BEL tanda tidur baru beberapa menit terdengar dari gedung Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), di Jalan Arif Margono, Malang. Hujan rintik-rintik masih turun. Mendadak, sekitar pukul 22.30 pada 24 Desember itu, terdengar ledakan keras. Sumber ledakan ternyata samping garasi antara gedung SAAT dan gang IV Arif Margono, yang terletak beberapa meter dari pos polisi Sektor Kelurahan Kasin. Sebagian tembok pemisah gedung dan gang roboh. Kaca dan atap sekitar 10 rumah penduduk di sekitarnya pecah. Tidak ada yang terluka atau tewas. Kerugian yang ditimbulkan ditaksir cuma Rp 3 juta. Ledakan itu pun segera mengundang kerumunan orang. Empat puluh menit kemudian, tatkala orang maslh ramal memperbincangkan peristiwa itu, terdengar lagi bunyi ledakan. Polisi segera memburu. Kali ini ledakan terjadi di halaman gereja Katolik "Hati Kudus" diJalan Kayutangan, sekitar 1 km dari SAAT. Malam itu, di gereja tua itu diselenggarakan misa Natal yang kebetulan belum dimulai. Akibat ledakan jemaah pun berhamburan keluar. "Tidak ada apa-apa, cuma kompor penjual ini yang meledak," ujar pastor menenangkan hadirin. Reruntuhan kapur yang mengotori altar segera dibersihkan. Di pusat ledakan, di halaman gereja, muncul lubang sedalam 0,5 meter. Kaca-kaca yang berada sekitar 20 meter dari sumber ledakan pecah. Ternyata, banyak pengunjung yang tidak tahu itu ledakan bom. "Saya kira bunyi mercon," kata Ny. Maria, yang malam itu menghadiri misa. "Saya kira memang ledakan kompor, seperti yang diumumkan. Saya baru tahu itu bom setelah baca koran," kata Lusi. Komandan Korem 083 Baladika Jaya, Kolonel Moch. Basofi, menilai, "Tujuan peledakan itu untuk membuat kegelisahan masyarakat. Dan mengadu domba umat beragama," katanya. Pelakunya? Beberapa orang sudah kami periksa. Dan insya Allah pelakunya dalam waktu dekat dapat ditangkap," ujarnya. SAAT berdiri pada 1952 di Bandung. Dua tahun kemudian pindah ke Malang. Menempati areal 4.000 meter, bangunannya yang semula sederhana tapi kini megah itu dibangun di tengah perkampungan Islam. Sampai 1978, sekolah ini bernama Madrasah Alkitab Asia Tenggara. Tampaknya nama ini menimbulkan protes warga sekitarnya, hingga pernah perguruan ini dilempari batu. Saat ini SAAT menampung 120 mahasiswa, termasuk dari beberapa negara tetangga. Sekolah di sini gratis. Buat warga Malang, mahasisa SAAT dikenal militan. Ketua Majelis Ulama Indonesia Malang, K.H. Oesman Mansur, juga menganggap, tujuan peledakan itu untuk mengadu domba umat beragama. "Siapa pun pelakunya, saya tidak yakin ia orang Islam yang baik. Sebab, seorang Muslim yang baik tidak akan melakukan kekerasan, kecuali jika dizalimi," ucapnya. Fx. Hadi Soemarto, ketua Majelis Wali Gereja Indonesia Malang, ikut menyesalkan kejadian itu. "Lha ya kok di malam Natal." Menurut dia, menduga-duga siapa pelakunya tidak ada gunanya. Tapi sebulan lalu, di gerejanya di Jalan Ijen, Malang, ia pernah mendapat telepon gelap yang mengancam akan meledakkan gereja. Namun, setelah diteliti petugas keamanan, tak ditemukan bahan peledak di sana. Hingga kini pelacakan pelaku peledakan terus dilakukan. Menurut Kolonel Basofi, bahan peledak yang dipakai pekan lalu itu TNT. "Suaranya bisa terdengar sampai radius satu kilometer," katanya. Ia menolak pengaitan peledakan ini dengan ledakan BCA Jakarta. Warga Kota Malang diimbaunya agar tetap tenang. Sedangkan Bupati Eddy Slamet pekan lalu langsung memberikan pengarahan pada lurah se-Kotamadya Malang. Pesannya: tingkatkan kewaspadaan dan jangan termakan isu-isu yang berkembang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini