AW. Phillips berjasa pada profesi ekonomi karena menyumbangkan
suatu doktrin tentang adanya hubungan terbalik antara inflasi
dan pengangguran. Dalam setiap buku teks ekonomi yang baik akan
dapat dijumpai preposisi ini, dan memang di banyak negara
ekonomi dikelola atas dasar doktrin ini.
Namun dapat diduga kalangan politisi sulit menerima preposisi
bahwa stabilitas harga harus dikorbankan untuk mengurangi
pengangguran atau sebaliknya bahwa kesempatan kerja harus
dikorbankan untuk menurunkan inflasi. Walaupun demikian belum
pernah diajukan alternatif lain, kecuali bahwa dalam sistem
demokrasi suatu pemerintah akan dijatuhkan atau dikalahkan dalam
pemilihan umum apabila inflasi dianggap terlampau tinggi biarpun
pengangguran rendah. Atau apabila pengangguran dianggap terlalu
besar biarpun inflasi hanya kecil.
Pada pertengahan tahun 1970-an mulai tampak, banyak ekonomi tak
lagi menunjukkan tingkah laku seperti diamati Phillips selama
kira-kira satu abad, yaitu sejak 1861. Kini terlihat gejala yang
dikenal sebagai stagflasi:pengangguran yang besar (stagnasi
ekonomi) tapi juga dengan ulflasi tinggi Kegagalan Carter dalam
memerangi gejala di atas telah membantu memenangkan Reagan dalam
pemilihan presiden.
Ekonomi Suplai
Presiden Reagan merasa mendapatkan resep untuk mengobati
penyakit ekonomi Amerika Serikat dalam apa yang dikenal sebagai
supply-side economics yang dipelopori oleh Arthur Laffer dan
Robert Mundell delapan tahun lalu. Paham baru ini kini bisa
dijuluki Reaganomika, bukan karena dirumuskannya sendiri, tetapi
karena keberanian politik untuk menerapkannya. Reaganomika
dianggap sebagai suatu revolusi dalam pemikiran ekonomi, dan
juga dilihat sebagai jalan untuk mempertahankan kekuasaan Partai
Republik untuk sesedikitnya selama 20 tahun mendatang apabila
Reagan bisa menunjukkan bukti kemujarabannya.
Reaganomika merupakan revolusi karena meruntuhkan tradisi Keynes
yang selama ini sukar diganggu-gugat dalam pengelolaan ekonomi.
Menurut paham Keynes, roda perekonomian dapat dikelola melalui
pengaturan konsumsi atau permintaan (aggregate demand), yaitu
mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk menukarkan uang dengan
barang dan jasa. Apabila pemerintah menambah uang tunai ke dalam
dompet anggota-anggota masyarakat melalui peningkatan
pengeluaran pemerintah atau penurunan pajak, mereka akan
meningkatkan belanja masing-masing dan terciptalah rangsangan
bagi produksi (suplai). Dengan kata lain, permintaan akan
menciptakan suplai. Pemerintah mengelola ekonomi melalui
penyesuaian tingkat pajak dan pengeluarannya demi tercapai
keseimbangan antara inflasi dan kesempatan kerja (pertumbuhan
ekonomi).
Paham ekonomi suplai bertolak dari pendapat bahwa peranan
sentral pemerintah dalam pengelolaan ekonomi a la Keynes
ternyata tidak membawa pada perbaikan ekonomi. Pertama,
masyarakat tidak melakukan produksi hanya karena anggota
masyarakat lainnya bersedia untuk membeli. Mereka berproduksi,
jadi memperbesar suplai, karena prospek untuk memperoleh
imbalan, keuntungan dan pendapatan sesudah dikenakan pajak
(after-tax).
Aabila pemerintah menurunkan tingkat pajak pendapatan, efeknya
akan lebih besar bagi kelompok masyarakat yang lebih mampu
melakukan investasi dan produksi dal ipada bagi kelompok
masyarakat yang bisa meningkatkan p ngeluaran konsumsinya.
Tetapi apabila pada saat yang sama produksi dikenakan pajak yang
tinggi dan peraturan-peraturan yang mencekam, maka produksi
tidak akan meningkat, dan hanya akan mengakibatkan inflasi.
Karena inflasi, maka dana-dana akan dialihkan dari
kegiatan-kegiatan produktif kepada usaha-usaha non-produktif,
seperti membeli barangbarang yang kebal inflasi. Hal ini berarti
pertumbuhan ekonomi terhambat -- stagnasi.
Kedua, peningkatan pengeluaran pemerintah un1uk memerangi
pengangguran, apabila tingkat pajak tetap tinggi, hanya akan
mengakibatkan inflasi karena meningkatk-an permintaan akan
barang tanpa terjadi peningkatan suplainya.
Instrumen Pajak
Penganut Reaganomika menganjurkan penurunan pajak dan penurunan
pengeluaran pemerintah sebagai cara memerangi inflasi dan
pengangguran. Pemerintah Reagan merencanakan penurunan
pengeluaran pemerintah sebesar 15 milyar dollar untuk tahun
fiskal 1981 dan sekitar 40 milyar dollar untuk tahun fiskal
berikutnya. Reagan tampaknya tidak ikan berkompromi dengan
Kongres dengan program penurunan tingkat pajak pendapatan
perorangan yang akan diberlakukan secara menyeluruh. Paket
ekonomi Reagan juga melibatlan liberalisasi tingkat depresiasi.
Kesemua itu didasarkan atas pemikiran yang sederhana mengubah
tingkah laku ekonomi dengan memperluas rangsangan bagi produksi
dan dengan mengubah alokasi pendapatan dan alokasi waktu.
Pendapatan bisa digunakan untuk konsumsi atau tabungan, sedang
waktu dapat digunakan untuk bekerja atau bersantai.
Di Amerika Serikat terlihat gejala menurunnya tabungan dan
menurunnya jumlah waktu untuk bekerja. Rangsangan menabung turun
dalam keadaan inflasi dan rangsangan kerja juga menurun karena
sanksi pajaknya. Setiap tambahan jam kerja seseorang -- yaitu
untuk meningkatkan pendapatan semakin kecil artinya karena
dimakan oleh pajak yang semakin meningkat.
Stagflasi ekonomi yang terjadi juga berarti basis pajak menjadi
semakin kecil. Sementara itu, pengeluaran pemerintah meningkat
terus, hal mana meminta pembiayaan defisit yang semakin besar,
dan sebagai akibatnya inflasi semakin mengganas. Secara singkat
dapat dikatakan, penurunan tingkat pajak dalam paham Reaganomika
ini dimaksudkan untuk merangsang tabungan dan kerja, dan bukan
sekedar menyuntik uang ke dalam ekonomi a la Keynes.
Reagan dengan tegas menolak doktrin Phillips untuk Amerika
Serikat, sebab resep Keynes tidak akan bisa digunukan selama
sanksi yang besar terhadap produksi dan kerja masih merupakan
musuh utama bagi ekonominya. Dalarn jangka pendek, penerapan
ekonomi suplai ini jelas akun mengorbankan program-program
sosial dan bantuan pemorintah kepada berbagai kelompok
masyarakat yang sebenarnya telah mendorong konsumsi dan
kemalasan.
Bila Reaganomika berhasil, produktivitas ekonorni Amerika
Serikat akan dapat meningkat kembali, dan dengan demikian
negara-negara yang mempunyai industri yang kompetitif, seperti
Jepang, tidak lagi merupakan musuh ekonominya Ekonomi suplai
belum terbukti kemanjurannya, tapi setidaknya tepat jalan
pemikirannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini