Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Perlu meniru Amerika ?

Tanggapan dikwan elsenring tentang kompetisi dan koperasi di sekolah. sistem ranking untuk menilai murid secara keseluruhan & adanya hadiah bagi siswa & adanya siswa "teladan" kurang disetujui.(kom)

24 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam berita berjudul Kompetisi atau Kooperas (TEMPO, 10 Januari, Pendidikan), ada saran agar kita meniru David dan Roger Johnson dalam soal kompetisi atau kooperasi di sekolah. Belum kapokkah kita meniru orang Amerika? Coba ingat, apa yang terjadi dengan oral approach, matematika modern, studi terpimpin, automatic promotion, sistem modul, dan lain-lain. Dan sistem kooperasi pun, dengan kelas-kelas berisi 40-60 murid, tak mungkin berhasil di Indonesia. Namun, saya setuju dengan David dan Roger Johnson bahwa kompetisi di dalam kelas kurang baik. Tapi, bagi saya, soalnya bukan kompetisi atau kooperasi, melainkan kompetisi atau cita-cita. Bung Karno pernah berkata, "We need ideals, not competition, to be a well functioning nation." Sebab, penilikan secara saksama mengungkapkan, kompetisi selalu membuyarkan cita-cita, dan menggantikan cita-cita itu dengan nafsu mengalahkan orang lain. Saya tahu, dalam pengajaran mesti disusun daftar peringkat (ranking). Itu perlu buat merencanakan pengajaran selanjutnya bagi, baik sang murid maupun sang guru. Tapi saya tak setuju kalau daftar itu disusun untuk menilai seorang murid secara menyeluruh. Sebab, murid yang meraih tempat teratas belum tentu murid yang paling cerdas, paling jujur, dan paling sosial. Mungkin sekali ia anak orang kaya, yang punya kamar studi sendiri, buku-buku lengkap, alat tulis lengkap, tak pernah disuruh membantu kegiatan rumah tangga, dan mendapat makanan bergizi cukup. Sangat mungkin, murid yang meraih tempat kelima mesti mengisi bak mandi dan menyapu halaman setiap hari, belajar di meja makan bersama kakak dan adiknya dengan lampu kurang terang, dan mendapat makanan kurang bergizi. Saya juga kurang setuju ada hadiah bagi anak dengan peringkat tertinggi, dan ada siswa "teladan". Apalagi anak yang sudah kaya, mendapat hadiah lagi, lantas dapat bepergian ke Jakarta dengan ongkos entah dari mana. Keberatan lain adanya kompetisi ialah sulit bagi sang guru menciptakan kerukunan di kelas. Anak-anak duduk dalam kelas bukan untuk bersaingan melainkan memperkembangkan kepribadian mereka karena bercita-cita dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang disabdakan Tuhan dengan efek yang sebesar-besarnya. PROF. DIKWAN EISENRING Jalan Bontolangkasa 11 Telepon (0411) 83279 Ujungpandang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus