Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Obat batuk dalam jeriken

Gejala retrogesi yaitu pengepakan barang yang mubazir. kemasan bermanfaat untuk melindungi barang dari pengaruh luar, untuk identifikasi terutama obat-obatan, dan memudahkan proses distribusi.

30 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Forget the spread ing of the hideous town, Think rather of the pack-horse on the down And dream of London, small and white and clean . . . SEJAK yang penuh nostalgia ini saya temukan dalam kumpulan sajak William Morris, The Earthly Paradise yang ditulisnya antara tahun 1868 hingga 1870. Itu adalah akhir dari Revolusi Industri yang bermula di Inggeris dan pada saat itu sudah meluas ke seluruh daratan Eropa dan bahkan Amerika. Batubara yang telah meletakkan dasar bagi kekayaan industri Inggeris ternyata telah mengubah London yang kecil, putih dan bersih itu jadi besar, legam dan berasap karena raungan mesin uap dan dentum piston mesin industri. Tapi benar perlukah kita kembali ke peradaban lampau? Retrogresi? London memang pernah kecil, putih dan bersih. Tetapi penduduknya tinggal dalam lingkungan yang kotor bukan kepalang dan sekalipun tak banyak yang kelaparan tapi malnutrisi adalah gejala umum kala itu. Sabun mandi hanya dikenal di kamar mandi a la Victoria saja. Pada jaman itu orang Inggeris percaya bahwa keringatlah yang membersihkan tubuh dan bukan sabun. Culum Struan, dalam novel Taipan, yang baru tiba di Hong Kong dari Inggeris pun tak kurang herannya melihat orang Asia mandi setiap hari dan akhirnya sadar bahwa keringat justru harus dibasuh dari tubuh. Adalah industri yang mengubah sabun dari kemewahan menjadi kebutuhan. Dari kemewahan yang hanya bisa dijangkau oleh para duke dan duchess menjadi kebutuhan sehari-hari yang bisa dijangkau oleh masyarakat pekerja. Adalah industri yang memperkaya kehidupan manusia dalam progresinya ke arah kehidupan yang lebih nyaman dan berarti. Dan adalah industri yang membebaskan orang dari ketakutan yang konstan akan kemungkinan gagalnya panen mereka, karena sebagian petani kemudian tertampung sebagai pekerja dalam industri dan sektor agrikultur-pun bahkan menjadi lebih terjamin karena industri. Tapi karena 'hippy' muncul di awal tahun 1967 dengan protesnya terhadap hasil industri modern. Para orangtua melihat perkembangan anak mereka dengan harap-harap cemas, kuwatir si anak akan menjadi 'ignoramus' terhadap produk industri modern. Para pengamat sosial menganggap ini sebagai gejala retrogresi yang tak perlu terjadi kalau orang bisa mencapai keseimbangan dalam hidupnya. Jadi, katakanlah kita tak setuju retrogresi, oke? Tapi bagaimana kalau sesaat sesudah pemerintah mencanangkan K-15-N lalu seorang pejabat tinggi negara yang menyetop kenaikan harga obat-obatan sambil memperingatkan agar iklan dan pengepakan yang membikin harga obat jadi mahal dikurangi? Iklan agaknya memang suatu yang kontroversial. Setidaknya sudah dua menteri di Silli yang bilang bahwa iklan itu menyebabkan harga barang menjadi tinggi. Kemungkinan benarnya pernyataan itu memang ada. Tapi kenyataan dan kemungkinan salahnya pun besar. Coba dengar kata W.H. Lever yang pada akhir abad 19 saja sudah 'memboroskan' dua juta pon-sterling untuk mengiklankan sabun Sunlightnya: Periklanan adalah semacam tenaga cadangan. Biaya periklanan tidak dibayar oleh konsumen (dalam arti harga menjadi tinggi!), melainkan hanya dapat dibayar oleh meningkatnya penjualan. Iklan menyebabkan suatu barang menjadi lebih luas di kenal. Pengenalan ini bisa berakibat keputusan untuk membeli barang tersebut. Dan bukankah produksi yang lebih banyak juga berarti menurunnya biaya fabrikasi per unit? *** Tapi ya sudahlah, soal ini memang terlalu panjang untuk diperdebatkan. Tetapi bahwa soal pengepakan dianggap sesuatu yang mubazir agaknya baru sekali ini saya dengar. Karena itu mungkin tidak terlalu salah kalau saya lantas saja menganggap ini sebagai suatu gqala retrogresi. Dan ini cukup memprihatinkan. Bungkus bagi suatu barang bahkan punya lebih banyak manfaat dari pakaian dalam peradaban kita sekarang. Manfaat yang paling utama dari pembungkus adalah melindungi barang itu dari pengaruh luar. Pada jaman 'kuda gigit besi', sabun, misalnya, dijual dalam lonjoran telanjang. Kalau ada orang mau beli, sabun itu dipotong menurut jumlah yang diperlukan dan lalu dibungkus dengan kertas koran. Karena itu sabun cepat jadi tengik dan keras bagian luarnya disebabkan oleh proses oksigenisasi. Dus, merugikan konsumen. Kertas bungkus ternyata lebih murah dari bagian kertas yang harus dibuang konsumen. Artinya, pembungkus mutlak diperlukan. Bungkus juga berfungsi sebagai sarana identifikasi. Misalnya saja kalau batangan sabun cuci dan sabun mandi berbentuk sama, maka adanya bungkusan yang tercetak akan dapat membedakan mana sabun cuci dan mana sabun mandi. Karbol bisa dibedakan dari sirup atau kecap. Bungkus juga membedakan merek yang satu dengan merek yang lain. Bungkus memberikan kemudahan dalam penghitungan unit dan pengangkutannya. Sebungkus sigaret berisi 20 batang rokok. Satu bos berisi 10 bungkus dan satu karton berisi 12 bos. Kalau tak dipak dalam bos kemungkinannya sangat besar bagi rokok itu rusak sekalipun dipak lagi dalam karton. Tanpa karton maka bos-bos itu akan berceceran dalam pengangkutan dan proses distribusi. Sekarang kita Ise sebuah apotik yang bersih dan berhawa dingin. Di sana akan berjejeran ratusan peti-peti obat yang lain. Asisten apoteker bukan dewa. Dan manusia selalu membuat kesalahan manusiawi. Misalnya kapsul X yang kebetulan sama warna hijaunya dengan kapsul urus-urus. Karena identifikasi yang sulit dalam sistim pengepakan begitu maka orang yang ingin sakit kepalanya hilang bisa kaget kalau menemukan bahwa obat yang ditelannya justru merepotkan dia karena terpaksa 'shuttle service' dari dan ke kamar kecil. Nah, sekarang kita sadar bahwa pembungkus bukan sekedar faktor pengimbuh biaya yang tidak masuk akal. Apalagi dalam obat-obatan. Blister dan aluminum foil perlu agar obat tidak rusak karena terendus udara luar. Botol pun tak kalah pentingnya. Lalu apa yang mau disederhanakan lagi? Apa ada unsur yang berlebih-lebihan di sini? Apa mau obat batuk yang ditaruh dalam jeriken dan pembeli harus bawa botol sendiri? O, mungkin warna cetakannya! Tak perlu warna-warni. Hitam di atas putih saja 'kan cukup? Silakan, boleh saja lakukan itu kalau dengan penghematan yang 1-2% itu pabrik obat siap didemonstrasi oleh para asisten apoteker yang sudah merah hijau matanya karena lelah mencari bedanya 'Listerine' dan 'Visine' dalam sederetan kotak yang semuanya putih bertulisan hitam. Maka kalau Trevelyan bilang: 'except in imagination, there was no going back to the past', dan Bung Karno bilang: 'ever onward, never retreat maka saya yakin bahwa gejala retrogresi seperti yang saya kuwatirkan itu tadi hanyalah impian belaka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus