Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Tokoh Kiai Syukri

Spesialisasi kiai syukri adalah mencari titik temu optimal dari pandangan yang saling bertentangan dengan jalan menunjuk kepada perbedaan di kalangan ulama masa lalu. ia juga cerdik dan teliti.

29 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANTAS kalau ia dapat mencapai 'tingkat nasional' dalam forum sesama ulama. Ia cerdik dan teliti. Betapa tidak cerdik karena di tiap ia meminta kesempatan berbicara terakhir. 'Apa masih ada waktu untuk saya?' adalah 'merk dagangnya'nya yang sudah diketahui semua orang, diucapkan di kala pembicaraan sudah akan diakhiri. Tetapi ada sesuatu di balik 'kebiasaan' yang disengaja itu yaitu meluruskan lagi pembicaraan dari kecenderungan untuk menjadi terlalu sempit, terlalu berpegang pada penafsiran harfiah saja tanpa memasukkan pertimbangan situasi kongkrit dalam kehidupan. Misalnya, puitisasi Al Quran. Apa pendapat Kiai? "Asal dimaksudkan penyajian ayat-ayat suci dengan susunan kalimat indah, tanpa mengubah inti pesannya, ya baik saja 'kan?". Banyak persoalan lain didekatinya dengan cara ini. Kiai Syukri yang sudah tua, tetapi masih tetap perlente, ternyata menimbang kearifannya sendiri dalam mcnggunakan keyakinan agamanya sebagai panduan hidup. Sejumlah orang NU dan Muhammadiyah secara bergurau memperdebatkan soal 'hadiah' membacakan surah Al Fatihah kepada arwah orang yang sudah mati. Sampaikah 'kiriman' bacaan itu ke alamat yang dituju, seperti halnya kiriman Elteha dalam kehidupan dunia? Apakah dasar pendapat yang diikuti masing-masing? Yang dari Muhammadiyah tidak melihat 'dalil yang dapat dipegangi' dari Al Quran maupun hadith Nabi Muhammad untuk menunjang kemungkinan kiriman via 'Elteha akhirat' sampai ke tujuan di 'alam sana'. Yang NU memegangi pendapat para ulama mazhab yang empat, yang menerima kemungkinan seperti itu. Bagaimana Kiai Syukri? Semua mata memandang penuh harap kepada kiai metropolitan yang menjadi Godfather-nya sekelompok 'mafia intelektual' dari sebuah daerah di selatan Jawa Tengah ini. Ternyata tidak meleset harapan mereka. Kata Kiai: "Hadiah fatihah tidak sampai ke alamatnya, menurut Imam Syafi'i. Ia sampai menurut ketiga imam mazhab yang lainnya. Kita ikuti suara mayoritas sajalah." Semua lega. Yang dari Muhammadiyah merasa aman karena pendapat mereka juga sejalan dengan pendapat imam pendiri mazhab yang paling banyak diikuti di Indonesia. Yang dari NU lega, karena masih bisa mengirimkan 'hadiah ulang tahun (kematian)' yang mereka warisi dari para kiai zaman dahulu. Sudah tentu kirimannya tidak segera sampai, secepat pos kilat khusus, karena tidak didukung oleh Imam Syarl'i tetapi mereka toh sudah terbiasa dengan pola 'alon-alon asal kelakon'?. Mencari titik temu optimal dari pandangan yang saling bertentangan dengan jalan menunjuk kepada perbedaan pendapat di kalangan ulama masa lalu, adalah spesialisasi Kiai Syukri. Ini adalah 'ideologi' yang dalam lingkungan para kiai dikenal sebagai sikap 'fihi qaulani' (dalam masalah ini ada dua pendapat), yang menyerahkan kepada umat untuk mengambil pilihan masing-masing antara dua spektrum pendapat yang saling bertentangan. Umat toh sudah dewasa, kalau dibekali alasan masing-masing pendapat, mereka akan melakukan pilihan secara dewasa. Kalau pun berbeda dengan orang lain, hal itu akan dilakukan tanpa sikap a priori dan sejenisnya. Kunci dari sikap ini adalah keinginan sangat kuat untuk mencari apa yang terbaik bagi manusia, tetapi melalui pertimbangan manusiawi pula. Dalam bahasa fiqh, kecenderungan ini dinamai 'mengutamakan kemaslahatan memang penting, tetapi mencegah kerusakan jauh lebih penting lagi' (dar'ul mafasid aula min jalbil masalih). Berapakah antara kita yang dapat mencapai kearifan sedemikian, jika dihadapkan kepada nilai-nilai normatif dari agama kita masing-masing?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus