Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=1 color=#FF9900>PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN</font><br />Jegal-menjegal di Partai Ka’bah

Suryadharma Ali dituding menjegal lawan politiknya menjelang perebutan jabatan Ketua Umum PPP.

30 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAPAT itu digelar sejam sebelum hari berganti di rumah dinas Menteri Agama Suryadharma Ali, Rabu dua pekan lalu. Kali ini bukan pejabat Kementerian Agama yang menikmati nasi uduk berlauk ayam goreng suguhan sahibulbait, melainkan tujuh petinggi Partai Persatuan Pembangunan. Mereka adalah Wakil Ketua Umum Chozin Chumaidy; dua ketua partai, Emron Pangkapi dan Lukman Hakim Saifuddin; Sekretaris Jenderal Irgan Chairul Mahfiz dan dua wakilnya, Romahurmuziy dan Rahman Yakob; serta Ketua Fraksi PPP Hasrul Azwar.

Mereka duduk mengitari Surya, yang wajahnya terlihat gusar. Di hadapannya terdapat dua dokumen. Masing-masing berisi laporan hasil musyawarah PPP wilayah Papua dengan hasil yang berbeda. Yang satu hasil musyawarah yang memenangkan kader PPP setempat, Bachtiar Ghaffar. Yang lain menyatakan mantan Deputi V Badan Intelijen Negara Muchdi Purwoprandjono sebagai ketua.

Menurut Emron Pangkapi, rapat itu digelar karena sehari sebelumnya sejumlah televisi memberitakan Muchdi menjadi Ketua PPP Papua dalam musyawarah wilayah yang dihelat 14-15 Mei lalu. Muchdi mengaku didukung 13 dari 22 pengurus cabang setingkat kabupaten. Sejumlah pengurus pusat partai menilai berita itu tak benar dan mengadukan hal ini ke Surya. ”Saya melaporkan hasil musyawarah yang sebenarnya,” kata Emron.

Maka jadilah dua dokumen hasil musyawarah Papua dibahas bersama. Emron menjelaskan, musyawarah di Hotel Muspagco yang memenangkan Muchdi tak mencapai kuorum karena hanya dihadiri enam pengurus cabang. Emron membubarkan pertemuan itu. Enam belas pengurus lain memilih walk out dan menggelar musyawarah tandingan di Hotel Sentani, yang juga dihadiri Emron.

Rapat yang terakhir itu nihil perdebatan. Tak ada yang membela Muchdi. ”Semua suara bulat menyetujui Bachtiar,” kata Sekretaris Jenderal Irgan Chairul Mahfiz. Pertimbangannya: Bachtiar didukung 16 dari 22 pengurus tingkat kabupaten. Satu jam kemudian, surat pengangkatan Bachtiar diteken Surya dan Irgan. Sorenya, PPP mengumumkan hasil rapat itu.

Tak terima dengan keputusan partai, kubu Muchdi menggugat. Melalui kader PPP yang juga pengacara, Eggi Sudja­na, Muchdi melaporkan Surya dan pengurus lain ke Markas Besar Kepolisian RI karena membohongi publik. Menurut Eggi, dari 26 peserta yang hadir di Muspagco, 20 orang memilih Muchdi. ”Apanya yang tidak sah?” ujarnya.

Eggi menilai Surya sengaja menjegal Muchdi. Kegagalan menjadi Ketua PPP Papua bakal membuat Muchdi tak bisa menjadi peserta muktamar PPP yang diadakan awal Juli mendatang. Kans Muchdi bertarung melawan Surya dalam perebutan ketua umum partai kian tipis. ”Surya takut melawan Muchdi,” katanya.

Menurut Surya, pemilihan Muchdi tak sah. Keputusannya mengangkat Bachtiar telah sesuai dengan aturan. Surya mengaku siap menghadapi tuntutan Muchdi. ”Tuntutan itu saya hargai karena ketidakpuasan diselesaikan melalui proses hukum,” ujarnya melalui telepon.

l l l

”BAGAIMANA kalau Pak Muchdi kalah?” Tiga kali pertanyaan itu diajukan mantan Ketua Umum PPP sekaligus bekas wakil presiden Hamzah Haz saat ditemui Muchdi di rumahnya, Kompleks Patra Kuningan, awal Mei lalu. ”Tiga kali pula saya menjawab, ‘Saya menang, Pak’,” cerita Muchdi saat ditemui Tempo di Bandar Udara Soekarno-Hatta menjelang kepergiannya ke Bengkulu. Setelah itu, Hamzah menyalami Muchdi dan mengucapkan selamat berjuang.

Muchdi mengaku memang berminat menjadi ketua umum Partai Ka’bah. Salah satu jalur yang dirintisnya adalah menjadi ketua pengurus wilayah. Mengapa Papua? Muchdi pernah bertugas di wilayah itu. ”Saya juga kenal dengan pengurus setempat,” ujarnya.

Sebelum berlabuh di PPP pada Februari lalu, Muchdi menjabat Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya. Belakangan ini, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu mengaku sering berkunjung ke daerah untuk menggalang dukungan pengurus cabang. Seorang pengurus PPP curiga kepindahan Muchdi ke partainya merupakan upaya mendukung sohibnya yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, maju dalam Pemilihan Presiden 2014. Dengan menguasai PPP, Muchdi bisa melimpahkan dukungan ke Prabowo.

Muchdi membantah kabar ini. Ia mengaku hengkang dari Gerindra karena berkonflik dengan Prabowo soal koalisi. Menurut purnawirawan bintang dua ini, Prabowo ingin berkoalisi dengan pemerintah. Muchdi menolak. Ia lalu memilih PPP karena selama ini aktif dalam organisasi Islam, di antaranya menjadi Ketua Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia. Ia juga memimpin para pendekar yang tergabung dalam Bela Diri Tapak Suci Putera Muhammadiyah.

Muchdi merasa isu mendukung Prabowo disebarkan agar niatnya menjadi ketua umum partai kandas. Katanya, ia juga dijegal pengurus pusat Partai Ka’bah saat diusulkan menjadi pengurus Dewan Pakar PPP Yogyakarta. ”Surya tak setuju saya maju ­seba­gai calon ketua umum,” kata terdakwa pembunuhan aktivis hak asasi Munir yang divonis bebas oleh Mahkamah Agung ini.

Wakil Sekretaris Jenderal Romahurmuziy menilai kans Muchdi menjadi ketua umum sama sekali nol. Anggaran dasar partai menyatakan ketua umum dan sekretaris jenderal harus menjadi pengurus partai selama satu periode di tingkat pusat dan daerah. ”Satu periode itu lima tahun. Muchdi berapa lama gabung di PPP?” ujarnya.

Pendukung Muchdi yang juga Ketua PPP, Anwar Sanusi, mengakui ganjalan itu. Tapi Anwar yakin para pendukung Muchdi bisa mendesak perubahan anggaran dasar partai saat muktamar. ”Kekuatan tertinggi ada di tangan muktamirin,” katanya.

l l l

JEGAL-menjegal pramuktamar tak hanya menimpa Muchdi. Kandidat yang disebut bakal menyaingi Suryadharma, Ahmad Muqowam, juga merasa dihalang-halangi. Oleh pengurus pusat, Ketua Komisi Pertanian dan Perikanan DPR itu belum lama ini digeser hanya menjadi anggota Komisi Pemerintahan Dewan. ”Pencopotan ini politis dan berkaitan dengan pencitraan saya. Ada upaya menurunkan kepercayaan pendukung saya,” kata Muqowam di kantor pemenangan di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

Muqowam mengaku tak pernah diajak berbicara soal rotasi ini. Ia menerima pemberitahuan perpindahan itu hanya melalui surat. Padahal posisi Muqowam di fraksi cukup penting: wakil ketua. Ia juga kader senior PPP yang tak absen mengisi kursi di Senayan sejak 1997.

Pendukung Muqowam yang juga anggota Komisi Pertanian DPR, Zaini Rahman, merasa ada yang janggal dalam mutasi Muqowam. ”Kebanyakan yang dipindahkan adalah yang tak mendukung Surya,” ujar Zaini. Ia menilai Surya berusaha mematikan calon lain dan pendukungnya agar unggul di muktamar dengan mudah.

Kubu Surya menolak rotasi ini dihubung-hubungkan dengan muktamar. Emron Pangkapi mengatakan perpindahan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan Tim Pengawas Kinerja Fraksi PPP yang diketuainya. Perpindahan ini pun wajar mengingat pembahasan revisi Undang-undang Pemilihan Umum bakal digelar tak lama lagi. Dengan latar belakang pendidikan Muqowam, ”Kami harus menempatkan orang yang tepat dalam pembahasan itu,” katanya.

Anehnya, dua anggota Tim Pengawas, Rusdi Hanafi dan Anwar Sanusi, justru menilai keputusan itu berbau politis. Mereka mengaku tak pernah diajak berbicara soal rotasi ini. Sumber Tempo di PPP mengatakan perpindahan itu merupakan kemauan Ketua Umum. Alasan rekomendasi Tim Pengawas itu sebenarnya akal-akalan belaka.

Baik Emron maupun Suryadharma membantah kabar itu. Emron ngotot rapat sudah diadakan dua kali. Sedangkan Surya mengaku tak mengikuti perpindahan itu. Menurut Surya, sembilan fraksi DPR belakangan ini merotasi anggotanya. ”Tak ada yang luar biasa dalam rotasi ini. Aneh kalau Muqowam uring-uringan,” ujarnya.

Surya menegaskan tak bakal menjegal calon ketua umum yang akan bersaing dengannya. Tapi ia juga tak akan menoleransi pelanggaran aturan partai selama proses menuju muktamar. ”Saya sekarang Ketua Umum PPP. Saya bisa melakukan apa saja sepanjang sesuai dengan aturan partai,” katanya.

Apa pun manuver Surya, Muqowam bakal melawan balik hingga muktamar. Ia mengklaim didukung tokoh-tokoh senior PPP yang bertarung dengan Surya dalam muktamar 2007, seperti Arief Mudatsir Mandan dan Endin Soefihara. Muchdi pun hakulyakin menjadi orang nomor satu di Partai Ka’bah. Seperti ungkapan keyakinannya kepada Hamzah Haz, ”Saya pasti menang.”

Pramono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus