Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENUNGGU lebih dari satu bulan, keinginan Emmy Hafild bertemu dengan mantan wakil presiden Jusuf Kalla terlaksana akhir September lalu. Mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup itu menganggap Kalla sebagai orang yang tepat untuk menggalang suara bagi komodo. Sejak April lalu, ia memimpin sejumlah aktivis untuk mendukung pemenangan komodo pada pemilihan New7Wonders, yang digelar lembaga bentukan pebisnis asal Swiss, Bernard Werber.
Berbeda dengan "keajaiban dunia" versi Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), yang ditentukan para ahli, pemenang "keajaiban baru" dipilih melalui dukungan pesan pendek (SMS) dan surat elektronik. Untuk itu, juru kampanye sangat penting. Dialah Jusuf Kalla. Pertemuan digelar di kantor pusat Palang Merah Indonesia, organisasi kemanusiaan yang kini dipimpin Kalla. Datang bersama enam rekannya, Emmy menggelar presentasi singkat. "Pak Kalla langsung bilang setuju untuk mendukung," katanya Rabu pekan lalu.
Selain Emmy, di kelompok pemenangan komodo ada Nia Djamhur, Liang, Susi Aliani Sulaeman, dan Eveline Soekotjo. Nia adalah profesional di satu perusahaan multinasional. Liang adalah pakar komunikasi. Susi Aliani merupakan praktisi hukum. Adapun Eveline—bersama Emmy aktif di Kemitraan—ialah praktisi corporate social responsibility.
Setuju bergabung dalam kelompok pemenangan komodo, Jusuf Kalla menelepon Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Ia mengaku menanyakan sikap pemerintah yang tidak mendukung kampanye komodo. Kepada Tempo, Jusuf Kalla menyatakan ketika itu berbicara kepada Jero, "Sudahlah pemerintah diam saja, masyarakat yang bergerak." Menurut Kalla, Jero menjawab, "Saya siap mendukung kalau Bapak ikut." Kamis pekan lalu, Jero menyatakan mendukung Kalla.
Menjadi bintang iklan komodo—antara lain mengusung tagline "Jagokan Komodo"—dan hadir dalam sejumlah acara televisi, Kalla aktif bergerak. Pada 10 Oktober lalu, ia mengumpulkan pengelola operator telepon seluler dan wartawan di Bimasena Room, Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Ia meminta operator telepon seluler mengkampanyekan gerakan kirim SMS dukungan buat komodo. Beberapa hari kemudian, bersama sejumlah tokoh, ia mengunjungi Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur.
Ketika menghadiri pernikahan putri keraton Yogyakarta, 18 Oktober lalu, Kalla duduk satu meja dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Beliau mengomentari foto saya di media massa bersama komodo," katanya sambil tertawa. Tak melewatkan kesempatan, ia segera meminta Kepala Negara ikut berkampanye untuk pemenangan komodo. Semula direncanakan acara besar di Istana Negara. Tapi, karena waktunya mepet, Yudhoyono berkampanye di sela acara peresmian Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat, 20 Oktober lalu. Ketika itu, Presiden mengajak semua pejabat yang hadir berkirim SMS.
Emmy Hafild mengatakan "kirim-kirim SMS" oleh Presiden itu merupakan agenda yang tidak tertulis dalam daftar acara protokoler. Jusuf Kalla membenarkan. "Sebab, yang tahu memang hanya saya dan Presiden," ujarnya. Untuk urusan komodo, pasangan presiden dan wakil presiden 2004-2009 ini kembali berkoalisi.
Ditanya apakah ia memanfaatkan pemenangan komodo untuk alat kampanye politik, mantan Ketua Umum Partai Golkar ini berujar, "Tanpa komodo pun orang sudah tahu saya."
Setri Yasra, Pramono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo