TERSEBAR kabar burung di Malang bahwa Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) tahun depan akan habis riwayatnya. "Itu sama
sekali tidak benar," kata Drs. Masrani, Kepala SMA PPSP Malang.
Tapi mulai tahun ajaran 1983/84 PPSP perlahan-lahan akan
diintegrasikan dengan sekolah umum biasa. Ini diutarakan dalam
Rapat Koordinasi PPSP seluruh Indonesia, di Jakarta pekan lalu.
"Dan PPSP, yang kinr dikelola BP3K, akan dikembalikan tahun
1986 pada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
seperti sekolah biasa yang lain," tutur Prof. Dr. Conny
Semiawan, Kepala Pusat Pembinaan Kurikulum BP3K (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan).
PPSP atau sekolah laboratorium dikelola oleh IKIP di delapan
kota besar sejak 1971. PPSP merupakan sekolah terpadu, dari SD
sampai SMA -- suatu eksperimen. Sebagian besar pelajaran
diberikan tidak dengan cara tatap muka guru-murid, tapi lewat
modul. Dan jenjang pendidikannya dari SD sampai SMA ialah 5-3-3,
lebih menghemat setahun dibanding pendidikan biasa yang 6-3-3.
Selain itu di PPSP berlaku sistem belajar tuntas. Sebelum pindah
ke pelajaran lebih lanjut, siswa diharuskan menguasai pelajaran
sebelumnya. Prakteknya, bagi murid yang lambat belajar ada
program perbaikan. Dan ada sistem yang disebut
maju-berkelanjutan. Maksudnya, siswa yang memang cepat belajar
diberi kesempatan menyelesaikan ujian atau evaluasi belajar
tingkat akhir lebih cepat pula.
Sejak 1980 pihak BP3K mengadakan evaluasi di delapan PPSP
(Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang,
Padang dan Ujungpandang). Dalam Rapat Koordinasi terakhir
khususnya hasil evaluasi 1980-81 dibicarakan dengan kemungkinan
sistem dan metode yang baik dari PPSP diterapkan di sekolah
biasa di seluruh Indonesia.
Dengan membanding 24 SD, 24 SMP dan 24 SMA di lingkungan wilayah
yang ada PPSP-nya, evaluasi itu dilakukan. Menurut Conny
Semiawan, sistem SD 5 tahun ternyata bisa menyerap program
pelajaran SD biasa yang 6 tahun. Kemudian diketahui, bahwa di
tingkat SD, PPSP unggul dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan
IPA. Di tingkat SMP, PPSP lebih jago dalam Bahasa Indonesia, IPA
dan PMP. Pada tingkat SMA IPS, PPSP lebih pintar dalam Bahasa
Indonesia, Geografi, PMP, Bahasa Ing gris dan Sejarah. Sedangkan
di tingkat SMA IPA, sekolah eksperimen ini unggul dalam Bahasa
Indonesia, PMP dan Matematika. Tidak berarti mutu PPSP rendah di
bidang pelajaran yang lain. Dibanding rata-rata sekolah di
lingkungannya, tetap PPSP yang terbaik. Padahal 24 sekolah biasa
yang dipilih sebagai perbandingan tadi sudah dikenal unggul.
Dengan sistem belajar tuntas dan maju berkelanjuun, di PPSP itu
sendiri tidak begitu merlonjol perbedaan antara murid yan bodoh
dan yang pandai. Yang ada ialah "murid yang lambat belajar dan
yang cepat belajar," kata Masrani dari PPSP Malang itu.
Hal yang menarik lagi dari hasil evaluasi itu ialah ternyata
siswa PPSP di semua tingkat lebih menonjol dalam pelajaran
Bahasa Indonesianya. Mungkin karena penggunaan modul, siswa
harus rajin membaca dan memahami apa yang dibacanya. Juga ada
dorongan agar siswa mencari referensi dari buku-buku yang
tersedia di perpustakaan, untuk mempelajarinya sendiri, tutur
Drs. Sidharta M. Doeriat, Direktur PPSP Bandung.
Dan kebiasaan mencari referensi sendiri ternyata sangat
bermanfaat. "Itu seperti memberi kail untuk mencari ikan jadi
bukannya ikan yang diberikan kepada anak didik," kata Drs.
Santoso Murwani, Pimpinan Proyek PPSP Jakarta. Dan dari IPB,
yang banyak menampung lulusan PPSP Jakarta, diperoleh catatan:
Pada bulan-bulan pertama mahasiswa lulusan PPSP tampaknya
ketinggalan dibanding teman mereka dari SMA biasa.
Tapi kemudian, anak-anak lulusan PPSP itu melaju dengan cepat,
meninggalkan mereka yang dari SMA biasa.
Sistem maju berkelanjutan sudah terbukti memberi kesempatan
kepada siswa yang memang cepat belajar untuk menyelesaikan
sekolah lebih cepat pula. Sudah ada misalnya, siswa berhasil
menyelesaikan pendidikan di PPSP dalam tempo 5-2«-2«, atau lebih
cepat setahun daripada jadwal PPSP, atau lebih cepat dua tahun
daripada jadwal sekolah biasa.
Namun kini masih kabur tentang bagaimana PPSP akan
diintegrasikan dengan sekolah biasa. Mulai tahun pelajaran
1983/84 memang sistem PPSP dan Kurikulum 1975 (yang digunakan
kini di sekolah biasa) akan dipadukan sedikit demi sedikit Dan
tahun 1986 diharapkan sistem nasional dari kedua jalur itu sudah
ditemukan hingga tak perlu lagi ada PPSP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini