ADA dua hal yang saya buktikan lagi setelah pemuatan iklan mengimbau masyarakat menyumbang dana dan ikut serta dalam proyek melayarkan perahu layar tradisional pinisi ke Vancouver dalam rangka Expo 86. Pertama, bahwa iklan memang dibaca oleh masyarkat. Kedua, bahwa masyarakat bereaksi positif terhadap imbauan Iklan. Kami memang tidak lantas kebanjiran poswesel Rp 10.000-an sebagai tanda keikutsertaan itu. Tetapi poswesel yang berdatangan tiap hari itu memang meyakinkan jumlahnya. Bukan hanya dari Jakarta. Juga dari Biak, dari Banjarmasin, dari Palangkaraya, dan dari segenap penjuru tanah air. Banyak ilmuwan. Banyak mahasiswa. Banyak anak buah kapal. Yang mengherankan, ternyata banyak sekali anak-anak yang menyumbang. Ada kakak-beradik kelas IV dan II SD dari Pontianak yang masing-masing mengrim satu poswesel. Ada lagi siswa SD yang pada kolom berita menulis: Jalesveva Jayamahe. Ada pula yang berpesan: harap kirim kartupos bila telah selamat tiba di Vancouver. Ada yang mengirim doa. Anak adalah manusia penuh, bukan setengah manusia, walaupun boleh bayar karus separuh harga. Banyak di antara kita yang alpa, menganggap anak kita tetap anak, sekalipun anak itu sendiri sudah punya anak lagi. Ada semacam budaya - atau penyakit? - pada kita untuk tidak memberikan equal opportunity pada anak. The Asian Wall Street Journal baru-baru ini menurunkan laporan tentang bagaimana perusahaan-perusahaan besar bereaksi terhadap surat-surat yang dikirimkan oleh anak. Sebuah sekolah dasar di Atlanta, Amerika Serikat, sudah sejak dua tahun lalu menyelenggarakan proyek untuk murid-murid kelas VI. Murid-murid itu diberi tugas menulis surat kepada beberapa perusahaan makanan olahan yang mereka sukai. Dalam proyek ini, kata pak guru yang memimpin, murid-murid belajar satu hal: tiap perusahaan mempunyai caranya sendiri dalam melayani pertanyaan. Seorang murid mengeluh karena suratnya yang menanyakan asal usul biskuit Oreo kegemarannya ternyata tidak dijawab. "Mereka pikir saya adalah mata-mata cilik yang akan membongkar rahasia perusahaan mereka," kata murid itu dengan geram. Mars Inc., salah satu produsen permen cokelat, juga tidak pernah menjawab belasan surat yang pernah dikirimkan oleh murid-murid sekolah dasar yang tentunya sangat menggemari permen cokelat. "Mars itu agaknya memakai semboyan: never say anything. Itu semboyan CIA," kata mereka. Ada juga perusahaan yang luar biasa perhatiannya. Chattanooga Bakery, misalnya, tidak hanya menjawab surat dengan keterangan yang lengkap, tetapi juga mengirimkan satu peti produknya untuk kelas itu. Alhasil, mereka yang sebelumnya tidak menyukai Moon Pie sekarang menggemari kue itu karena menganggap perusahaan itu bersimpati atas proyek mereka. Tak sedikit juga perusahaan yang kehilangan penggemarnya gara-gara tidak membalas surat anak-anak ini. Permen cokelat Mars, misalnya, mengalami boikot di sekolah itu. Murid-murid dilarang makan permen merk Mars."Saya tidak akan makan Mars lagi. Saya benci Mars karena mereka tak mau membantu proyek kami," kata seorang murid dengan marah. Procter & Gamble agak beruntung tak jadi kehilangan penggemar di sekolah itu sekalipun perusahaan ini tidak membalas surat seorang murid. Murid itu berkata "Selai kacang buatan mereka terlalu enak dan saya telanjur menyukainya. Tak ada selai kacang lain yang rasanya serenyah Jif." Ia lalu mengirim surat lagi ke perusahaan makanan lainnya. Padahal, permintaan anak-anak itu tentunya tidaklah merepotkan untuk dijawab bagi perusahaan-perusahaan besar itu. Mereka bahkan sudah gembira bukan main ketika Coca-Cola juga mengirimkan beberapa lembar gambar tempel. Perhatian seperti itu sudah membuat anak-anak merasa bahwa kehadiran mereka diperhitungkan. Bahwa apa yang mereka lakukan memperoleh apresiasi dari orang dewasa tentulah akan melambungkan semangat mereka untuk belajar lebih giat. Apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan itu sebenarnya bukanlah sekadar untuk menggembirakan anak-anak. Perusahaan memang bukan kantor sosial. Tetapi mereka sadar, secara terencana dan terorganisasi mereka mempunyai kebutuhan untuk menjaga goodwill masyarakat terhadap perusahaan. Anak-anak adalah anggota masyarakat yang sah. Dan anak-anak juga merupakan potensi pasar yang sangat besar untuk dapat disepelekan. Bondan Winano
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini