Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Tiruan Bunyi

6 Desember 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lie Charlie
  • Sarjana tata bahasa Indonesia lulusan Universitas Padjadjaran, Bandung KRIIING…!

    Bunyi telepon. Itu bunyi masa lalu. Kini telepon, terutama telepon seluler, bisa menge­luarkan banyak bunyi panggil lain, mulai nada lagu tertentu, orkestra, ”Bang SMS”, bunyi tangisan bayi, hingga desahan orang sedang bercinta. Telepon yang cuma bisa ”kring” sudah dianggap tak menarik.

    Kriuuuk…! Tiruan bunyi ini konon melukiskan sesuatu yang renyah sedang dikunyah, umpamanya kerupuk, kudapan garing, atau biskuit. Memang tidak mungkin makan bakpao menghasilkan suara kriiiukkk! Perhatikan kombinasi vokal dan konsonan yang terjadi. Tiruan bunyi tidak memiliki pola suku kata teratur atau tertentu. Jadi, terserah kepada penulis untuk menuliskannya. Kombinasi lain bisa berbunyi: krrriuk, kri­ukkk, krriiuuk, atau kkkriuk. Tergantung bunyi tersebut ketika didengar penulis.

    Tik tok biasa digambarkan sebagai suara jam dinding. Tentu saja maksudnya jam dinding zaman Belanda­ atau Jepang yang masih harus diputar seminggu sekali atau dua kali dan umumnya memiliki bandul alias grand father clock menurut istilah negara asalnya. Jam dinding masa kini yang memakai tenaga baterai tidak berbunyi lagi. Coba dengar lebih dekat. Suara paling keras mungkin datang dari bunyi jarumnya yang bergerak cet cet cet….

    Dar… der… dor… atau dor, dor, dor…! Ini tiruan bunyi tembakan senjata api. Penutur bahasa Inggris adakalanya menggunakan kata ”bang”. Bang menjadi sebuah kata karena sudah mewakili sebuah makna. Bang lebih keras daripada sekadar dor. Pernah mendengar teori ”Big Bang”? Teori Big Bang mengatakan bahwa alam semesta ini terbentuk setelah terjadinya sebuah ledakan dahsyat jutaan tahun lampau. Teori ini juga didukung ilmuwan Stephen Hawking, yang menulis buku The Brief History of Time.

    Ngak ngik ngok, menurut Soekarno itulah bunyi musik rock and roll. Kita tahu musik rock and roll tidak terdengar seperti itu dan tiruan bu­nyi tersebut lebih merupakan sindiran daripada kebenaran. Namun pada zamannya, bila seseorang menyebut musik ngak ngik ngok, orang paham bahwa yang dimaksud adalah musik rock and roll.

    Cit, cit, cit, ini tiruan suara tikus atau burung kecil. Tiruan bunyi ini memang mendekati aslinya, biarpun suara tikus dan burung kecil mestinya lebih bervariasi daripada sekadar cit cit cit. Untuk suara bebek kita menirukannya sebagai kwek dan erangan elang menjadi kwaaakkk, yang terdengar garang, serta suara sapi menurut banyak orang adalah mooo….

    Dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan Inggris, terjadi perbedaan antara ­bunyi (sound) dan suara (voice). Bunyi tidak mengandung makna eksplisit, sedangkan suara menyiratkan arti tertentu. Kita tidak lazim berkata bah­wa kita mendengar bunyi. Kita lebih sering mengatakan kita mendengar suara orang mengetuk pintu. Suara yang belum diketahui atau tidak dapat diraba maknanya disebut bunyi. Alat musik yang dimainkan asal asalan mengeluarkan bunyi, tetapi jika dimainkan dengan mengikuti partitur sebuah gubahan lagu, ia akan menghasilkan suara.

    Dalam bahasa Ingris, voice hanya mengacu kepada suara yang dikeluarkan alat ucap manusia. Hanya manusia yang dapat menghasilkan voice. Di luar itu, termasuk suara yang ber­asal dari alat musik meskipun berbentuk lagu, disebut sound saja.

    l l l

    BOM, bum, atau boom adalah tiru­an­ suara bom yang meledak. Kurang gereget dan tidak seru jika kita menu­lis ”sebuah bom meledak” tanpa diikuti atau didahului tiruan bunyi yang menggambarkan suara ledakannya.

    Tik, tik, tik… ini suara hujan atau air yang menetes. Suara tetesan benda cair yang mengenai bumi memang terdengar seperti itu. Kita sudah lama mengenal ”tik, tik, tik”, terutama dalam syair lagu. ”Tik, tik, tik bunyi hujan di atas genting…,” demikian syair sebuah lagu anak anak ma­syhur melukiskan keindahan hujan. Syair lain berbu­nyi: ”Tik, tik, tik, tik… hujan­ rintik rintik. Dingin dingin sepoi angin dingin. Yang berkasih­an tertawa kecil, yang sendiri hatinya menangis….” Tiruan bu­nyi ini terakhir dimanfaatkan pula oleh band Kotak dalam sebuah hit nya.

    Ssst… bisa mewakili banyak bunyi­ dan situasi. Contohnya: ”Ssst… Li Mo Chu melesat ke atas pohon.”; ”Sssttt… secepat kilat ia meraih bendera itu.”; ”Sssttt… diam, dengarkan baik baik.” Konsonan ”s” memang satu satunya yang berbunyi mendesis. Selain digabungkan dengan ”t”, konsonan ”s” sering dimanipulasi bersama ”r” dalam menghasilkan tiruan bunyi, misalnya: sreeet… untuk mengesankan kain atau pakaian yang disobek dan tirai yang disibakkan. ”Sreeettt…” juga dapat menyatakan suara kapur ditorehkan ke papan tulis, dll, bergantung pada konteks wacana yang kita baca.

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus