Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Obat Tradisionil: Dan Tragedi ...

Pemakaian obat tradisional yang dianjurkan pemerintah sebaiknya ditunjang penelitian mendalam demi kepentingan masyarakat. Kasus Comfrey perlu dijernihkan karena di AS & Inggris masih diproduksi. (kom)

30 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KITA memuji kebijaksanaan Pemerintah yang tegas-tegas menganjurkan pemakaian obat tradisionil. Memang tidak dipungkiri, Indonesia sejak ribuan tahun mempunyai kekayaan obat-obatan. Selain itu banyak pula obat-obatan Indonesia yang, di luar pengetanuan kita, terus-menerus dioper dunia Barat: Swiss, jerman, Perancis, Negeri Belanda, Inggeris dan sebagainya. Di Eropa, yang dinamakan obat tradisionil malahan obat yang secara chemis sintetis dibikin oleh pabrik farmasi besar -- sedang obat dari tumbuh-tumbuhan malah dinamakan modern. Di Indonesia, para sarjana banyak yang masih terlalu sok dengan "science" -- hanya mau percaya barang bikinan Barat. Bukankah "ilmiah" itu sendiri relatif? Dan di sinilah pula tempat penyalahgunaan oleh ilmiawan yang kurang berakhlak, sesuai peribahasa Belanda: Hoe groter geest, hoe groter beest -- atau makin cerdas, makin buas. Apalagi kalau sudah dipengaruhi masalah praktis politik atau perlombaan berebut rezeki. Beberapa bulan lalu telah dikembangkan opini dalam masyarakat untuk menghargai comfrey, atau "kompring", untuk beraneka penyakit. Timbul dua reaksi. Pertama, orang-orang yang menderita penyakit dan menghimbau harapan bahwa obat itu dapat menolong. Kedua, orang-orang yang merasa dirugikan rezekinya dengan adanya obat yang dikatakan dapat menyembuhkan segala penyakit dan secara reaktif berusaha mendiskreditkannya. Yang penting adalah pihak pemerintah -- dan organisasi konsumen -- yang harus hanya berpihak kepada kepentingan seluruh masyarakat dan harus bersikap adil dan benar. Sejauh pengetahuan kami yang sangat terbatas, obat tersebut dapat diperoleh dalam bentuk tablet di American Health Centre di Lucky Plaza, Orchard Road, berhadapan dengan gedung KBRI kita di Singapura. Tulisan pada botol tersebut menerangkan obat ini dibuat di Negara Bagian Utah, Amerika Serikat. Selain itu di toko obat di dekat KBRI pula dijual tablet comfrey yang di botolnya ditulis bikinan Inggeris. Harganya murah sekali, jatuhnya hanya sekitar sepuluh rupiah per tablet besar @ 500 mgr. Di samping itu ada dijual buku khusus mengenai comfrey. Rasanya di Amerika dan Inggeris pengawasan obat-obatan dan makanan sangat keras Di Jepang, Amerika Serikat dan sebagainya, vetsin umpamanya sudah tidak beredar lagi karena sudah ada kesimpulan ilmiah bahwa ini menyebabkan kanker dalam otak. Sebaliknya comfrey tidak ada larangan sama sekali. Di Indonesia telah ada berita dalam koran yang menerangkan, bahwa menurut riset di luar negeri, tikus yang dipompa dengan comfrey selama 600 hari mendapat kesulitan dalam bagian hatinya. Termasuk disiplin ilmiah, bahwa masih harus dibedakan antara daya tahan tikus dan daya tahan manusia. Pula antara pemakaian terus-menerus selama 2 tahun atau hanya sekedar penggunaan daIam dosis dan waktu terbatas guna menghilangkan penyakit. Para ahli di Indonesia pun menegaskan bahwa penggunaan antibiotik berbulan-bulan terus-menerus, bisa malahan mcnghancurkan badan manusia. Jadi tarohlah comfrey memang berbahaya, tentu kita jangan ragu-ragu memberantasnya, untuk melindungi rakyat. Tapi kalau sebaliknya banyak khasiatnya, maka pemberantasan comfrey tentu merugikan kepentingan rakyat. Sehingga kita justru harus menyebarluaskan pemakaian comfrey -- lebih-lebih kalau ditanam besar-besaran harganya bisa rendah sekali dan rakyat jelata pun dapat turut memanfaatkannya. Dalam hal itu kita harus sungguh-sungguh berorientasi pada keinginan menolong rakyat yang sebagian terbesar miskin, dan jangan sampai hanyut pada kepentingan golongan kecil yang ingin mencari keuntungan. Kita jangan lekas buru-buru mengambil kesimpulan yang membingungkan masyarakat, dan menjatuhkan vonis yang kurang kuat dasarnya-apalagi memakai dasar-dasar pseudo-ilmiah. Seorang ilmiawan yang sungguh-sungguh, lebih mudah dengan jujur bilang "saya tidak tahu", kalau memang belum mempunyai alasan yang cukup. Paling-paling memberi aneka kemungkinan dan spekulasi mengenai hasil penyelidikan yang masih belum lengkap. Jangan dilupakan, banyak obat-obatan bikinan pabrik farmasi luar negeri memberikan side-effect yang berbahaya. Kemicitin umpamanya, sekarang di beberapa negara sudah dilarang pemakaiannya dan ditarik dari peredaran Comfrey, untuk obat luar, tidak seorang pun menentang. Untuk dimakan, menurut banyak orang yang mengalami sendiri, bisa mcnyembuhkan luka dalam seperti wasir maagzweer, luka dalam perut, dan sebagainya. Dan minumnya tidak perlu berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Tiap orang bisa menanam comfrey di rumahnya sendiri sehingga rakyat tidak perlu keluar ongkos sedikit pun. Coba, berapa ribu rupiah harga obat wasir bikinan luar negeri, sungguh pun sudah dibuat tablet di dalam negeri. Tambah pula harga obat sekarang naik. Maka janganlah kita cepat-cepat ingin memberantas obat tradisionil comfrey yang di Amerika dan Inggeris masih diproduksi dan beredar -- pula sebagai tablet untuk diminum. Mengenai rokok, di Amerika pun pernyataan tidak setuju dari ilmiawan beberapa kali muncul, tapi sekian kali ditutup mulutnya oleh kekuatan pabrik rokok. Tapi akhirnya para ilmiawan beridealis menang, dan sekarang secara resmi telah diakui bahwa rokok menyebabkan kanker paru -- karena merokok dilakukan saban hari, terus-menerus, berpuluh-puluh tahun. Di Amerika dilarang adanya iklan rokok. Di tiap doos rokok harus ditulis "tidak baik untuk kesehatan". Tapi yang diekspor ke Indonesia, dibebaskan dari keterangan ini -- agar ekspornya jangan dirugikan, tapi dengan alasan resmi: "untuk menghargai pendapat lain di negara-negara sahabat." Ir H.M. SANUSI Jl Bangka I No. 33, Kemang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus