Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Islam Di Irian Jaya: Masalah ...

T.B. Simatupang menerima dengan ikhlas atas koreksi yang diberikan padanya. Ia menjelaskan lagi bahwa masuknya Islam ke Irian Jaya hanya dibicarakan mobilitas penduduknya saja, secara vertikal & horisontal.

21 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA menerima dengan rasa terimakasih dan ikhlas koreksi dari Saudara-Saudara Mh. Charles Killian dan Muhammad Ahmad Kurita dalam TEMPO 7 Oktober terhadap beberapa ucapan saya. Saya seharusnya berbicara lebih teliti waktu itu. Yang saya maksud dalam keterangan tersebut ialah bagian-bagian tertentu dari Irian Jaya. Yang dimuat dalam TEMPO juga tidak berupa kata-kata yang secara harfiah saya ucapkan. Dalam keterangan itu memang saya tidak bermaksud mengemukakan pandangan mengenai datangnya Islam di Irian Jaya secara menyeluruh. Yang saya bicarakan ialah bahwa mobilitas penduduk, baik secara vertikal horisontal menghadapkan kita dengan kenyataan bahwa orang-orang dan golongan-golongan yang mempunyai latar belakang berlain-lainan dari segi adat, bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan lain, tidak hanya bertemu, tetapi sering hidup bersama dalam suatu kampung, bahkan kadang-kadang dalam satu rumah. Sebagai ilustrasi saya sebut pengalaman saya di salah satu tempat di pedalaman Irian Jaya, di mana penduduk yang sejak dahulu terisolasi, mula-mula mengalami masalah-masalah psikologis untuk membiasakan dirinya hidup bersama dengan saudara-saudaranya yang datang dari bagian-bagian lain dari Tanah Air sebagai pegawai negeri, anggota-anggota ABRI dan seterusnya. Di antaranya ada yang memeluk Agama Islam, yang sebelumnya tidak terdapat di tempat itu. Mereka itu dengan sendirinya memerlukan rumah ibadah. Ilustrasi seperti itu dapat kita tambah masing-masing. Transmigrasi membawa penduduk Jawa dan Bali dengan adat-istiadat dan agama mereka ke berbagai daerah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Seluruh proses nation building dan pembangunan lambat-laun mencairkan batas-batas antara "kantong-kantong" yang bercorak adat, suku, agama dan seterusnya. Proses seperti itu selalu disertai masalah-masalah psikologis. Masalah bagi kita ialah tidak untuk berusaha menghentikan proses itu, tetapi untuk membantu masyarakat menerimanya sebagai hal yang wajar dan yang mempunyai nilai positif dalam nation building kita. T.B. SIMATUPANG Jl. Diponegoro 55, Jakarta Pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus