Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HUJAN melipur debu kemarau di Kampung Jagoi Babang, Bengkayang, Kalimantan Barat. Desa kecil di lintasan ekuator itu seperti menempel di Kampung Serikin, Malaysia. Berjarak 319 kilometer dari Pontianak, lebih dari setengah ruas jalannya amburadul. Lumpur, batu, dan pasir berselang-seling dengan lubang menganga. "Hanya jip yang bisa tembus kemari,"kata Prajurit Satu Iskandar, anggota TNI Angkatan Darat, seraya menyalami Tempo di Pos Jagoi Babang, dua pekan lalu.
Iskandar bagian dari Satuan Tugas Penjaga Perbatasan. Seragamnya loreng, senjata laras panjang tergantung di pundak. Pos jaganya mirip gardu ronda malam di kampung-kampung Jakarta. Di dekat pos ada barak untuk 20 anggota Batalion 642 Bengkayang.
Televisi 14 inci tertenggek di meja. Di sebelahnya terkulai sebatang gitar dan icrik-icrik tutup botol persis milik pengamen bus kota. "Hanya ini hiburan kami,"kata Iskandar. Bergiliran jaga, pada saat senggang mereka bergantian mencari kayu bakar. "Anggaran tak cukup buat membeli gas atau minyak,"kata Letnan Satu Infanteri Irwan A., komandan pos.
Toh, keadaan mereka lebih bagus dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Pos Gun Tembawang, Siding, atau lainnya yang terpencil tak berlistrik. Meski ada telepon seluler, sinyal kerap hilang. Agar bisa nyambung, telepon digantung di pohon tinggi. Atau diikat di sebatang galah, ditancapkan di lapangan terbuka.
Garis batas Indonesia-Malaysia, yang biasa disebut "kilometer nol", berada di tepi Sungai Babang. Pos itu merangkap terminal ojek. Tiap hari, 300 sampai 500 warga Jagoi naik ojek dengan ongkos Rp 54 ribu, melintas batas ke Pasar Serikin, Malaysia.
Bila dilanjutkan dua setengah jam lagi, sampailah ke Kuching, Sarawak. "Cukup menunjukkan Pas Lintas Batas," kata Pak Is, pegawai Imigrasi. Di seberang pos ada kantor Pengelola Kawasan Perbatasan, kantor Departemen Kelautan Perikanan, dan kantor Pengelolaan Perbatasan. Semuanya kosong.
Jagoi juga jalur penyelundupan gula, gas, soft drink, minyak goreng, mobil bodong, narkoba, dan perdagangan manusia. Polisi di sini tiga bulan sekali di-rolling. Ada dua kamera sirkuit pandak dipasang di pos. Tapi, "Di sini kami tak berani main tangkap,"kata Slamet Mujiman, petugas Pos Polisi Perbatasan. "Bisa-bisa kami diserang."
Di seberang, Tentara Diraja Malaysia tak mengusik warga yang hilir-mudik. Bersenjata laras panjang, mereka mengizinkan orang Indonesia keluar-masuk Malaysia dengan selembar Pas Lintas Batas. Tapi ada kutipan RM 2 untuk sepeda motor dan RM 10 untuk mobil.
Dalam keadaan berhadapan, kondisi tentara Indonesia dan Tentara Diraja sungguhlah berbeda. Ketika melakukan patroli gabungan, misalnya, "Makanan mereka mewah dan hangat,"Iskandar bercerita. Sedangkan pasukan kita, "Nasi kemarin pun kami makan."
Perkara tahan banting, pasukan kita unggul jauh. Mereka biasa berjalan kaki ratusan kilometer berhari-hari, menembus hutan. Sebaliknya, serdadu Malaysia memilih enaknya belaka: naik truk atawa panser. Jalan perbatasan di wilayah Malaysia juga licin beraspal, mirip highway. Hanya perlu enam jam dari ujung ke ujung. "Jalan patroli mereka juga dipakai merawat kebun sawit,"kata Iskandar.
Akan halnya persenjataan, masih bisa dibilang setara. Tapi, kalau bicara alat komunikasi, kita ketinggalan jauh. "Kita pakai radio Kachina, Malaysia pakai satelit,"kata seorang prajurit TNI. Masa bertugas askar Malaysia juga lebih singkat. Tentara kita diaplus setahun sekali, Malaysia cuma tiga bulan sekali.
Menurut Panglima Komando Daerah Militer XII Tanjungpura Mayor Jenderal Moeldoko, kendala terberat bagi tentara perbatasan adalah jalan. "Harus membikin jalan sendiri agar bisa dilewati kendaraan,"katanya. Masyarakat perbatasan sudah bosan akan janji kosong para politikus membangun jalan. Dana cekak, "Sedangkan harga semen di perbatasan Rp 300 ribu per sak,"kata Moeldoko, yang menawarkan tenaga TNI untuk membangun jalan. "Menuju lokasi, semen itu diangkut menggunakan kerbau."
Di sepanjang 857 kilometer perbatasan Indonesia-Malaysia Timur di wilayah Kalimantan Barat terdapat 31 pos pengamanan. Pos ini dibagi dalam empat komando distrik militer perbatasan: Kabupaten Sanggau Sintang, Sintang, Kapuas Hulu, dan Kota Singkawang. Para prajuritnya diambilkan dari Batalion Infanteri 641, 642, dan 643.
Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat terbentang 966 kilometer, dari Tanjung Datuk di Kabupaten Sambas hingga Gunung Cemeru di Kabupaten Kapuas Hulu, atau 70,58 persen dari 1.200 kilometer garis perbatasan kedua negara di Pulau Kalimantan. Masih ada 200 kilometer tanpa penjagaan aparat keamanan Indonesia.
Arif Wibowo, anggota Komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat, menilai ringkihnya perbatasan akibat tak ada lembaga otoritas pengatur borderline. Semua hal berkaitan dengan perbatasan idealnya terintegrasi dalam satu komando. "Tentara perbatasan harus berada di bawah badan itu,"kata Arif. "Berat kalau tetap di bawah TNI."
AZAN magrib berkumandang ketika Tempo tiba di pos di Kecamatan Siding, Bengkayang, Kalimantan Barat, dua pekan lalu. Tentara Batalion Infanteri 642 sedang berbuka puasa. Nasi, tumis bayam, mi, dan telur dadar terhidang rapi. "Sudah setahun kami bertugas di sini,"kata Sersan Kepala Joko Budi Santoso, 37 tahun, Komandan Pos Siding. Dia memimpin sebelas anggota.
Hidup berdampingan dengan warga kampung, jika uang lauk-pauk telat, para serdadu ngutang di warung penduduk. Uang lauk Rp 35 ribu sehari. "Kami hidup berkat kebaikan warga," kata Joko. Tiap bulan rata-rata anggota berutang Rp 500 ribu. "Dibayar setelah gajian," kata Jihem, 61 tahun, pemilik warung.
Adakalanya para prajurit belanja ke Kecamatan Seluas. Enam jam naik perahu motor, ongkosnya Rp 1,2 juta. "Tapi, untuk tentara, sewanya Rp 400 ribu saja,"kata Joko. "Saya sudah minta perahu kepada komandan, tapi belum dikabulkan."
Seperti pos lainnya, Siding tak lebih bagus. Berlantai tanah dan sempit, nyaris tak mampu menampung 12 prajurit. Padahal mereka menjaga 137 patok perbatasan. Patok terbentang dari Jagoi Babang sampai Run Tembawang di Entikong. Ada yang di bukit, di hutan, dan di sungai. Semua hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
Lewat alat navigasi satelit global positioning system, patok-patok itu terlihat dekat. Padahal, dalam seminggu berjalan kaki sambil memanggul logistik, paling banter hanya terjangkau 20 patok. Tertinggi adalah Patok 63, di atas bukit. "Kalau pagi, di bawah kami hanya tampak awan,"kata Ardianto, prajurit berusia 27 tahun.
Tentara Diraja Malaysia berpatroli naik bus atau truk. "Tak ada ceritanya tentara Malaysia jalan kaki,"kata Ardianto. "Di pos mereka ada kulkas, kipas angin ber-AC, dan listrik."Menurut Sersan Joko, tentara Malaysia rata-rata tenaga kontrakan. Disewa untuk 24 tahun, tentara bayaran itu patuh perintah jika ada uang. "Kalau kami kan prajurit pejuang,"kata Joko. "Tugas kami menjaga kedaulatan."
Dwidjo U. Maksum, Harry Daya (Jagoi Babang, Siding, Kalimantan Barat)
31 Pos Penjaga Patok dan Pengamanan di Perbatasan Indonesia-Malaysia
  | Masalah | Transportasi | Komunikasi | Lokasi ( )Personel TNI AD |
1. Pos Temajok (15) | Illegal fishing, illegal trading, illegal logging | 2 sepeda motor trail, 1 motor air | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler (operator Malaysia) | 2,5 km dari perbatasan, menjaga 140 patok perbatasan |
2. Pos Sei Tengah (12) | Illegal logging | 1 sepeda motor trail, 1 motor air | Simulcast Raccal, telepon seluler operator dalam negeri | Dusun Sei Tengah, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, 8 km dari perbatasan, menjaga 142 patok |
3. Pos Sajingan (26) | Illegal trading, illegal trafficking | 2 truk, 1 sepeda motor trail | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler dalam negeri | Desa Aruk, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, menjaga 99 patok |
4. Pos Biawak (10) |   |   | Handy-talky 5 unit | Desa Biawak, Distrik Lundu, Malaysia (0,65 km dari perbatasan, status tanah milik Malaysia) |
5. Pos Berjongkong (16) | Illegal logging | 2 sepeda motor trail | Simulcast Raccal, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Sebunga, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, 8 km dari perbatasan, menjaga 84 patok |
6. Pos K Semunying (19) | Illegal logging, illegal trafficking | 1 sepeda motor trail | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Semunying Jaya, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, menjaga 221 patok |
7. Pos Seluas (15) | Illegal trading |   | Simulcast Raccal, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Mayak, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, 30 km dari perbatasan, tak bertanggung jawab pada penjagaan patok |
8. Pos Jagoi Babang (20) | Illegal trading, illegal trafficking | 1 truk, 1 sepeda motor trail | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Jagoi Babang, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, 3 km dari perbatasan, menjaga 188 patok |
9. Pos Siding (16) | Illegal trading, illegal logging | 1 sepeda motor trail | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Siding, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, menjaga 136 patok |
10. Pos Guntembawang (19) | Illegal trafficking |   | Radio Yaesu, telepon seluler (operator Malaysia) | Desa Gunjemak, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, menjaga 231 patok |
11. Pos Entikong (57) | Illegal trading, illegal trafficking | Sejumlah truk, motor trail | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler dalam negeri | Desa Entikong, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, menjaga 335 patok |
12. Pos Balai Karangan (40) | Illegal logging, illegal mining, illegal trading |   | Simulcast radio Kachina, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Pomodis, Kecamatan Beduai, Kabupaten Sanggau, 23 km dari perbatasan |
13. Pos Segumun (16) | Illegal logging, illegal trading | 1 sepeda motor trail | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Palub, Kecamatan Siding, Kabupaten Sanggau, 6 km dari perbatasan, menjaga 136 patok |
14. Pos Sei Daun (25) | Illegal logging, illegal mining |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Sei Daun, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, 11 km dari perbatasan |
15. Pos Sei Tekam (18) | Illegal trafficking |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Sei Tekam, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, 2,5 km dari perbatasan, menjaga 114 patok |
16. Sei Beruang (24) | Illegal trafficking |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Sei Beruang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, 0,4 km dari perbatasan, menjaga 91 patok |
17. Pos Enteli (24) | Illegal logging |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Enteli, Kecamatan Ketungau, Kabupaten Sintang, 1 km dari perbatasan, menjaga 150 patok |
18. Pos Senaning (20) | Illegal logging |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Riam Sejawak, Kecamatan Ketungau, Kabupaten Sintang, 5 km dari perbatasan, menjaga 213 patok |
19. Pos Jasa (23) | Illegal logging, illegal trafficking | Sampan | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Jasa, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, 2 km dari perbatasan, menjaga 100 patok |
20. Pos Ng Bayan (27) | Illegal logging, illegal trafficking | Speedboat | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Desa Ng Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang |
21. Pos Semareh (23) | Illegal logging | Sampan | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Semareh, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, 0,5 km dari perbatasan, menjaga 138 patok |
22. Pos Ng Seran (25) | Illegal logging |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Kelapan, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, 0,3 km dari perbatasan, menjaga 203 patok |
23. Pos Langau (19) | Illegal logging |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Langau, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, 4 km dari perbatasan, menjaga 103 patok |
24. Pos Merakai Panjang (18) | Illegal logging, illegal trading, illegal trafficking |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Merakai Panjang, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, 2,23 km dari perbatasan, menjaga 187 patok |
25. Pos Kantuk Asam (18) | Illegal logging, illegal trading |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Kantuk Asam, Kecamatan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu, 0,3 km dari perbatasan, menjaga 241 patok |
26. Pos Ensanak (15) | Illegal mining |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Kebindang, Kecamatan Empanang, Kabupaten Kapuas Hulu, 11 km dari perbatasan, tak bertanggung jawab menjaga patok |
27. Pos Lubuk Antu (10) |   |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Lubuk Antu, Malaysia, 4,4 km dari perbatasan, status tanah di wilayah Malaysia, menjaga 187 patok |
28. Pos Ng Badau (25) | Illegal logging, illegal trading,, illegal trafficking |   | Simulcast radio Yaesu, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Ng Badau, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, 5 km dari perbatasan, menjaga 97 patok |
29. Pos Seriang (15) | Illegal logging, illegal trading |   | Simulcast Raccal, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Seriang, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, 6 km dari perbatasan, menjaga 109 patok |
30. Pos Guntul (15) | Illegal logging |   | Simulcast Raccal, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Kapar, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, 3 km dari perbatasan, menjaga 94 patok |
31. Pos Klawik (18) | Illegal logging |   | Simulcast Raccal, telepon seluler operator dalam negeri | Kampung Luwin, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, 12,6 km dari perbatasan, menjaga 97 patok |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo