Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Reagan kini latihan angkat besi

Koresponden senior time untuk new york, john f. stacks berwawancara dengan presiden as, ronald reagan, 72. seorang komunikator yang menawan, eks bintang film, yang tambah semangat setelah menduduki gedung putih.

3 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NEW York musim panas memang selalu menyenangkan. Hari panjang yang melelahkan itu kami akhiri pada sebuah meja makan, di sebuah ruang eksklusif yang nyaman. Sinar matahari yang meredup telah diganti oleh lampu-lampu merkuri yang berpendaran dipantulkan dinding-dinding kaca bangunan megah ini. Chocolate gateau yang lezat telah punah dari piring saya. Piring itu pun segera disingkirkan, diganti secangkir kopi yang mengepulkan aroma harum. Tetapi sebentar lagi harum kopi pun punah ketika dua d antara kami mulai menyalakan cerutunya. Di ujung meja, John F. Stacks berdiri sambil mengangguk-angguk ke arah kami. Tuan rumah memperkenalkannya. Tetapi sebenarnya ia tidak perlu diperkenalkan. Namanya dapat kita temukan pada masthead majalah Time. Ia adalah koresponden senior Time untuk New York. Wawancaranya dengan Reagan dimuat sebagai cover story bulan Desember yang lalu. Gagah, penuh gairah, kuli tinta yang satu ini sebetulnya diundang untuk berbicara tentang keadaan politik Amerika Serikat pada saat ini. Semacam paket informasi untuk pengunjung yang baru datang. Tetapi ternyata pembicaraannya itu penuh-penuh hanya membicarakan Ronald Reagan, presiden Amerika Serikat. "Amerika Serikat ini adalah negara yang aneh," katanya mengelitik tanya. Dan pertanyaannya itu ia jawab sendiri. "Kami selalu menggembar-gemborkan dan mengagungkan jiwa muda, tetapi kami kini mempunyai presiden yang tertua." Semua tersenyum. Kecuali si pengisap cerutu yang berdasi merah. Ia malah mengernyitkan dahi. "Ia republikan," bisik orang di sebelah saya menunjuk orang itu. Ronald Reagan, presiden Amerika Serikat yang dimaksudnya itu memang tua. Usianya kini 72 tahun. Tetapi ia tampaknya adalah satu-satunya presiden AS yang justru tambah muda sejak menduduki kursi di Gedung Putih. Lihat saja Carter yang tampak gagah penuh semangat ketika masuk Gedung Putih. Tetapi keluar sebagai orang tua yang kuyu dan lelah. Pada acara besar televisi untuk memperingati ulang tahun Bob Hope ke-80, seluruh rakyat Amerika yang duduk di depan televisi dapat melihat presidennya yang masih tampak penuh gairah. Beberapa kali kamera televisi menangkap Reagan, yang duduk di sebelah Bob Hope, tertawa lepas terpingkal-pingkal dan bertepuk tangan dengan penuh semangat. Bahkan Reagan tampak cemburu ketika tiga dara jelita: Brooke Shields, Cheryl Tiegs, dan Christy Brinkley mengudarakan cium mesra untuk Bob dari panggung. "Reagan memang dalam kondisi fisik yang memuaskan," kata John Stacks. "Setelah usaha penembakan terhadap dirinya, kesehatannya dan kesegaran fisiknya malah membaik. Lingkar dadanya saja sudah mengembang satu setengah inci dengan tambahan otot baru. Itu antara lain karena Reagan kini selalu berolah raga angkat besi." Hebat, pikir saya. Wartawan Amerika selalu menguber detil. Bukan saja lingkar dada petinju atau ratu kecantikan, statistik lingkar dada presiden pun ternyata bisa dibuat menarik. "Tidak seperti presiden AS yang lain, Reagan tetap banyak berekreasi selama masa jabatannya. Tiap sebentar ia bersama rombongannya terbang ke ranch-nya di California. Sebagai penunggang kuda yang baik, Reagan memang selalu menyukai ranch-nya. Tamu-tamu negara tidak lagi dibawa ke Camp David, tetapi ke ranch di dekat Hollywood itu. Ratu Elizabeth pun sempat berkuda bersama Reagan di situ. "Mumpung masih bicara soal ranch," kata John Stacks lagi, "Anda mungkin tertarik untuk mengetahui bahwa Nancy Reagan tidak pernah menyukai ranch itu. Karenanya, besar kemungkinan Ronald Reagan akan mempertahankan rumah di Gedung Putih itu." Hadirin tersenyum. Si Dasi Merah menghembus-hembuskan asap cerutunya dengan gusar. "Kemenangan mutlak Ronald Reagan dalam kampanye kepresidenan hanyalah karena ia bukan Jimmy Carter," kata John Stacks. Warga Amerika waktu itu memang lagi lelah dan bosan mengikuti kepemimpinan Carter yang tidak jelas. Tetapi tak seorang pun warga Amerika di bawah usia 40 tahun pernah mengenal konsep kepemimpinan seorang presiden yang sukses. Kennedy tewas tertembak. Nixon kesandung Watergate. Dan bulan madu politik AS telah lewat. Reagan sudah mulai jadi sasaran kritik para pemilihnya jauh sebelum evaluasi tengah-masa-jabatan (midterm evaluation). TV politics, tuduh Stacks, harus bertanggung jawab atas menurunnya mutu presiden. Televisi dapat menampilkan seorang aktor panggung yang baik, tetapi kemampuan itu tidak ada sangkut pautnya dengan mutu kepemimpinannya. Kesenjangan antara kehebatan berkampanye dan kemampuan memimpin menjadi semakin lebar. Televisi pun mengakibatkan inflasi janji politik yang kemudian dilupakan setelah masa kampanye usai. Reagan menjanjikan keharusan berdoa di sekolah negeri, angkutan gratis bagi siswa sekolah negeri dan menghapus undang-undang pengguguran kandungan. Setelah terpilih, tidak satu pun dari janji itu dipenuhinya. Tetapi Reagan adalah aktor panggung yang baik. Dan televisi adalah media yang dikuasainya. Dan Reagan memang tidak berubah. Ia tetap orang yang santai, yang tidak pernah menyesali apa pun yang telah diputuskannya. Itu memang resep awet mudanya. " You sleep very well if you do that," kata Reagan seperti dikutip oleh Stacks. Cara Reagan mengambil keputusan itu sendiri selalu mengherankan dan sekaligus menggemaskan. Bila para asisten pribadinya melaporkan sembilan kabar buruk, ia akan terus menanti sampai kabar yang kesepuluh -- kabar baik. Dan segeralah Reagan melupakan sembilan kabar buruk itu. Dalam sidang anggaran yang berat dan penuh debat, tiba-tiba Reagan menskors sidang dan minta hubungan telepon dengan awak pesawat Columbia yang sedang mengorbit. Reagan pun adalah orang yang pasif, kalau tidak mengatakannya malas atau terlalu santai. Ia tidak pernah keluar dari Gedung Putih untuk melengkapkan informasi. Sumber informasi satu-satunya bagi Reagan adalah surat kabar dan surat-surat yang ditujukan kepadanya. Dari sumber-sumber itulah ia mengambil dasar-dasar untuk keputusannya. Tetapi Reagan adalah seorang komunikator yang menawan. Sebagai bekas bintang film, penguasaan pentasnya hebat. Ia pintar memukau hadirin. Wawancara dengan Stacks yang rencananya cuma 45 menit itu ternyata berlarut hingga lima jam lebih. Bukan karena Stacks yang minta, tetapi Reagan sendiri yang terus memancing tanya. Untung Stacks seorang wartawan yang kritis. Lima jam ternyata tidak membuatnya berubah keyakinan bahwa Reagan bisa memimpin Amerika Serikat lebih baik. Toh Stacks masih berbasa-basi ketika ditanya apakah Reagan punya kans untuk terpilih lagi. "Dengan cara televisi seperti di Amerika," tutur Stacks, "Reagan memang bisa menang lagi. Tetapi, sejak Eisenhower tidak pernah lagi ada presiden AS yang penuh menjalani dua masa jabatan." Si Dasi Merah mematikan cerutunya. Kami berdiri bersalam-salaman. Lilin-lilin di meja makan ditiup di belakang kami. Kami melangkah ke luar, menapaki lebuh jalanan New York yang telah gelap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus