Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Serah terima jabatan menteri pertahanan dan keamanan dari jenderal (pur) poniman kepada jenderal lb. moerdani. menurut jenderal moerdani, departemen hankam dan abri adalah semacam "dwitunggal".

2 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABINET baru, menteri baru, biasanya juga membawa banyak urusan baru. Kecuali barangkali buat Jenderal L.B. Moerdani. Baginya, pengangkatannya menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangunan V tampaknya tak terlalu merepotkan. Setidaknya, ia tidak perlu jauh-jauh pindah kantor. Kantor lamanya, ketika ia menjabat Panglima ABRI, adalah di gedung Markas Besar ABRI (yang lama) di Jalan Merdeka Barat. Tempat itu terletak di sayap kanan alias sayap selatan gedung yang juga dipakai Departemen Hankam itu. Kini, sebagai Menhankam, ia pindah ke sayap kiri alias utara gedung yang sama. Jarak ruang kerja yang lama dan baru itu cuma belasan meter. Tanpa banyak repot pula acara serah terima jabatan Menhankam, dari Jenderal (Purn.) Poniman kepada Jenderal Benny, Jumat pekan yang silam, di aula Departemen Hankam. Tak ada korps musik. Lagu Indonesia Raya cukup diperdengarkan dari tape recorder. Di dinding aula tergantung foto Presiden Soeharto, sedang foto resmi Wapres Sudharmono - memang belum dibuat dan disiarkan belum terpasang. Cuma ada bingkai kosong, di samping foto Presiden. Buat Poniman, 61 tahun, serah terima itu secara pribadi menandai berakhirnya masa bakti keprajuritannya yang telah dijalani selama 43 tahun. Kata bekas KSAD ini, "Saya mensyukuri nikmat Tuhan itu." Bagi Jenderal Benny, 55 tahun, jabatan barunya ini babak lain dalam perjalanan panjang kariernya. Berbeda dengan menteri baru lain yang punya "pekerjaan rumah" untuk mempelajari bidang tugas yang akan dihadapi, Benny tak perlu pusing. Pasti dia cukup paham dengan ketentuan UU No. 20/1982 tentang Pokok-Pokok Pertahanan Keamanan Negara, yang mengatur dan memisahkan kedudukan Menhankam dengan Pangab sejak 1983. Menurut.undang-undang ini, Menhankam bertugas menyelenggarakan fungsi pemerintahan dan pembangunan bidang hankam negara. Selain itu, juga bertanggungJawab atas kemampuan pertahanan keamanan negara dan upaya pendayagunaan sumber daya nasional yang tersedia untuk kepentingan pertahanan keamanan negara. Sedang Pangab bertugas menyelenggarakan komando penyelenggaraan pertahanan keamanan negara dan bertanggung jawab atas pembinaan dan penggunaan angkatan bersenjata. Dengan kata lain, Menhankam bertanggung Jawab atas masalah pohtls administratif, sedang Pangab bertanggung jawab atas masalah komando, pembinaan dan penggunaan kekuatan ABRI, serta komponen pertahanan keamanan lainnya. Kedua tugas itu saling bertalian. Departemen Hankam, misalnya, bertugas memenuhi berbagai kebutuhan ABRI berupa pengadaan peralatan tempur serta mengisi personel buat organisasi ABRI serta membina mereka serta peralatannya. Dalam jabatan barunya, Jenderal Benny praktis bisa meneruskan program yang telah dirintisnya selama ia menjabat Pangab. Misalnya peningkatan profesionalisme personel ABRI dan pengadaan peralatan tempur baru, serta kelanjutan administratif reorganisasi ABRI yang dimulainya. Mungkin karena melihat hal inilah Poniman dalam sambutannya menegaskan keyakinannya bahwa pembinaan fungsi hankam negara pada masa mendatang akan lebih mantap. Alasannya, "Karena Menteri Pertahanan Keamanan yang baru adalah keluarga kita sendiri, Jenderal L.B. Moerdani, yang sudah mendalami benar-benar semua permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan pertahanan keamanan negara." Namun, latar belakang itulah yang tampaknya akan membedakan penampilan Benny dengan Poniman. Sebagai bekas Pangab/ Pangkopkamtib, Benny pastilah akan diperlakukan "lain" oleh para bekas anak buahnya. Satu hal lain, Jenderal Benny adalah seorang perwira yang lama berkecimpung dalam dunia intelijen. Selama menjabat Pangab, ia tetap merangkap jabatan sebagai Kepala Bais (Badan Intelijen Strategis). Kabarnya, tugas ini akan dilakukan juga oleh Pangab Jenderal Try Sutrisno. Sekalipun dia ingin, mungkin sekali Jenderal Benny, yang masa dinas aktifnya diperpanjang setahun hingga Oktober 1988, tak sekaligus bisa melepaskan hubungan dirinya dengan masyarakat intelijen ini. Dalam berhubungan dengan masyarakat intelijen negara lain, mungkin jasa baik Jenderal Benny masih akan tetap dimanfaatkan dalam tahun-tahun mendatang. Boleh jadi, peranannya nanti mirip dengan posisi yang saat ini dipegang bekas Menko Ekuin Widjojo Nitisastro. Widjojo, yang kini sama sekali tak punya jabatan pemerintahan, hingga saat ini masih terus menjadi "konsultan" para pejabat bidang Ekuin. Jasa baiknya juga terus diperlukan. Widjojolah yang belakangan ini beberapa kali dikirim ke Jepang untuk merundingkan soal pinjaman baru buat Indonesia. Cuma bedanya: Benny mungkin akan menjadi semacam konsultan bidang militer. Beda usia Jenderal Benny dengan penggantinya, Jenderal Try Sutrisno, memang tidak banyak, hanya dua tahun. Keduanya memang memiliki gaya kepemimpinan tersendiri, karena latar belakang dan pengalaman jabatan yang berbeda. Namun, melihat bahwa mereka sudah sering bekerja sama sebelum ini - misalnya waktu menghadapi peristiwa kerusuhan Tanjungpriok empat ahun yang lalu, ketika Try masih Pandam Jaya - agaknya kerjasama antara "kakak" dan "adik" ini akan bisa serasi. Keduanya toh sudah juga biasa dengan ketentuan disiplin militer. Apalagi Jenderal Try kabarnya juga masih akan berkantor di Merdeka Barat, di sayap kanan gedung Mabes ABRI/ Departemen Hankam. Jenderal Benny mengatakan bahwa Departemen Hankam dan ABRI adalah semacam "dwitunggal". Keduanya dapat dibedakan, tapi keduanya Juga suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam lima tahun terakhir, "Departemen Hankam dan ABRI telah berhasil memantapkan arti 'dwitunggal' pembina kekuatan hankam negara, dalam wuJud organisasi, prosedur, dan mekanisme kerja yang efisien dan efektif," ujar Benny sewaktu serah terima jabatan pekan lalu. Dengan pidato itu tampak bahwa semangat "dwitunggal" akan dapat penekanan baru dalam masa Try & Benny. Susanto Pudjomartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus