FEODALISME? Atau krepostbicbestvo? Lenin memimpin sebuah
revolusi, tapi ia membingungkan. Terutama karena kedua kata
itu.
Feodalisme berasal dari sejarah Eropa Barat. Dalam struktur
masyarakat fedoal, di puncak sana ada seorang raja. Di awahnya
para vassal. Rakyat banyak, para petani, hidup di bawah peduli
kaki para vassal ini.
Ada masanya sang raja mendesak posisi para bangsawan itu. Tapi
betapa pun mereka bukan cuma alat kerajaan. Merea punya
kekuasaan di wilayah masing-masing. Mereka punya syarat-syarat.
Tata masyarakat feodal adalah sebuah tata kekuasaan mutlak, atau
nyaris mutlak, tapi yang tak punya satu pusat.
Krepostbichestvo, konon, berarti asungan", atau bondage. Lenin
mengunakan istilah ini buat melukiskan masyarakat Rusia di bawah
Tsar--suatu keadaan yang memang lain dari keadaan di Eropa
Barat.
Di Rusia, begitulah ditulisnya dalam sebuah buku yang terbit
ditahun 1899, berlangsung suatu sistem "Asiatik". Seperti
ditunjukkan oleh Wittfogel dalam Oriental Despotism, selama
beberapa tahunn lamanya Lenin memang melihat Rusia di bawah Tsar
bukanlah suatu mayarakat "feodal", melainkan suatu despotisme
gaya Timur.
Di sini kekuasaan mutlak cuma punya satu pusat: Tsar. Tak ada
kelas bangsawan yang kurang-lebih independen. Dan di kota-kota,
tak ada kantung-kantung kekuatan ekonomi, gilda-gilda yang
cukup bebas dari kontrol kerajaan -- benih awal kaum kelas
menengah di masa depan. Kekuasaan Tsar total, satu monster besar
yang mencengkeram.
Tapi kemudian nampaknya Lenin rancu. Kian lama krepostbichestvo
itu ia biarkan saja disamakan dengan "feodalisme". Dan akhirnya
seluruh kaum Marxis-Leninis bertaklid bahwa negeri Rus yang
komunis itu telah mencapai tingkat protososialis -- karena telah
mengatasi baik feodalisme maupun kapitalisme.
Marx sendiri mungkin akan ketawa, atau mungkin bingung,
menyaksikan yang kini terjadi--karena dia pun dulu pernah
menilai Rusia dan banyak negeri Timur, seperti India dan Cina,
bukan contoh masyarakat feodal. Mereka contoh "sistem Asiatik"
dalam hubungan produksi.
Tapi Marx dan Lenin juga manusia biasa: bersikap konsisten
tidaklah mudah. Lenin bukan saja melupakan pendapatnya yang lama
bahwa ada perbedaan antara konsep feodalisme dengan
krepostbichestvo. Ia bahkan mengatakan bahwa di abad ke-20 (ia
mengatakannya ketika abad ini baru berumur tujuh tahun)
kapitalisme di Rusia sudah dominan.
Dengan sendirinya ia menghindar untuk menyajikan perkembangan
sejarah yang meyaklnkan, dari mana kelas menengah yang kapitalis
itu tumbuh.
Pokoknya, mencanangkan perlunya nasionalisasi tanah. Syahdan,
nasionalisasi tanah pun di Uni Soviet terjadi. Di tahun 1906
memang ada seorang Marxis lain, Plekhanov, yang menentang
gagasan ini. Ia takut bahwa penguasaan tanah oleh pemerintah
hanya akan mengembalikan Rusia ke suatu masa seperti Cina di
zaman Wang Ann-Shih, tatkala pejabat negara jadi manajer
produksi pertanian. Plekhanov berseru menolak. Tapi dia
kalah--terus sampai Revolusi Oktober dimenangkan.
NAMUN setelah revolusi itu hampir seabad, Uni Soviet mengalami
problem. Dalam Rencana Lima Tahun ke-11 (1981-1985), yang
diumumkan dalam Rapat Komite Sentral Partai Komunis Soviet bulan
November 1981, Leonid Brezhnev masih menyebut pangan sebagai
"masalah sentral". Tahun ini Soviet akan mengimpor 46 juta ton
biji-bijian, lebih dari negeri mana pun dalam sejarah. Produksi
pertaniannya tak bisa diharapkan banyak.
Dan sebabnya? Pernah ada satu grup petani muda Amerika
berkunjung ke ladang kolektif di Uni Soviet. Mereka heran bahwa
di sana ara pekerja meninggalkan traktor cepat-cepat begitu jam
berdentang lima kali. Orang Amerika heran karena di negerinya
para petani, pemilik dan pemetik hasil tanah, akan bekerja
terus--kalau perlu dengan mengerahkan anak istri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini