Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Meja bersih

Amador aguilar, 81, pendiri bank swasta yang terbesar di brasil, bradesco, mengharuskan setiap meja kerja bersih dan tidak berlaci. hasilnya, tak ada pekerjaan tertunda. prinsipnya: kebersamaan. (ki)

21 September 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

never give anything you don't use yourself such as advise ADA titik ini memang terjadi pertentangan batin. Saya suka melihat meja kerja yang bersih. Dan saya menganjurkan orang punya meja kerja yang bersih. Meja saya sendiri? Luar biasa. Berantakan. Semuanya tertumpuk menjadi satu. Pernah ada kawan memberi hadiah poster: this place is not always this messy, sometimes messier. Cuma, saya tak tega mencandai diri sendiri. Saya sudah mencari banyak alasan untuk keberantakan itu, tetapi belum ada yang cukup berbobot. Untung, tak ada tikus sehingga belum perlu dilakukan penggeropyokan di sini. Meja bersih sedikitnya memberi tiga kemungkinan: pertama, semua pekerjaan beres tak tertunda kedua, yang bersangkutan memang volume pekerjaannya rendah ketiga, karena semua yang tampak berantakan di meja disembunyikan di laci atau di lemari. Jadi, kalau melihat meja kerja yang bersih, Anda boleh curiga bahwa laci dan lemarinya penuh hal-hal yang tak terselesaikan. Di Brasil ada sebuah kantor yang, mengharuskan meja kerja bersih dan setiap meja tidak boleh berlaci. Ini dilaporkan oleh koran Asian Wall Street Journal minggu lalu. Amador Aguilar, 81 tahun, pendiri Bradesco (Banco Brasileiro de Descontos), bahkan tidak membolehkan adanya meja pribadi untuk para eksekutifnya. Mereka bekerja bersama-sama pada sebuah meja besar yang seperti meja rapat. Tak ada kantor pribadi. Tak ada sekretaris pribadi. Telepon pun dipakai bersama-sama. Semua mendengar semua transaksi dan persoalan yang terjadi. Mereka juga makan siang bersama-sama di ruang makan. Kerja sama adalah kunci keberhasilan Bradesco. Bukan hanya di tingkat eksekutif "kekejaman" itu terjadi. Semua pegawai juga wajib menandatangani sumpah bahwa mereka harus mendahulukan kepentingan Bradesco di atas kepentingan pribadi. Semua karyawan harus mulai dari tingkat office boy. Ini mungkin gaya yang ditiru Bob Sadino di Kemchicks, semua pegawai baru harus mengepel lantai dan mengelap telur dulu. Sebelum 15 tahun bekerja di Bradesco, tak seorang pun akan memperoleh jabatan eksekutif puncak. Hal ini memang membuat generasi baru profesional sulit bertahan. "Yang kami pentingkan di sini adalah tingkah laku dan moralitas yang superior," kata Aguilar. "Dan itu tak diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi. Lihat saja, penjara kini penuh oleh sarjana." Itulah kiat Aguilar membesarkan usahanya. "Ini lebih daripada sekadar bank. Ini agama," kata seorang direkturnya. Memang tak semua dari 137 ribu karyawan Bradesco meyakini "agama" itu, tetapi toh mereka tinggal bersatu. Bagi mereka, tampaknya memang tak ada pilihan yang lebih baik. Bradesco telah banyak "mencampuri" urusan kehidupan mereka. Bank ini mempunyai 29 sekolah untuk menampung keluarga karyawan dan anak-anak dari keluarga tak mampu. Tiga puluh tiga ribu murid sekolah itu sudah mendapat penataran tentang prinsip Bradesco, agar mereka tertarik bekerja di Bradesco setelah tamat. Aguilar yakin, perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial terhadap karyawannya. Karena itu, Bradesco menyediakan sekolah, kolam renang, stadion, rumah sakit, dan lingkungan yang menyenangkan di sekitar kantor pusatnya di pinggiran Sao Paulo. Aguilar sendiri sebenarnya menjadi bankir karena "kecelakaan". Umur 13 tahun ia meninggalkan sekolah. Seperti anak lain, ia sekolah sambil membantu pekerjaan di ladang. Sekeluar dari sekolah ia menjadi tukang set huruf di percetakan. Baru setahun ia bekerja di situ, telunjuk kirinya patah terjepit. Kehilangan modal utama sebagai tukang set huruf, ia lalu berhenti dan bekerja pada sebuah bank kecil yang pada suatu saat kemudian dibelinya. "Laci hanya tempat menyimpan pekerjaan yang baru akan diselesaikan besok," kata Aguilar. Memang tak ada pekerjaan tertunda di Bradesco. Bank itu bahkan sudah dibuka pada pukul tujuh pagi. "Agar para petani dapat singgah dulu ke bank sebelum ke ladang," kata Aguilar. Aguilar pulalah bankir pertama di Brasil yang memberikan pinjaman kepada petani kecil kopi dan peternak kecil. Suatu gagasan revolusioner karena sebelumnya hanya orang-orang kaya dan terpandang yang bisa menikmati fasilitas kredit. "Dia seorang visionaty," kata seorang bawahannya. "Jarang ada bankir yang memikirkan rakyat kecil." Bradesco kini adalah bank swasta terbesar di Brasil. Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus