KITA memuji kebijaksanaan Pemerintah yang tegas-tegas
menganjurkan pemakaian obat tradisionil. Memang tidak
dipungkiri, Indonesia sejak ribuan tahun mempunyai kekayaan
obat-obatan. Selain itu banyak pula obat-obatan Indonesia yang,
di luar pengetanuan kita, terus-menerus dioper dunia Barat:
Swiss, jerman, Perancis, Negeri Belanda, Inggeris dan
sebagainya.
Di Eropa, yang dinamakan obat tradisionil malahan obat yang
secara chemis sintetis dibikin oleh pabrik farmasi besar --
sedang obat dari tumbuh-tumbuhan malah dinamakan modern. Di
Indonesia, para sarjana banyak yang masih terlalu sok dengan
"science" -- hanya mau percaya barang bikinan Barat.
Bukankah "ilmiah" itu sendiri relatif? Dan di sinilah pula
tempat penyalahgunaan oleh ilmiawan yang kurang berakhlak,
sesuai peribahasa Belanda: Hoe groter geest, hoe groter beest --
atau makin cerdas, makin buas. Apalagi kalau sudah dipengaruhi
masalah praktis politik atau perlombaan berebut rezeki.
Beberapa bulan lalu telah dikembangkan opini dalam masyarakat
untuk menghargai comfrey, atau "kompring", untuk beraneka
penyakit. Timbul dua reaksi. Pertama, orang-orang yang
menderita penyakit dan menghimbau harapan bahwa obat itu dapat
menolong. Kedua, orang-orang yang merasa dirugikan rezekinya
dengan adanya obat yang dikatakan dapat menyembuhkan segala
penyakit dan secara reaktif berusaha mendiskreditkannya.
Yang penting adalah pihak pemerintah -- dan organisasi konsumen
-- yang harus hanya berpihak kepada kepentingan seluruh
masyarakat dan harus bersikap adil dan benar.
Sejauh pengetahuan kami yang sangat terbatas, obat tersebut
dapat diperoleh dalam bentuk tablet di American Health Centre
di Lucky Plaza, Orchard Road, berhadapan dengan gedung KBRI kita
di Singapura. Tulisan pada botol tersebut menerangkan obat ini
dibuat di Negara Bagian Utah, Amerika Serikat. Selain itu di
toko obat di dekat KBRI pula dijual tablet comfrey yang di
botolnya ditulis bikinan Inggeris. Harganya murah sekali,
jatuhnya hanya sekitar sepuluh rupiah per tablet besar @ 500
mgr. Di samping itu ada dijual buku khusus mengenai comfrey.
Rasanya di Amerika dan Inggeris pengawasan obat-obatan dan
makanan sangat keras Di Jepang, Amerika Serikat dan sebagainya,
vetsin umpamanya sudah tidak beredar lagi karena sudah ada
kesimpulan ilmiah bahwa ini menyebabkan kanker dalam otak.
Sebaliknya comfrey tidak ada larangan sama sekali.
Di Indonesia telah ada berita dalam koran yang menerangkan,
bahwa menurut riset di luar negeri, tikus yang dipompa dengan
comfrey selama 600 hari mendapat kesulitan dalam bagian hatinya.
Termasuk disiplin ilmiah, bahwa masih harus dibedakan antara
daya tahan tikus dan daya tahan manusia. Pula antara pemakaian
terus-menerus selama 2 tahun atau hanya sekedar penggunaan daIam
dosis dan waktu terbatas guna menghilangkan penyakit.
Para ahli di Indonesia pun menegaskan bahwa penggunaan
antibiotik berbulan-bulan terus-menerus, bisa malahan
mcnghancurkan badan manusia.
Jadi tarohlah comfrey memang berbahaya, tentu kita jangan
ragu-ragu memberantasnya, untuk melindungi rakyat. Tapi kalau
sebaliknya banyak khasiatnya, maka pemberantasan comfrey tentu
merugikan kepentingan rakyat. Sehingga kita justru harus
menyebarluaskan pemakaian comfrey -- lebih-lebih kalau ditanam
besar-besaran harganya bisa rendah sekali dan rakyat jelata pun
dapat turut memanfaatkannya.
Dalam hal itu kita harus sungguh-sungguh berorientasi pada
keinginan menolong rakyat yang sebagian terbesar miskin, dan
jangan sampai hanyut pada kepentingan golongan kecil yang ingin
mencari keuntungan. Kita jangan lekas buru-buru mengambil
kesimpulan yang membingungkan masyarakat, dan menjatuhkan vonis
yang kurang kuat dasarnya-apalagi memakai dasar-dasar
pseudo-ilmiah. Seorang ilmiawan yang sungguh-sungguh, lebih
mudah dengan jujur bilang "saya tidak tahu", kalau memang belum
mempunyai alasan yang cukup. Paling-paling memberi aneka
kemungkinan dan spekulasi mengenai hasil penyelidikan yang masih
belum lengkap.
Jangan dilupakan, banyak obat-obatan bikinan pabrik farmasi luar
negeri memberikan side-effect yang berbahaya. Kemicitin
umpamanya, sekarang di beberapa negara sudah dilarang
pemakaiannya dan ditarik dari peredaran Comfrey, untuk obat
luar, tidak seorang pun menentang. Untuk dimakan, menurut banyak
orang yang mengalami sendiri, bisa mcnyembuhkan luka dalam
seperti wasir maagzweer, luka dalam perut, dan sebagainya. Dan
minumnya tidak perlu berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Tiap
orang bisa menanam comfrey di rumahnya sendiri sehingga rakyat
tidak perlu keluar ongkos sedikit pun.
Coba, berapa ribu rupiah harga obat wasir bikinan luar negeri,
sungguh pun sudah dibuat tablet di dalam negeri. Tambah pula
harga obat sekarang naik. Maka janganlah kita cepat-cepat ingin
memberantas obat tradisionil comfrey yang di Amerika dan
Inggeris masih diproduksi dan beredar -- pula sebagai tablet
untuk diminum.
Mengenai rokok, di Amerika pun pernyataan tidak setuju dari
ilmiawan beberapa kali muncul, tapi sekian kali ditutup mulutnya
oleh kekuatan pabrik rokok. Tapi akhirnya para ilmiawan
beridealis menang, dan sekarang secara resmi telah diakui bahwa
rokok menyebabkan kanker paru -- karena merokok dilakukan saban
hari, terus-menerus, berpuluh-puluh tahun. Di Amerika dilarang
adanya iklan rokok. Di tiap doos rokok harus ditulis "tidak baik
untuk kesehatan". Tapi yang diekspor ke Indonesia, dibebaskan
dari keterangan ini -- agar ekspornya jangan dirugikan, tapi
dengan alasan resmi: "untuk menghargai pendapat lain di
negara-negara sahabat."
Ir H.M. SANUSI
Jl Bangka I No. 33, Kemang
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini