ORANG bilang dia patriot. Mungkin sekali. Ketika ia meninggal 2 Mei 1957, banyak orang mengenang Joseph R. McCarhy sebagai seorang wali penjaga apa yang terbaik bagi tanah airnya, Amerika. Tapi McCarthy juga sebuah contoh bahwa patriotisme tidak terdiri atas satu warna. Bahkan ia juga contoh bahwa dalam kehidupan ini, patrlotisme tidak semestinya jadi hanya satu-satunya suara. Namanya kini menjadi ciri dari suatu sikap. Senator McCarthy konon menulis sebuah buku, McCarthyism, the Fight for Amerca, dengan menepuk dadanya yang putih. Tapi zaman berubah. Kini bila menyebut "McCarthyisme", dengan segera orang menuding ke suatu masa dalam sejarah Amerika - tidak lebih tua dari 30 tahun yang lalu - yang diharapkan tak akan terulang. Ketika Joseph R. McCarthy terpilih menjadi senator kembali di tahun 1952 umurnya waktu itu 48 tahun Amerika sedang cemas. Tiga tahun sebelumnya Cina jatuh ke tangan Partai Komunis. Di bulan September tahun 1949 itu juga Uni Soviet memaklumkan ke seluruh dunia bahwa negeri itu sudah mencoba bom atomnya yang pertama. Dan pada tanggal 25 Juni 1950, tentara Republik Demokrasi Korea, dengan bantuan Uni Soviet, menyerbu maju melewati garis lintang ke-38. Korea Selatan yang nonkomunis itu terancam. Di dalam negeri, orang Amerika juga merasa terancam. Sudah sejak di tahun 1946 mereka menemukan - atau merasa menemukan - niat busuk Soviet. Sebuah lingkaran spionase yang dipasang Kremlin terbongkar di Kanada, dan Presiden Truman membentuk apa yang disebutnya "Komisi Sementara Penyelidik Loyalitas Pegawai". Nama itu kini barangkali akan terdengar lucu - buat kuping Amerika, tentu. Tapi pemerintah AS tidak sedang keplngin melucu. Komisi itu membentuk badan-badan yang harus menelaah kembali "loyalitas", dan sampai tahun 1951 sudah ada lebih dari 200 orang pegawai yang dipecat dan 2.000 mengundurkan diri Setahun sebelumnra, Kongres - walaupun diveto oleh Presiden meluluskan Rancangan Undang-Undang yang disebut MacCarran Internal Security Act atau Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri. Dengan itu pula 11 orang pemimpin Partai Komunis AS dipenjarakan. Di tahun 1951, sepasang suami-istri, Julius dan Ethel Rosenberg, dihukum dengan tuduhan telah memberikan rahasia senjata atom kepada Uni Soviet, dan tiga tahun kemudian mereka berdua dieksekusi di atas kursi listrik. Kemudian, muncullah Joseph R. McCarthy: turun dari bukit-bukit Arizona yang sunyi, dari tempat "orang-orang Amerika yang tanpa bahan sintetis", ia langsung ke ruang sidang Senat buat menyelamatkan tanah airnya dari kuku komunisme. Segera bulan Februari 1950 Senator Partai Republik dari Wisconsin ini - dengan pidatonya yang melontarkan api - mengatakan bahwa ia punya sebuah daftar. Isinya: nama-nama 57 orang (mungkin juga 205 orang) yang setia kepada komunisme dan tetap bekera di Departemen Luar Negeri. Bukit Capitol gempar. Amerika seperti terbakar. Ternyata, McCarthy kemudian tak dapat membuktikan tuduhannya. Tapi kerusakan toh telah terjadi. Amerika, yang seperti terbakar itu, menggeliat-geliat dan melabrak ke sana-kemari. Waspadalah terhadap segala kegiatan yang "un-American". Sidiklah gerak-gerik yang "tidak-bersifat-Amerika". Tengoklah ke bawah selimutmu: jangan-jangan di situ ada yang "merah" sembunyi seperti kutu. Korban pun berjatuhan. Banyak orang dicopot, dan banyak yang dikutuk ramairamai. Saya kira di masa seperti itulah Charlie Chaplin (kini dia tokoh untuk iklan IBM) harus meninggalkan Amerika dan lama menolak untuk kembali. ia juga dituduh "merah". Komunis seakan-akan bersembunyi di balik setiap senyum. Tapi begitukah caranya menangkal komunisme? Benar, kata para pengagum McCarthy. Kita harus waspada. Mereka itu licin sekali, bertiarap, menanti kesempatan kita lengah. Maka, penyidikan harus terus. Curigailah setiap ekspresn Tanyai. Sut.... Tapi kemudian ternyata McCarthy jatuh. Mungkin dia mencurigai terlampau banyak orang. Ia bahkan menyerang tokoh seperti Jenderal George C. Marshall, orang yang berjasa dalam Perang Dunia II, orang yang juga menangkal komunisme dengan membantu kemakmuran Eropa dan merintis berdirinya NATO. Serangan McCarthy bukanlah bahwa Marshall seorang "merah" tapi bahwa ia, sebagai menteri luanegeri, telah "mengkhianati" Chiang Kai-sek yang akhirnya kalah melawan komunis. Inflasi tuduhan akhirnya mengakibatkan jatuhnya nilai tuduhan. Pada gilirannya, apa yang sering terjadi juga dalam agama dan keyakinan terjadilah di dalam histeria ini: siapa yang terlalu cemas akan runtuhnya sesuatu yang suci murni (seraya menuding ke kanan dan ke kiri) akan bertemu dengan kenyataan bahwa hidup tidaklah segenting yang dibaangkan. Di tahun 1954, pengaruh McCarthy mengendur. Ketika Partai Republik susut di tahun itu, senator pembakar itu pun dicopot, bahkan dihukum. Ia telah melakukan suatu seri tindakan yang akhirnya tidak menunjukkan kelebihan sistem Amerika di atas komunisme: ia tak menghormati hak-hak warga negara lagi. Goenawan Mohamad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini