TULISAN ini ditulis dalam ruang yang ber-AC.
Tulisan ini ditulis dan mungkin dibaca oleh orang yang menyukai
AC di mana saja: di mobil, di kamar, di dapur, di warung dan
kalau mungkin di tengkuknya sementara ia jalan dari ruang ber-AC
yang satu ke ruang ber-AC yang lain.
Sementara itu Ivan Illich, pastur yang progresif dan memukau
itu, menulis Energy & Equity (1974 dan mengutip besar-besar
ucapan seorang Chili: "El socialismo puede Ilegar solo en
bicicleta." Apa artinya tidak jelas benar, karena itu dalam
bahasa Spanyol. Tapi kira-kira pisau analisanya yang tajam, yang
menoreh industri transportasi modern itu, juga membedah lebih
jauh dunia kita. "Melebihi satu titik tertentu," tulisnya,
"lebih banyak enerji berarti lebih sedikit kemerataan."
Ruang di mana tulisan ini dibuat semakin dingin dan semakin
ngilu. Dan tiba-tiba Ivan Illich yang berwajah kurus dan panjang
itu tampil sampai ke loteng. "Di Bombay," katanya, "hanya
sedikit orang yang mempunyai mobil. Mereka dapat mencapai
ibukota propinsi dalam suatu pagi dan dapat bepergian ke sana
seminggu sekali. Dua generasi yang lalu, perjalanan itu akan
makan waktu seminggu lamanya, dilakukan setahun sekali. Kini
mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk lebih banyak
perjalanan. Tetapi mereka yang berjumlah sedikit itu juga
mengganggu, dengan mobil mereka, harus lalu-lintas ribuan sepeda
dan becak yang bergerak melalui jalanan Bombay."
Di luar, klakson memekik-mekik. Jakarta seperti tak pernah
sabar. Dan Ivan Illich berbicara terus: "Melebihi satu tingkat
kecepatan yang kritis, tak seorang pun dapat menghemat waktu
tanpa memaksa orang lain untuk kehilangan waktu. Orang yang
mengklaim satu tempat duduk dalam sebuah kendaraan lebih cepat,
menekankan bahwa waktunya lebih berharga ketimbang waktu si
penumpang kendaraan yang lebih lambat .... "
Ivan Illich makin susah dipahami. Tapi rasanya ia makin benar
saja. Ia berbicara tentang transportasi. Ia memuji sepeda,
bicicleta. Tapi barangkali juga ia bisa mengingatkan orang
akan listrik -- lampu-lampu terang dan ruang ber-AC. Di Jakarta
berapa banyak penduduk kebagian listrik? Kata survai Kantor
Sensus dan Statistik DKI: hanya 21,78% rumah tangga.
Dan tulisan ini ditulis dalam ruang yang ber-AC.
Tulisan ini ditulis untuk sebuah majalah yang memuat sejumlah
iklan: pakaian mentereng, arloji mentereng, dan mobil. Dan ia
pun bergaul, atau terjun dalam suatu masyarakat yang langsung
atau tak langsung terlibat dalam gaya hidup yang tidak
sederhana. "Tidak sederhana," dalam arti yang lebih persis:
boros enerji.
Sementara itu Lester R. Brown menulis The Twenty Ninth Day
(1978). Ia mengutip satu teka-teki Perancis, yang dipakai untuk
mengajar anak-anak sekolah. Teka-teki itu tentang kolam teratai.
Kolam itu berisi sehelai daun. Setiap hari jumlah daunnya
bertambah dua kali -- dua helai di hari kedua, empat helai di
hari ketiga, delapan di hari ke empat, dan seterusnya. "Jika
kolam itu penuh pada hari ke-30," begitulah pertanyaannya, "pada
hari keberapa ia separuh terisi?" Jawabnya: "Di hari ke-29."
Bagi Brown, kita kini hidup di hari ke-29, di kolam teratai yang
bernama bumi. Pada generasi berikutnya, bumi mungkin akan penuh
habis. Sistem-sistem pokok biologis dan sumber-sumber alam sudah
berada dalam tekanan berat. Dalam lebih dua ratus halaman ia pun
mengulang kecemasan banyak ahli ekologi masa kini. Tapi ia
berharap: jangan kita seperti ahli perbintangan yang terhenyak
tak berdaya menebak rahasia langit. Dalam menghadapi masalah
gawat kemiskinan, kelebihan penduduk dan kebumpetan sumber alam,
masih cukup tersedia tenaga buat mengatasinya.
Ia pun mengutip contoh-contoh kecil, tentang tindakan yang
berharga. Gubernur Jerry Brown dari California menolak tinggal
di rumah resmi yang megah dan tetap hidup di apartemennya yang
bersahaja. Pemerintah Carter memutuskan untuk mengurangi jumlah
mobil limousin yang makan bensin untuk dinas pejabat tinggi di
Washington D.C. Lalu buku The Twenty Ninth Day pun mengutip
satu stiker yang berbunyi: "Live simply that others may simply
live."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini