikan inflasi inti ini.

    Dengan demikian, inflasi yang sesungguhnya dapat dilihat dari pergerakan inflasi inti. Karena itu, mungkin juga sudah saatnya pemerintah meninjau kembali komponen yang layak digunakan sebagai indikator dalam penilaian inflasi. Komoditas yang bukan merupakan kebutuhan pokok sebaiknya dicoret dari perhitungan inflasi. Sebaliknya, komponen yang karena perubahan gaya hidup masyarakat sekarang menjadi kebutuhan mendasar dapat ditambahkan sebagai indikator dalam perhitungan inflasi.

    Tentunya, kita juga tidak serta-merta menyederhanakan perhitungan inflasi melalui penghilangan beberapa komponen inflasi. Namun lebih mempertimbangkan peran komponen tersebut dalam sendi kehidupan masyarakat akan semakin mendekatkan perhitungan inflasi pada angka yang sesungguhnya.

    Untuk menghibur diri, bolehlah kita menganggap bahwa inflasi kita Januari 2011 ini bukan 7,02 persen year on year, melainkan hanya 1,02 persen sesuai dengan ulasan hamburger inflation tersebut.

    (kolom ini merupakan pendapat pribadi penulis)

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus