Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Sudah saatnya merubah kode etik ?

Mungkin norma-norma masyarakat sekarang yang telah bergeser mengharuskan kita meninjau kembali lafal sumpah serta etik kedokteran. tetapi perlu dipastikan apakah benar norma itu telah berubah.

29 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter. (Sumpah Dokter) ADA alasan mengapa rahasia pasien harus dipegang teguh. Karena jangan sampai sakit yang diderita oleh sesorang yang telah dipercayakan kepada dokter, disebar luaskan sehingga merugikan nama baik pasien tersebut. Bila terjadi demikian, maka kepercayaan pasien kepada dokter akan berkurang. Dan mereka tidak lagi mau berterus terang untuk menceritakan segala sesuatu yang mungkin berkaitan dengan sakitnya itu kepada dokter. Tetapi sampai di mana rahasia itu dapat dipertahankan? Di depan pengadilan jelas dokter diminta untuk berterus terang membukakan apa yang diketahuinya tentang seseorang. Demi untuk menegakkan kebenaran dan pengadilan yang benar-benar adil, undang-undang meminta dokter melanggar sumpahnya. Namun adakalanya sumpah untuk merahasiakan penyakit seseorang itu dilanggar meskipun tidak ada keharusan atau tuntutan pengadilan. Misalnya tentang penyakit seorang pejabat tinggi atau tokoh masyarakat. Penyakit Presiden Suharto atau Menteri Ali Murtopo dengan mudah dapat diketahui melalui koran-koran. Meskipun bagi pers atau masyarakat, keadaan kesehatan para pemimpin memang menjadi perhatian yang serius. Penyebaran berita tentang penyakit para tokoh itu mungkin tidak semata-mata kesalahan dokter, tetapi dapat saja berkat kelihaian wartawan untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan dari observasi dan penyelidikan mereka sendiri. Tetapi toh kaum puritan akan menyatakan bahwa hasil penyelidikan wartawan itu tidak akan dapat dipercaya kalau dokter benar-benar mampu menyimpan rahasia pasien. Dr. Hugh L'Etang penulis buku The Pathology of Leadership membela perlunya publik diberitahu tentang penyakit seorang pemimpin. Karena membiarkan ketidak pastian di dalam masyarakat dapat menimbulkan konsekwensi yang lebih tragis. Bila kita membiarkan penyakit seorang pemimpin tetap tertutup tidak diketahui umum, maka berarti kita membiarkan rakyat dipimpin oleh seorang pemimpin yang sakit. Mungkin baru beberapa generasi kemudian orang menyadari bahwa sebenarnya dulu mereka pernah dipimpin oleh seorang pemimpin yang tidak sehat, yang mungkin penyakitnya tidak memungkinkan ia membuat keputusan-keputusan yang sehat. Kita juga tidak tahu apakah pengumuman tentang hasil kemajuan-kemajuan kedokteran yang dikenakan pada seorang pasicn dianggap melanggar sumpah atau tidak Apakah pengumuman bahwa dokter Indonesia telah berhasil mengoperasi Rubianti dari pria menjadi wanita suatu pelanggaran atau tidak. Bagaimana kalau yang bersangkutan kemudian menuntut bahwa rahasia yang dipercayakannya kepada dokter telah dibukakan kepada umum untuk kepentingan publikasi dokter? Ke fihak manakah pengadilan akan memihak? Terlepas dari setuju atau tidak, kenyataan-kenyataan itu telah berjalan hingga saat ini. Mungkin norma-norma masyarakat sekarang telah mengharuskan kita meninjau kembali lafal sumpah dokter serta kode etik kedokteran. Termasuk dalam hal ini lafal tentang "melindungi hidup manusia dari sejak saat pembuahan." Lafal tersebut diucapkan oleh Hipokrates beberapa abad yang silam. Tetapi Hipokrates hanyalah manusia biasa. Bukan Nabi yang menyampaikan sabda Tuhan. Tuntutan-tuntutan sosial menghendaki agar kita meninjau kembali pengertian saat dimulainya kehidupan. Baik secara ilmiah maupun secara agama. Etika kedokteran menyangkut norma-norma tentang hidup manusia. Bila norma-norma itu sendiri sudah mulai bergeser, apakah bukan saatnya kita juga meninjau kembali etika kedokteran itu? Tetapi tentu saja terlebih dahulu perlu dipastikan apakah benar norma-norma tentang hidup, lahir, sakit, penderitaan, dan mati sudah berubah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus