Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MESKI Pemilu 2014 masih tiga tahun lagi, genderang perang itu sudah ditabuh Partai Golkar. "Pengurus sepakat mengusung Aburizal Bakrie menjadi calon presiden pada Pemilu 2014," kata Ketua Golkar Bali Ketut Sudikerta. Pertemuan silaturahmi di Bali yang dirancang dua hari, 11-12 September, baru berjalan separuh waktu ketika suara bulat itu akhirnya diperoleh. Tujuan rapat sudah didapat, "Pertemuan dipersingkat," ujar Ketut Sudikerta seusai penutupan acara.
Selang beberapa hari kemudian, Aburizal bertolak ke Amerika Serikat. Seorang pengurus partai yang dekat dengannya mengatakan sang Ketua Umum harus menjalani perawatan kesehatan dan penampilan. "Kami sangat serius menyiapkan semuanya sampai detail," katanya Selasa pekan lalu. "Urusan penampilan fisik tak bisa disepelekan."
Tampang diurus, batu sandungan disingkirkan. Beberapa bulan sebelum pertemuan Bali dilangsungkan, beberapa ketua Golkar tingkat provinsi masih enggan meneken pernyataan sokongan meski sudah setuju Aburizal jadi calon presiden. Mereka yang ragu adalah ketua Golkar yang juga pejabat gubernur. "Mereka pakewuh karena secara resmi masih punya atasan, yakni Menteri Dalam Negeri dan Presiden," kata sumber Tempo.
Hambatan ini dibereskan dalam pertemuan pengurus daerah di Balikpapan, Kalimantan Timur, Oktober lalu. Kepada mereka diyakinkan, "Pak Ical sendiri sudah terbuka soal pencalonannya kepada Presiden," ujar sumber tersebut. Dalam pertemuan itu, Golkar pusat mengutus Ketua Partai Bidang Organisasi, Kelembagaan, dan Kaderisasi Mahyuddin.
Hasilnya manjur: 33 tanda tangan—mewakili semua provinsi di Indonesia—lengkap dibubuhkan. Dibingkai indah, dokumen kebulatan tekad ini diserahkan kepada Aburizal dalam rapat pimpinan nasional di Hotel Mercure, Ancol, Kamis malam dua pekan lalu. Para pengurus daerah diwakili Sulaiman H.B., Ketua Golkar Kalimantan SeÂlatan.
Sumber lain di Partai Beringin mengatakan ketua-ketua Golkar daerah sengaja dikunci sejak pagi agar tak berbelok di tengah jalan. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan kandidat presiden lain memecah partai, misalnya dengan menawari tokoh Golkar selain Aburizal menjadi calon wakil presiden. "Biasanya manuver liar itu dilakukan lewat daerah. Ini yang kami cegah." Soal aksi menggunting dalam lipatan ini, Golkar bukan tak punya pengalaman. "Akbar Tandjung ditelikung ketika Jusuf Kalla memilih bergabung dengan SBY pada 2004," kata sumber itu. "Pak Ical tak ingin sejarah kelam berulang."
Meski dukungan internal sudah didapat, Aburizal tak ingin gegabah: ia tak cepat-cepat mendeklarasikan pencalonannya. Dalam penjelasannya di sela rapat pimpinan di Ancol, Aburizal mengatakan penetapan atas pencalonan secara resmi baru akan dilakukan dalam rapat serupa tahun depan. "Sekarang Golkar berfokus pada usaha pemenangan pemilihan umum legislatif," katanya. Selain alasan formal itu, kata seorang pengurus Beringin, deklarasi terlalu pagi punya implikasi bujet.
Menurut Ketua Golkar Yogyakarta sekaligus Koordinator Tim Pemenangan Golkar Gandung Pardiman, tekad mengusung Aburizal sudah bulat. Ia mengaku sudah menyiapkan banyak program untuk mendongkrak popularitas bosnya. Ia tegas menolak mekanisme konvensi untuk mencegah perpecahan internal.
Oktober tahun depan, Golkar akan menggelar survei untuk mengukur tingkat keterpilihan Golkar. Gandung berharap pada saat itu elektabilitas partai sudah di atas 25 persen. Adapun tingkat keterpilihan calon presiden dari Golkar tak kurang dari 20 persen. "Setelah itu, baru kita tetapkan," ujar Aburizal.
Tapi bukan Aburizal jika tak menyiapkan strategi. Tim pemenangannya sudah dibentuk dengan diperkuat sejumlah pensiunan jenderal. Saat ini mereka berkantor di Wisma Bakrie II. Untuk urusan survei, Golkar merangkul Lingkaran Survei Indonesia, konsultan politik yang diketuai Denny J.A.
Salah satu proyek pencitraan Aburizal yang tengah digarap adalah proyek sosial bertajuk "Ayo Bangkit". Kegiatan yang dikawinkan dengan program tanggung jawab sosial perusahaan Grup Bakrie ini memberikan kredit mikro kepada nelayan, petani, dan pengusaha kecil. Sumber di Golkar menyebutkan, untuk proyek ini, tak kurang dari Rp 200 miliar sudah disiapkan. "Tidak semua dalam bentuk kredit. Ada juga pelatihan-pelatihan kewirausahaan," kata Lalu Mara Satriawangsa, juru bicara Bakrie sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal Golkar.
Denny menjelaskan, program ini memang dirancang agar bisa dirasakan langsung oleh pemilih potensial yang menjadi target mereka. Sejak Maret lalu, katanya, proyek digelar di tujuh provinsi dengan total populasi 70 persen pemilih: Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Hasilnya, Denny mengklaim, mulai terlihat dari hasil survei mereka. Februari lalu, tingkat elektabilitas partai baru 12 persen, sementara pada Oktober naik menjadi 18 persen. "Sedangkan tingkat keterpilihan Pak Ical naik dari 8 persen kurang menjadi lebih dari 10 persen," katanya. "Nomor satu masih Ibu Mega dan nomor dua Prabowo Subianto."
Y. Tomi Aryanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo