Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Tokoh kemerdekaan uni soviet

Pyotr alekseyevich koprotkin adalah seorang pejuang tua rusia yang sampai ajal menentang kediktatoran di negerinya. ia telah menghadapi lenin, tapi lenin tak bisa dicegah untuk melakukan kemauannya.

4 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI awal musim semi 1919, seorang tua ketemu Lenin di Kremlin. Waktu itu hampir dua tahun sudah Lenin berkuasa. Revolusi komunis yangdipimpinnya berhasil menggulingkan Tsar. Raja terakhir Rusia dan keluarganya telah dibunuh. Kediktaturan proletariat telah ditegakkan. Pemerintahan baru pun sibuk menyiapkan diri ke masa depan--seraya membasmi musuh-musuhnya. Dan Rusia berwarna merah. Ada yang melihat warna itu sebagai bayangan darah yang mengerikan. Ada yang melihatnya sebagai fajar. Orang tua yang ketemu Lenin pagi 10 Mei itu melihatnya sebagai kedua-duanya. Karena itulah ia, yang tinggal di Dmitrov, di luar Moskow, datang dan ingin berbicara. Lenin menghormatinya. Bukan karena usia sang tamu 72 tahun. Tapi pak tua itu adalah Pyotr Alekseyevich Koprotkin, pejuang revolusi yang terdahulu, yang pernah hidup 41 tahun di pembuangan. Riwayatnya luhur. Ia putera bangsawan tinggi. Dalam usia muda, sumbangannya kepada ilmu pengetahuan telah diakui. Hidup baik sebenarnya terbentang di depan Pyotr Alekseyevich. Tapi Rusia di zamannya adalah Rusia dengan penderitaan yang termashur itu, di mana petani ditindas dan tak bisa lagi menangis. Maka pada umurnya yang ke-33, Koprotkin menanggalkan hak-hak kebangsawanannya, lalu berjuang untuk Rusia yang lebih adil. Ia dipenjarakan di tahun 1874. Berhasil melarikan diri, ia pun mengembara di Eropa, ia menulis, mengutarakan pandangannya. Salah satu bukunya, Kenangan Seorang Revolusionis (1889), segera mashur. Ketika Revolusi Rusia meletus, nama Koprotkin sudah lama dikenal sampai ke hati. Juni 1917, ia pulang. Di Petrograd 60.000 orang datang mengelu-elukannya. Tapi ia bukan seorang Bolshewik. Ia membenci kediktaturan, biarpun itu atas nama kaum buruh. Kemenangan Bolshewik yang dipimpin Lenin diterimanya dengan diam. Di Dmitrov ia menjauhi politik, menulis buku sejarah ethika--sampai suatu saat: seorang kawan seperjuangannya ditangkap pemerintah sebagai sandera, dan akan dihukum mati. Ia pun datang pada Lenin. Ia menentang adanya orang tak bersalah yang disandera oleh pemerintah, guna mencegah perlawanan "musuh revolusi." Kepadanya Lenin mengutarakan cara-cara revolusinya. Mencoba meyakinkan. Tapi kata Koprotkin: "Tujuan kita nampaknya sama, tapi dalam masalah cara.. . kita sangat berbeda." Tak berarti ia menolak untuk membantu Lenin. "Tapi bantuan kami hanya akan berupa laporan, kepada anda, bila kesewenang-wenangan terjadi .... " Lenin setuju. Baginya ini lebih baik ketimbang mengungkapkan kesalahan kaum Bolshewik secara terbuka. Prinsip ini nampak waktu Lenin menegur seorang wartawan komunis yang bicara soal kemerdekaan pers. "Kemerdekaan pers," kata Lenin, "akan membantu kekuatan burjuasi dunia." Demikianlah, sampai menjelang akhir hayatnya Kropotkin, si pejuang tua, tak henti menulis surat kepada Lenin, dengan kritik. Tapi akhirnya sang pemimpin marah. Toh kekerasan (dan dekat dengan itu adalah kesewenang-wenangan) bukan cuma ekses dari pemerintahannya, tapi telah jadi cara, bahkan dasar, dari kediktaturan itu sendiri. "Saya bosan dengan si kolot!", sembur Lenin. 7 Pebruari 1921, Lenin tak perlu bosan lagi. Kropotkin wafat. Seorang yang berharap telah terlambat. Dua tahun sebelumnya koran Pedang Merah sebetulnya telah memaklumkan: "Moralitas kami adalah moralitas baru . . . Bagi kami, apa saja boleh." Bukankah Izvestia juga pernah memuat laporan pembersihan di Petrograd? "Jumlah yang ditahan seluruhnya 6.220 orang. Delapan ratus ditembak mati." Tak heran jika penyair Pasternak kemudian bisa menuliskan suasana, di mana orang cemas dan mengurung diri, di mana "membuka jendela, terasa seperti membuka nadi."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus